Gudang Talenta, Raksasa Media Sosial

Football Culture

by Redaksi 15

Redaksi 15

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Gudang Talenta, Raksasa Media Sosial

Tokyo Verdy akan mengingat 16 Februari 2022 sebagai hari di mana mereka berhasil menjadi salah satu klub Jepang paling populer di media sosial terlepas sudah status penghuni divisi dua yang sudah bertahan lebih dari satu dekade. Mengumumkan kedatangan bek kiri Indonesia Pratama Arhan dari PSIS Semarang, klub divisi dua Jepang tersebut berhasil meraup lebih dari 100 ribu pengikut baru di akun ofisial Instagram mereka. Dari 43.300 pengikut saat pertama Arhan diumumkan (10.00 WIB) jadi 185 ribu pada 21.00 WIB. Hanya kalah dari Vissel Kobe (279.000 pengikut).

Peningkatan jumlah pengikut yang dialami Tokyo Verdy kembali membuktikan kekuatan netizen Indonesia sebagai salah satu raksasa dunia digital. Menurut data Digital Marketing Institute yang diambil pada Januari 2021, dibanding negara Asia lainnya, Indonesia merupakan negara paling aktif di media sosial. Duduk di peringkat sembilan dunia dengan menghabiskan rata-rata tiga jam dan 14 menit setiap harinya.

Statista bahkan memprediksi Indonesia akan jadi salah satu negara dengan perkembangan media sosial terbesar keempat pada 2026. Hanya kalah dari Amerika Serikat, India, dan Tiongkok. Selain memiliki jumlah yang banyak di media sosial secara keseluruhan, Indonesia juga dipenuhi penikmat sepakbola. “Bulutangkis adalah olahraga paling berprestasi, tapi sepakbola tetap paling populer,” aku Nakhoda Tim nasional Indonesia Shin Tae-yong.

>

Waktu Egy Maulana Vikri pertama mendarat di Lechia Gdansk, jumlah pengikut klub Polandia tersebut naik lebih dari dua kali lipat ke 60 ribu akun. Padahal sebelumnya hanya 26 ribu pengikut. Fenomena tersebut pun sempat membuat mantan pemain Lechia Piotr Wisniewski tercengang. “Melihat apa yang terjadi di media sosial Lechia, itu fenomenal," katanya.

Ketika Egy hengkang dari Lechia, jumlah pengikut mereka di Instagram pun berkurang sampai 30 ribu pengikut. Klub Slovakia FK Senica yang kemudian jadi pelabuhan Egy berikutnya kemudian mengambil keuntungan. Saat pertama Egy datang, mereka berhasil mencapai 34,6 ribu pengikut. Lalu pada 2022, pihak klub memperpanjang kontrak Egy dan meminjam Witan Sulaeman dari Lechia sampai akhirnya menembus 170 pengikut di Instagram. Lebih banyak dari Viktoria Plzen, Slavia Praha, dan AC Sparta yang merupakan langganan kompetisi antar klub Eropa.

Pihak Senica sendiri mengakui bahwa keputusan mereka mempertahankan Egy tidak lepas dari nilai komersil. “Prioritas kami (di tengah krisis) saat ini adalah memastikan Egy bertahan. Keputusan ini kami ambil tidak murni dari masalah komersil, tapi juga sepakbola. Kami percaya Egy punya potensial besar,” kata Pemilik Senica Peter Snegon.

Alasan serupa juga diutarakan pihak Ansan Greener ketika memperpanjang kontrak Asnawi Mangkualam. “Keputusan Ansan mendatangkan Asnawi sebagai pemain Indonesia pertama yang bermain di K.League bukanlah sebuah kesalahan. Ia berhasil mendapatkan tempat utama dan juga dipercaya menjadi kapten Tim nasional Indonesia di Piala AFF 2022. Terlebih lagi, Asnawi telah membantu klub yang awalnya hanya memiliki lima ribu pengikut di Instagram jadi 77.000, terbanyak di K.League,” tulis pihak klub di situs resmi mereka.

Sama seperti Lechia, Senica, dan Ansan Greener yang sudah lebih dulu mendaratkan talenta Indonesia, akun suporter Tokyo Verdy dari tanah air pun juga mulai bermunculan di Instagram. Para penikmat sepakbola Indonesia juga tidak ragu memperlihatkan diri mereka di media sosial. Buktinya, saat Transfermarkt melakukan kompetisi Piala Dunia Pengikut di Instagram, Indonesia berhasil keluar sebagai juara.

Sumber: Instagram / @transfermarkt_official - print screen

Pengaruh Media Sosial Terhadap Ekonomi Sepakbola

Pada era digital, kekuatan media sosial dapat berpengaruh besar terhadap pendapatan. Cristiano Ronaldo misalnya, sebagai pesepakbola dengan jumlah pengikut terbanyak di Instagram, ia bisa mendapat 1,6 juta Dollar Amerika Serikat di setiap unggahan bersponsor.

Hal serupa juga bisa dilakukan oleh pihak klub. Ketika Juventus mendatangkan Cristiano (Agustus 2018), jumlah pengikut mereka di Instagram bertambah enam juta akun dalam 24 jam. Sekitar enam bulan kemudian, Si Nyonya Tua berhasil mengadakan kesepakatan mereka dengan Adidas jadi 395 juta Dollar Amerika Serikat selama tujuh tahun. Mereka juga berhasil meningkatkan nilai kesepakatan dengan JEEP dari 18,8 menjadi 46,4 juta Dollar Amerika Serikat.

“Dengan mendatangkan Cristiano, Juventus berhasil meningkatkan kapital mereka sebesar 341 juta Dollar Amerika Serikat. Cristiano menarik banyak minat dan pengikut. Namun dengan langka ini, kubu Juventus berarti juga sudah menentukan jalan mereka. Mereka harus terus berkembang dan menang. Tidak ada pilihan lain,” kata Marco Bellizano, penulis buku ‘La Fine del Calcio Italiano’ atau ‘The End of Italian Football’ yang membahas bagaimana sepakbola Italia gagal memanfaatkan uang saat periode emas tahun 90-an.

Lionel Messi juga memiliki efek yang sama ketika mendarat di Paris Saint-Germain (PSG). Dalam waktu 24 jam, jumlah pengikut akun ofisial klub di Instagram bertambah tiga juta orang. PSG juga berhasil mendapatkan delapan sponsor baru berkat kedatangan Messi. Dari minuman ringan, Big Cola hingga produk mode, Dior. Begitu krusial sosok Messi dari segi komersil, dirinya bahkan diikutsertakan PSG saat merilis kostum kolaborasi dengan Air Jordan. Sekalipun Messi adalah duta Adidas, dan Air Jordan merupakan produk di bawah naungan Nike.

Modal Berharga Talenta Indonesia

Menurut Football Benchmark, jumlah pengikut suatu klub di media sosial berbanding lurus dengan angka pemasukan mereka. Walaupun tidak semua bisa memaksimalkan jumlah tersebut untuk aliran dana klub. Melihat fenomena Egy, Asnawi, Witan, dan Arhan, kekuatan netizen Indonesia berpeluang membantu mereka untuk berkarier di luar negeri.

Meskipun juga dikenal sebagai kelompok yang galak dan cenderung kekanak-anakan ketika merasa direndahkan, seperti saat Mees Hilgers mundur dari proses naturalisasi atau ketika Elkan Baggott harus dikarantina sebelum bisa tampil di AFF, Indonesia merupakan salah satu raksasa media sosial. Jika ada klub yang ingin meningkatkan keberadaan mereka di media sosial, merekrut pemain asal Indonesia adalah salah satu jalan pintasnya.

Indonesia juga dipenuhi dengan talenta-talenta berkualitas. Sebut saja Ricky Kambuaya, Alfreandra Dewangga, dan Marselino Ferdinan. Nama terakhir bahkan diunggulkan untuk menyusul Arhan ke Jepang oleh rekan satu timnya di Persebaya Surabaya, Taisei Marukawa.

Namun para pemain juga harus berhati-hati ketika diminati sebuah klub. Arhan dan Tokyo Verdy bisa dilihat sebagai dilihat sebagai perpaduan yang ideal. Menurut laporan Transfermarkt, terdapat klausul yang mengizinkan pemain kelahiran 21 Desember 2001 itu untuk dilepas secara cuma-cuma apabila ia dilirik oleh klub Jepang, Korea Selatan, dan Eropa. Artinya ada keinginan dari Arhan untuk berkarier di negara tersebut dan pihak PSIS Semarang pun merestuinya.

“Sudah menjadi komitmen kami, demi masa depan Arhan, pihak klub tidak menerima uang sepeser pun. Sebuah kebanggaan tersendiri melihat produk akdemi PSIS dilirik klub Jepang,” jelas CEO PSIS Yoyok Sukawi.

Tokyo Verdy kemudian mendapatkan durian runtuh. Sebelumnya, mereka dikenal sebagai klub yang berhasil membesarkan nama-nama tenar seperti Kazuyoshi Miura, Hulk, Hulk, Takayuki Morimoto, dan Shoya Nakajima. Kini mereka berhasil mendaratkan pemain bertalenta yang sejak Piala AFF 2020, sudah menjadi pesepakbola Indonesia dengan jumlah pengikut terbanyak di Instagram (2,9 juta), lebih dari Egy (2,4), Febri Hariyadi (2jt), ataupun Asnawi (1,7jt). Wajar jika pada akhirnya akun Instagram mereka yang biasa kesulitan untuk menembus 1.000 likes tiba-tiba berhasil menembus angka 300 ribu di unggahan terkait Arhan.

Kenaikan angka pengikut mungkin tidak memiliki dampak langsung di dalam lapangan. Peningkatan karier hanya bisa ditentukan oleh sang pemain sendiri. Bagaimanapun, mau diakui atau tidak, pembelian pemain memang sudah "sepaket" dengan popularitas di era modern ini.

Sumber: Instagram / @taiseimarukawa - print screen

Komentar