Persipura Jayapura: Dari Perebutan Juara Hingga Zona Degradasi

Analisis

by Ifsani Ehsan Fachrezi

Ifsani Ehsan Fachrezi

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Persipura Jayapura: Dari Perebutan Juara Hingga Zona Degradasi

Hingga pekan ke-26, Persipura Jayapura semakin terbenam di zona degradasi. Klub berjuluk Mutiara Hitam itu memiliki selisih tiga poin dari Barito Putera yang berada satu tabel di atasnya pada klasemen sementara Liga 1 2021/22. Ketika unggul 3-0 atas Persipura, Barito langsung menggeser lawannya itu dari zona aman klasemen sementara. Kemudian Barito semakin memastikan menjaga jarak tiga poin dari Persipura yang kalah atas Persib Bandung dengan skor 3-0. Di waktu yang sama, Barito berhasil mengalahkan Persela Lamongan dengan skor 4-2.

Langkah berat perjalanan Persipura di musim 2021/2022

Perjalanan berat Persipura diawali dengan dua kekalahan beruntun dari Persita Tangerang dan Persela Lamongan ketika liga mulai berjalan. Di laga selanjutnya, Persipura mencicipi kemenangan untuk pertama kali ketika melawan Persiraja Banda Aceh pekan ke-4. Di pekan selanjutnya, Persipura kembali berpuasa kemenangan.

Statistik mencolok terlihat ketika Persipura menjadi kesebelasan yang kurang produktif dalam mencetak gol. Pahabol dkk menjadi tim kedua dengan torehan gol paling sedikit setelah sang juru kunci, Persiraja. Cuma mencetak 19 gol dalam 25 pertandingan, menjadi bukti tumpulnya kekuatan serangan Persipura.

Lini serang yang dihuni oleh Yevhen, Gunansar Mandowen, Yohanes Pahabol, dan Ricky Kayame, belum menghasilkan produktivitas gol yang baik. Ujung tombak yang dihuni oleh Yevhen belum menunjukkan penampilan terbaiknya seperti ketika membela PSS Sleman di musim 2019/2020. Di musim tersebut, Yevhen masuk kedalam jajaran pemain dengan gol terbanyak dengan mencetak total 16 gol.

Di tangan Jacksen F Tiago, permainan Persipura cenderung mengandalkan operan pendek kaki ke kaki. Permainan ini sesuai dengan tipikal para pemain Persipura yang berpostur mungil dengan kecepatan yang mumpuni. Umpan-umpan terobosan Persipura pun sering kali membahayakan pertahanan lawan karena disambut oleh kecepatan-kecepatan dari pemain sayapnya..

Hanya saja pola serangan itu membenamkan peran Yevhen karena jarang ada suplai langsung kepadanya sebagai penyerang tengah. Jika pun ada, peran Yevhen lebih sering menjadi pemantul bola kepada pemain sayap atau kepada gelandang yang naik ke sepertiga akhir lawan.

Sementara itu, kekalahan di pekan ke-7 atas Persebaya Surabaya pun menjadi awal terbenamnya Persipura di papan klasemen Liga 1. Pasalnya kekalahan atas Persebaya tersebut menjadi awal kekalahan di enam pertandingan selanjutnya. Kekalahan atas Borneo FC di pekan ke-12 memastikan langkah sang pelatih, JFT terhenti.

Angin Segar Dari Alfredo Vera

Angel Alfredo Vera pun dipercaya kembali untuk menunggangi Mutiara Hitam. Sebelumnya, Alfredo pernah membuat Persipura mencicipi gelar juara Indonesia Soccer Championship 2016. Kedatangannya menjadi pelatih anyar berbuah manis. Di laga awal kontra Persikabo 1973, Persipura unggul 2-1 sekaligus menjadi kemenangan pertama setelah puasa kemenangan selama delapan pertandingan.

Ketika menjamu PSS Sleman, Persipura berhasil menahan imbang Persela berkat gol Yevhen Bokhashvili di menit ke-91. Hasil imbang tersebut menjadi awal perjalanan Persipura untuk merangkak ke zona aman liga. Pertandingan di pekan ke-19 menjadi awal Persipura masuk ke zona aman. Saat itu Persipura berhasil menekuk Persija Jakarta dengan skor 1-2. Dari pekan 16 hingga 20 itu, Persipura nihil alami kekalahan. Hal tersebut menjadi alasan Persipura beranjak dari zona degradasi ke tempat yang lebih aman.

Saat itu jugalah Persipura menyalip posisi Barito yang berada di zona aman dengan selisih dua poin. Kejutan kembali terjadi ketika Persipura berhasil mengalahkan Persebaya Surabaya dengan skor 2-0. Ferinando Pahabol dkk berhasil memanfaatkan Persebaya yang tidak diperkuat Bruno Moreira dan Taisei Marukawa. Kemudian posisi Persipura di zona aman bertahan hingga pekan ke-25.

Dari segi permainan, Persipura di tangan Alfredo tidak jauh berbeda ketika ditangani oleh Jacksen. Permainan operan pendek dan mengandalkan skill individu pemain menjadi ciri khasnya. Dari gelandang serang hingga pemain sayap, Persipura memiliki kemampuan olah bola yang baik serta kecepatan mumpuni. Bahkan sesekali tendangan jarak jauh menjadi senjata andalan Persipura.

Tumpulnya lini serang Persipura sebelumnya pun direspon dengan merekrut amunisi baru, yakni Ricky Cawor dari tim PON Papua dan Ramiro Fergonzi dari Alianza Atletico Sullana. Keduanya langsung unjuk gigi di penampilan pertamanya. Ricky Cawor berhasil mencetak gol di laga kontra Persela dan Fergonzi memberikan satu asis kemenangan Persipura atas Persija Jakarta. Semenjak kedatangannya, keduanya selalu dipercaya tampil di tiap pertandingan.

Pemain Penting Absen di Situasi Genting

Pada perjalanan berikutnya Persipura pun mengalami penurunan. Hal itu tidak lepas dari absennya beberapa pemain di skuad besutan Alfredo ini. Cedera panjang Ricky Kayame dan Hedipo Gustavo, sanksi Todd Rivaldo Ferre, hingga Ramai Rumakiek yang harus absen karen memenuhi panggilan timnas Indonesia. Baru-baru ini, Persipura kehilangan peran Yevhen sebagai ujung tombak.

Yevhen sempat absen selama dua pertandingan, ketika kontra Barito dan Persib karena Covid 19. Padahal, Yevhen tampil gemilang ketika menjadi pahlawan dua kemenangan Persipura atas Persija dan Persebaya. Motor serangan dan penyeimbang lapangan tengah Persipura pun kehilangan sosok Hedipo yang semenjak kedatangannya di pekan ke-10 selalu menjadi andalan.

Ia selalu bermain dengan waktu penuh selama tujuh pertandingan beruntun. Namun, cedera menghinggapi Hedipo ketika Persipura melakukan uji coba dengan Perseden Denpasar. Sempat bermain sebagai pengganti ketika melawan Persiraja, Hedipo kembali absen selama lima pertandingan selanjutnya.

Sosok yang hilang

Jika dirunut dari awal musim, perbedaan situasi Persipura kentara sejak hengkangnya Boaz Solossa ke Borneo FC. Padahal Boaz sudah menjadi ikon Persipura dengans segala kontribusinya. Padahal, Boaz termasuk pemain lokal Persipura yang paling rajin dalam mencetak gol. Bahkan ia berkontribusi bagi Persipura dalam membukukan tujuh gelar juara diantaranya Liga Indonesia di tahun 2005, Indonesia Super League (ISL) tahun 2009, 2011, 2013, Indonesia Community Shield 2009, Indonesia Inter Island Cup 2011, dan Indonesia Soccer Championship 2016.

Kecintaan Boaz terhadap Persipura terbukti ketika dirinya enggan hengkang dari klub tanah kelahirannya. Boaz langgeng bersama Persipura selama 17 tahun dan memutuskan hengkang pada tahun 2021. Hengkangnya Boaz dari Persipura tidak hanya kehilangan ujung tombak serangan, namun juga sosok yang menjadi pemimpin maupun panutan di dalam dan luar lapangan. Terlebih di kedalaman skuad musim ini banyak dihuni pemain muda dari putra daerah. Ini penting untuk menanamkan optimisme dan menambah aroma Persipura di masa-masa kejayaannya sebagai tim besar Indonesia.

Mutiara Hitam di Liga Indonesia

Dapat disepakati bersama, jika Persipura merupakan tim besar yang ada di Indonesia. Persipura selalu menjadi kontestan dalam persaingan papan atas klasemen. Hal paling istimewa dari Persipura adalah selalu menghasilkan dan mempercayai jasa pemain berbakat yang berasal dari putra daerahnya. Di musim ini ada nama RIcky Cawor, David Rumakiek, dan khususnya Ramai Rumakiek yang namanya mencuat kala membela timnas senior di Piala AFF 2020.

Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, Persipura selalu hadir di perebutan posisi lima besar liga. Di tahun 2009 hingga 2016, Persipura menjadi penghuni dua besar liga. Kondisi roller coaster terjadi kala itu. Di tahun 2009 Persipura menjuarai liga, tahun selanjutnya runner up, dan seterusnya hingga tahun 2016 meraih gelar Juara.

Masuk ke musim 2016/2017, Persipura finish di urutan kelima. Di musim selanjutnya merupakan posisi terendah Persipura selama beberapa tahun kebelakang dengan finish di posisi ke-12. Lalu di musim 2018/2019, menjadi titik balik Persipura kembali ke persaingan papan atas liga dengan finish di posisi tiga klasemen akhir.

Perjalanan Persipura terbilang selalu tampil di luar dugaan. Contohnya ketika Persipura menjuarai ISC 2016. Penampilan Persipura di tiga laga awal cukup sulit meraih hasil kemenangan. Di laga selanjutnya Persipura mampu menjawab keraguan dengan menorehkan empat kemenangan beruntun. Maka agak mengherankan melihat Persipura justru harus bergelut lepas dari degradasi pada musim ini.

Perjalanan Persipura yang Tidak Terduga

Masuk musim 2021/2022, Persipura tidak lagi hadir dalam persaingan papan tengah maupun atas Liga 1. Dengan situasi sekarang, nama besar Persipura tidak lagi berambisi meraih gelar juara maupun bertarung di papan tengah, melainkan berusaha keluar dari zona degradasi.

Di sembilan laga sisa, Persipura harus menampilkan penampilan terbaiknya untuk meraih kemenangan. Sembilan calon lawan Persipura terbilang cukup berat jika melihat klasemen sementara pekan ke-26, Persipura akan melawan dua tim lima besar klasemen, yakni Bali United dan Bhayangkara FC. Borneo FC, PSS, PSIS Semarang, dan Persita, adalah kesebelasan 10 besar yang tidak bisa dianggap remeh..

Kesempatan bagi Persipura yang harus dimaksimalkan adalah ketika melawan tiga tim yang berada tidak jauh dari zona degradasi, yakni Madura United, PSM Makassar, dan Persikabo 1973. Ketika melawan empat klub 10 besar, bermain baik dan efektif harus dijalankan oleh Persipura untuk meraih poin. Begitu pula dengan lawan dua tim papan atas. Imbang menjadi hasil yang baik, dan menang lebih baik lagi. Dengan kata lain, kekalahan menjadi haram ketika ambisi keluar dari zona degradasi menjadi yang utama.

Komentar