Pasal Karet Regulasi Demi Tancap Gas Liga

Nasional

by Ifsani Ehsan Fachrezi

Ifsani Ehsan Fachrezi

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Pasal Karet Regulasi Demi Tancap Gas Liga

Sudah kurang lebih 60 pemain Liga 1 Indonesia yang terpapar Covid 19 hingga saat ini. Sebuah kondisi yang tentunya sangat sulit bagi pelaku sepakbola Indonesia. Klub yang memutar otak agar tetap bermain di samping kondisi skuad yang seadanya, hingga sang operator yang kelimpungan dalam menangani para kontestan liga dalam memulihkan situasi.

Beberapa klub sepakat menunda dan terus jalan di tengah kedalaman skuad yang mengkhawatirkan. Dua laga yang sepakat ditunda di antaranya, Persipura Jayapura vs Madura United (1/2) dan PSM Makassar vs Persib Bandung (2/2). Hal ini disebabkan banyaknya pemain yang terjangkit Covid.

Pasal Karet dan Aturan IFAB Sebagai Acuan

Di pekan yang sama, tepatnya 5 Februari 2022, ada kejanggalan dalam sebuah laga yang mempertemukan antara Madura dan Persela Lamongan. Di laga tersebut, Persela mendaftarkan 13 pemain dalam Daftar Susunan Pemain (DSP).

Direktur Utama (Dirut) PT Liga Indonesia Baru (LIB) mengatakan jika kasus yang menyangkut Persela bukan dikarenakan pemainnya yang terpapar Covid 19. Satu orang yang mengalami cedera membuatnya tidak didaftarkan ke DSP.

“Persela itu kan sudah 14 pemain, artinya layak untuk bermain untuk di Liga 1 sekarang. Tapi karena satunya cedera dia tidak didaftarkan di DSP. Intinya (sisa dari 14 pemain) yang terkena Covid 19,” ujarnya kepada Pandit Football, hari Minggu 6 Februari 2022.

Pun jika melihat pada Regulasi Liga 1 2021/2022 pada pasal 52 poin ke-7 tidak disebutkan ketika klub dalam keadaan krisis pemain akibat Covid 19 dan tersisa minimal 14 pemain harus ditunda. Namun, di poin tersebut mengharuskan kedua klub bertindak untuk melakukan rapat darurat. Hasil dari rapat darurat itulah yang kemudian menjadi keputusan terakhir laga ditunda atau terus berlanjut.

Dengan begitu, aturan minimal pemain yang bertanding kembali kepada aturan The International Football Association Board (IFAB). IFAB menjadi landasan jalannya sebuah pertandingan di Liga 1. Sebagaimana yang tercantum dalam Regulasi BRI Liga 1 2021/2022, Pasal 10 mengenai Pertandingan poin pertama berbunyi, “Seluruh pertandingan dimainkan sesuai dengan Laws of the Game 2021/2022 yang dibuat oleh IFAB dan diterbitkan oleh FIFA.”

Maka dari itu, jika merujuk pada aturan IFAB, minimal minimal tujuh pemain yang siap bermain dalam menjalankan sebuah pertandingan sepakbola. “Kalau kesiapan tim sih kalau bisa main semua, ya bisa. Sebetulnya dari aturan IFAB itu kan tujuh minimal. Di kita kan pakai asas minimal 14 orang karena sisanya Covid 19, kalau soal cedera itu masalah kesiapan,” ujar Lukita.

Keputusan ditunda atau tidaknya sebuah pertandingan kembali lagi kepada kesiapan tim. Meski tim tersebut hanya menyisakan 13 pemain dengan alasan terkena badai Covid 19, pertandingan akan tetap digelar jika dalam rapat tersebut kedua tim sepakat melanjutkan.

Tidak ada penegasan mengenai kapan pertandingan harus ditunda dalam regulasi. Bahkan jika pemain menyisakan tujuh pemain karena Covid 19 dan kedua tim sepakat bermain, maka laga akan terus digelar karena mengacu pada aturan IFAB.

Masih Berlanjut

Hingga tulisan ini ditayangkan, LIB enggan memberhentikan liga untuk sementara waktu. LIB memilih fokus untuk meredam kasus Covid 19 dan memutus rantai penyebaran di ranah kompetisi Liga 1.

“Kalau kondisi sekarang trennya sedang menurun. Jadi kita sepakat (untuk lanjut), kalau berhenti juga harus hati-hati, kalau memang ada lonjakan tinggi atau gimana. Nyatanya, trennya sekarang lagi turun. Diupayakan untuk terus turun gitu kasus Covid 19 nya, karena kita pakai karantina penuh sekarang,” ujar Lukita.

Keputusannya untuk tancap gas tentunya kontradiktif dengan apa yang diinginkan oleh para pecinta sepakbola Indonesia saat ini. Bahkan Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali meluapkan keresahannya kepada publik melalui akun Instagram miliknya terhadap situasi kompetisi sepakbola Indonesia saat ini.

Unggahan dengan gambar Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, sedang menendang bola dengan bertuliskan, “Save Our Soccer. Surat Terbuka Untuk Presiden. Tolong Sepakbolanya, Pak Jokowi…”. Di keterangan gambar tersebut, dengan panjang lebar ia menjelaskan tentang keruwetan Liga 1 yang tetap berlanjut di tengah kasus Covid 19 yang semakin meningkat.

Ia kemudian membandingkan kompetisi sepakbola dengan kompetisi basket yang memutuskan dihentikan sementara karena adanya lonjakan kasus Covid 19. Banyak tokoh sudah menyarankan untuk DISTOP sementara seperti halnya Indonesia Basket League. Tujuannya, untuk memutus mata rantai penyebaran di Liga 1 sekaligus melakukan inkubasi dan evaluasi pelaksanaan sistem bubble to bubble yang tidak efektif. Tapi, @pssi dan @pt_lib dengan tetap memaksa pertandingan digelar meski jumlah pemain tak memadai.”

Hingga saat ini, belum ada klub yang mengajukan secara resmi dan serius agar liga diberhentikan dengan alasan pemulihan Covid 19. “Secara tertulis tidak ada,” ujar Lukita.

LIB akan terus tancap gas ketika mayoritas klub kontestan liga memutuskan untuk melanjutkan kompetisi. Seperti pada kasus berhentinya Liga 1 2020 dengan alasan serupa, LIB bersama klub mengadakan rapat bersama pemilik klub untuk memutuskan jika liga akan dihentikan sementara atau permanen terlebih dahulu.

Surat terbuka Akmal rasanya cukup menggambarkan situasi liga yang memprihatinkan; harus minta bantuan pihak eksternal (dalam hal ini, pemerintah) agar ada perubahan signifikan. Kualitas yang tergadaikan, serta kesehatan yang diperjudikan, hanya demi menggugurkan kewajiban rasanya bukan ciri dari sebuah kompetisi yang bisa dibanggakan.

Komentar