Tindak Tegas Pelanggar "Bubble" atau Liga Dihentikan?

Nasional

by Ifsani Ehsan Fachrezi

Ifsani Ehsan Fachrezi

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Tindak Tegas Pelanggar "Bubble" atau Liga Dihentikan?

Kasus Covid 19 di ranah sepakbola semakin mengkhawatirkan. Klub yang terdampak memutar otak untuk menuntaskan laga tanpa dihadiri pemain utamanya. Hingga tulisan ini dimuat, liga masih tetap bergulir, walau beberapa tim terpaksa kehilangan mayoritas pemain intinya. Salah satunya Persib Bandung yang paling banyak kehilangan pemainnya, yakni sembilan pemain ketika laga kontra Persikabo, hari Sabtu 29 Januari 2022.

Merespons atas kasus yang semakin melonjak, Direktur Utama (Dirut) Liga Indonesia Baru (LIB) Akhmad Hadian Lukita mengirimkan surat dan memo agar setiap klub harus memantau mobilitas pemainnya kemanapun mereka pergi. Hal tersebut berkaitan dengan resiko kerugian yang ditanggung oleh klubnya sendiri.

Seperti dalam pembahasan sebelumnya mengenai dampak dari libur liga, para pemain diberi kebebasan oleh klub untuk menikmati jatah libur di luar agenda latihan klub. Menurut Lukita, hal tersebut menjadi keterbatasan klub dan operator liga dalam memantau mobilitas pemain dalam melakukan kegiatan di luar lapangan.

Kepada Pandit Football, Lukita memaparkan jika, “Pada saat jeda kita tidak tahu detail kegiatannya apa saja, tapi sekarang sudah masuk liga dan kita disiplin ketat,” ujarnya, hari Sabtu 29 Januari 2022.

Pengawasan Sistem Bubble yang Harus Diperketat

Pengawasan kepada klub dan pemain akan diperketat seiring meningkatnya kasus harian Covid 19. Begitu pula dengan apa yang disampaikan oleh Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali dalam sebuah rilis yang terbit pada hari Sabtu 29 Januari 2022.

Dalam rilis tersebut, SOS melalui Akmal meminta LIB selaku operator liga harus memperketat protokol kesehatan di tengah kasus yang semakin meroket. Gelaran liga 1 yang menerapkan sistem bubble to bubble atau mobilitas yang terjadi hanya di tempat tertentu menjadi kebijakan yang diterapkan demi meminimalisir penularan Covid 19. Pihak klub hanya diperkenankan mengunjungi penginapan, stadion, dan tempat latihan ketika agenda liga bergulir.

SOS memantau ketika liga sudah menginjak ke seri ke dua, sistem bubble to bubble tersebut mulai mengendur. "Sejak Seri 2 sistem bubble to bubble kendur ditegakkan. Para pemain bebas keluar hotel dan makan di warung/restoran bersama kolega. Banyak orang hilir mudik masuk ke hotel. Ini sungguh disayangkan," kata Akmal melalui rilis SOS.

Penggalan terakhir dari rilis tersebut mendesak agar LIB selaku operator liga memperketat sistem bubble to bubble terhadap pemain liga 1, seperti tidak lagi berkeliaran di pantai, kafe, maupun tempat yang di luar “bubble”.

Agenda timnas pun tidak luput dari badai Covid 19. Digelar di tempat yang sama dengan liga alhasil delapan pemain timnas terpapar Covid 19. Hal tersebut dikonfirmasi langsung oleh Shin Tae-yong melalui konferensi pers pasca laga uji coba melawan Timor Leste, hari Minggu 30 Januari 2022.

Shin mengaku jika pemain Indonesia beserta staf kepelatihan selalu taat dalam menerapkan protokol kesehatan, salah satunya dengan rajin melakukan tes PCR secara rutin. Dengan terpaparnya delapan pemain asuhannya di timnas, Shin mengaku kebingungan.

“Jadi untuk protokol sangat kita patuhi dengan baik. Tetapi, dengan terjadinya seperti ini, saya pun sangat bingung,” paparnya ketika konferensi pers pasca pertandingan melawan Timor Leste di Stadion Kapten I Wayan Dipta, hari Minggu 30 Januari 2022.

Kelanjutan Liga yang Dikhawatirkan

Hingga tulisan ini dimuat, sebanyak 31 pemain termasuk sembilan pemain Indonesia yang diumumkan positif Covid 19, hari Minggu 30 Januari 2022. Tiga pemain PSS Sleman dan Maman Abdurrahman menjadi data terbaru pemain Indonesia yang terpapar Covid 19.

Dalam kasus ini perhatian dari pihak yang terlibat dalam agenda liga mesti diperketat. Lukita menjelaskan, kasus COVID 19 semakin tak terhindarkan jika pemain-pemainnya masih membandel. Tentu saja liga terancam dihentikan jika semakin banyak pemain yang menderita COVID 19. “Klub harus memantau pemainnya masing-masing, karena akan merugikan klub itu sendiri, termasuk liganya bisa dihentikan juga,” imbuhnya.

Artinya, pihak klub memang harus semakin ketat memantau para pemainnya. Begitu pun dengan Akmal Marhali dalam pernyataannya melalui rilis SOS menyarankan dua pilihan untuk operator liga. Sebab ada kekhawatiran atas risiko bergulirnya liga di tengah naiknya kasus COVID 19. Baginya, tidak ada pilihan lain selain memperketat bubble dan protokol kesehatan. “Tegas prokes atau stop sementara kompetisi sampai penyebaran Covid-19 bisa dikendalikan," ujar Akmal.

Sementara itu, Direktur Operasional LIB, Sudjarno tetap teguh bahwa Liga 1 musim ini akan terus bergulir. Ia memaparkan akan terus melanjutkan liga seperti biasa dan laga selanjutnya sesuai dengan jadwal meski jumlah yang terpapar semakin banyak. “Liga masih berlanjut, tidak pindah tempat dan terus berjalan. Besok masih ada pertandingan. Tidak ada masalah,” ujarnya saat diwawancarai oleh Pandit Football melalui sambungan telepon, hari Senin 31 Januari 2022.

Penegasan itu bukan tanpa alasan, Sudjarno menjamin keamanan liga dengan memisahkan pemain yang terpapar dan melakukan perawatan dengan Prosedur Operasi Standar (SOP). Para pemain yang terpapar hanya mengalami gejala ringan, hingga tanpa gejala. “Gejala ringan saja, seperti batuk-batuk. Mudah mudahan empat sampai lima hari mereka bisa sudah negatif,” paparnya.

Dalam mencegah Covid 19, apalagi varian baru Omicron yang semakin meluas, dosis vaksin booster telah diajukan untuk para pemain. “Vaksin booster itu sudah kita ajukan ke pemerintah provinsi ini untuk para pemain yang memenuhi syarat. Ini yang sedang kita data dan kita ajukan.” Kata Sudjarno.

Pelanggar Bubble Wajib Ditindak Tegas

Mulai dari kasus lima pemain Arema, hingga kasus terbaru Timnas, PSS, ataupun Maman Abdurrahman, ini merupakan buah dari kelalaian klub maupun operator dalam mengkonstruksi sebuah aturan. Operator, klub, dan pemain seharusnya menyadari akan maraknya kasus Covid 19 sedang ramai di Indonesia. Ribuan kasus per hari seharusnya menjadi informasi yang genting bagi pihak terkait untuk lebih waspada.

Melihat aturan bubble to bubble, pemain yang melanggar tidak ada tindak lanjut yang tegas dari operator. Jika memang serius, contoh penyelenggara Piala AFF 2020, Singapura yang melarang empat pemain timnas tampil di putaran kedua final melawan Thailand. Keempat pemain tersebut disanksi karena melanggar aturan bubble yang telah ditetapkan.

Perbandingan diatas bukan bermaksud membanding-bandingkan dan mendiskreditkan peran operator liga ataupun federasi. Tapi pada kenyataannya memang begitu adanya, lalai dan tidak tegas. Sampai saat ini, sanksi yang dijatuhkan belum ada yang menyangkut pelanggaran prokes ataupun peraturan bubble to bubble.

Padahal itu merupakan aturan yang paling krusial dan mendasar ketika kompetisi diselenggarakan di tengah pandemi. Indonesia masih belum kondusif layaknya Inggris yang sudah memperbolehkan melepas masker. Jangan sampai tindakan lalai tersebut terulang. Atau apakah memang masih ingin liga diberhentikan “lagi”?

Komentar