Tuntutlah Ilmu Sampai ke Luar Negeri!

Cerita

by Redaksi2022

Redaksi2022

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Tuntutlah Ilmu Sampai ke Luar Negeri!

Bagi sebagian pesepakbola, berkarir di luar negeri - yang jauh dari tanah kelahirannya - adalah sebuah impian. “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina,” adalah sepenggal kalimat yang memberi wejangan agar kita, atau lebih tepatnya para pemain sepak bola, mencari wawasan sejauh-jauhnya dan seluas-luasnya. Namun, dari segelintir pemain Indonesia, minim potensi yang diimplementasikan di luar negeri.

Sejauh ini, ada Egy Maulana Vikri (FK Senica/Slovakia), Witan Sulaeman (Lechia Gdansk/Polandia), Asnawi Mangkualam (Ansan Greeners/Korea Selatan), serta Elkan Baggott (Ipswich Town/Inggris) yang tempo lalu terlibat dengan Timnas Indonesia di Piala AFF 2020.

Selain itu, dua nama lain yang dilibatkan dalam timnas dan sempat berkarier di luar, yakni Ryuji Utomo (sebelumnya Penang/Malaysia) serta Syahrian Abimanyu (sebelumnya Johor Darul Ta’zim/Malaysia). Keduanya memilih pulang pada jeda musim sekarang dan bergabung dengan Persija Jakarta.

Sementara Bagus Kahfi (Utrecht/Belanda), Brylian Aldama (NK Pomorac/Kroasia), David Maulana (NK Pomorac/Kroasia), dan Saddil Ramdani (Sabah/Malaysia) adalah beberapa pemain luar negeri yang tidak dipanggil untuk Piala AFF 2020.

Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong (STY) sempat menyinggung minim pemain yang terjun ke luar negeri. Juru taktik berusia 51 tahun itu menuntut para pemain agar unjuk gigi di luar kampung halaman, khususnya di Liga Jepang, Korea Selatan sampai Eropa.

“Dengan begitu, pasti akan ada perkembangan untuk sepak bola Indonesia,” seru STY kepada Detik. STY tidak berbicara tanpa dasar, sebab rupanya kompetisi domestik Indonesia menempati peringkat ke-26 dari 47 negara menurut Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC).

Dari sederet negara asal Asia Tenggara, kompetisi Indonesia kalah peringkat dari Singapura, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Thailand.

Lantas, apakah kompetisi Indonesia seburuk itu? Boleh jadi. Menurut STY, tidak mudah meningkatkan level timnas jika liga domestik tidak mendukung. “Performa liga dan tempo pertandingan harus ditingkatkan.”

Liga Indonesia yang kurang baik, berimbas pada performa pemain. Sedari awal mengarsiteki timnas, STY sampai harus menekankan hal-hal dasar bagi pemain yang bermuara di liga domestik, seperti operan pendek. Terlebih lagi, sekembalinya pemain usai membela timnas, kebiasaan yang dituntut STY seketika hilang.

Pengalaman, Reputasi, dan Gim

Sudah menjadi rahasia umum bahwa liga domestik Indonesia tidak terlalu menunjang karier sepak bola. Pembinaan usia muda, infrastruktur, sampai liga yang selalu didera masalah, menjadi batu sandungan bagi pesepakbola profesional. Namun lain cerita bagi pesepakbola yang hanya sekedar menuntut hidup berkecukupan, tanpa punya impian berkarier di luar negeri.

Seyogyanya pemain Indonesia harus punya tekad untuk berkarir di tanah orang, entah lewat agen, relasi, ataupun bermain sebaik mungkin agar dilirik pencari bakat internasional. Namun yang paling penting, mereka harus melangkah ke luar negeri sedini mungkin.

Dari barisan pemain Indonesia yang berkiprah di luar negeri, mereka memiliki usia yang relatif muda. Jika dihitung, rata-rata berusia 25 tahun ke bawah. Meski baru seumur jagung, mereka mengambil keputusan paling berani: pergi ke luar negeri. Terlepas menit bermain yang didapatkan, setidaknya mereka punya bekal pengalaman berharga untuk terus mengembangkan kariernya pribadi.

Kita tahu, Egy merupakan salah satu pembuka gerbang pemain go international dalam dasawarsa terakhir. Pertama, ia berkarier di Lechia Gdansk (Polandia), lalu berlabuh ke FK Senica (Slowakia). Berkat sepak terjang yang baik di Eropa, Ia dinobatkan menjadi satu-satunya pemain asal Indonesia yang tampil di FIFA Mobile.

Egy tampil pada musim keempat dan kelima (FIFA Mobile telah memasuki musim keenam). Masuknya Egy ke ranah gim tak terlepas dari peran komunitas #FIFAMobileIndonesia. Semua berawal dari permintaan pemain FIFA Mobile asal Indonesia dengan username Big Ronz.

Sejak tahun 2018, Big Ronz meminta EA lewat forum diskusi agar memasukkan Egy ke dalam jajaran pesepakbola di FIFA Mobile. Setahun berselang, perjuangannya tersebut membuahkan hasil. “Untung dibantu oleh komunitas Indonesia maupun luar negeri,” imbuh Big Ronz.

Pada gim tersebut, Egy masuk kategori Bronze Player dengan OVR 54 di musim pertama dan kedua. Statistik pemain asal Medan di FIFA Mobile sejalan dengan apa yang terjadi dalam kariernya. Egy direkrut Lechia pada Maret 2018 hingga Juni 2021 dan lebih sering membela tim kedua sebanyak 17 kali dan 17 gol. Di tim utama Egy hanya bermain 11 kali atau 132 menit.

Keluar dari Zona Nyaman

Egy serta sederet nama pemain Indonesia yang bermain di luar negeri, adalah bukti sahih bahwa penggawa Tanah Air punya potensi, selain diberkati relasi. STY sudah memperingatkan agar pemain segera angkat kaki dari kampung halaman, demi masa depan dan reputasi yang lebih baik.

Apalagi saat berada di usia muda, pengalaman menimba ilmu di negara lain sangatlah penting. Buktinya para pemain muda dengan minim pengalaman, bisa menyabet gelar runner-up untuk timnas di Piala AFF 2020.

Seandainya lebih banyak lagi pemain keluar dari zona nyaman, Garuda bisa terbang lebih tinggi di kompetisi Asia Tenggara maupun internasional.

Komentar