Misi Vietnam Pertahankan Titel Juara

Cerita

by Redaksi2022

Redaksi2022

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Misi Vietnam Pertahankan Titel Juara

Jika membicarakan sepakbola dan Piala AFF, suporter Vietnam mungkin akan meneriakkan tiga kata ke negara-negara tetangga: Le Chong Vinh!! Penyerang yang sudah mewarnai turnamen sejak era Piala Tiger itu adalah penyerang terbaik Tim Nasional Vietnam dengan mencetak 51 gol dalam 83 penampilan. Total 15 dari 51 gol tersebut dicetak di turnamen sepakbola terbesar Asia Tenggara, membuat namanya terdaftar sebagai salah satu pemain paling produktif dalam sejarah turnamen.

Dari lima gelaran Piala AFF yang diikutinya, edisi 2008 mungkin menjadi paling penting bagi Vinh. Bertemu Thailand di partai final, Vinh menjadi penentu kemenangan Vietnam dengan golnya di menit akhir pertandingan leg kedua. Tanpa gol tersebut, pertandingan akan dilanjutkan ke babak tambahan waktu dan entah siapa yang akan keluar menjadi juara. Namun berkat gol Vinh, Vietnam yang sudah unggul 2-1 di leg pertama berhasil mengunci gelar pertama mereka dalam 90 menit dengan agregat 3-2. Ini adalah momen yang meresmikan Vinh sebagai tulang punggung Tim Nasional Vietnam.

Usianya ketika itu baru 23 tahun, meski demikian Vinh sudah menyandang label anak emas sepakbola Vietnam. Sebelum memberikan gelar juara Piala AFF, ia sudah tiga kali dinobatkan sebagai pemain terbaik Vietnam (2004, 2006, 2007). Jumlah tersebut sama dengan capaian pendahulunya, Le Huynh Duc yang juga merupakan pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah Tim Nasional Vietnam, sebelum dilengserkan Vinh di 2011.

Kesuksesan Vinh di level nasional sempat membuat klub Portugal, Leixoes, memberanikan diri untuk mendatangkan jasanya dari Ha Noi FC. Ketertarikan Leixoes itu pun disambut baik oleh Vinh. “Bagi pemain Vietnam, berlaga di Portugal adalah sebuah mimpi yang jadi kenyataan,” akunya. Sayangnya, nasib Vinh di Portugal tidak jauh beda dengan Nguyen Viet Thang yang sudah lebih dulu membela Porto B di 2005. Keduanya sama-sama jarang mendapatkan jam terbang. Sama-sama hanya bermain dua kali untuk masing-masing klub.

Cedera memaksa Vinh absen pada Piala AFF 2010. Nguyen Anh Duc, Nguyen Trong Huang, Nguyen Vu Phong, dan Nguyen-Nguyen lainnya sanggup mengisi absen Vinh dengan meloloskan Tim Naga Emas sebagai juara Grup A. Namun, mereka gagal di semifinal setelah ditekuk Malaysia dua gol tanpa balas.

Baca juga: Asal Usul Banyaknya Nama "Nguyen" di Vietnam

Vinh kembali masuk ke dalam skuad Vietnam untuk Piala AFF 2012, masalahnya kali ini sepakbola mereka memang sedang hancur. Ketua Federasi Sepakbola Vietnam (VFF) Nguyen Duc Vien divonis hukuman 30 tahun penjara dengan alasan penggelapan uang. Hal ini nyaris membuat beberapa tim Vietnam bangkrut. Tim Naga Emas pun gugur di fase grup kala itu.

Setelah disingkirkan Indonesia di semifinal Piala AFF 2016, Vinh memutuskan untuk gantung sepatu. “Jika Vietnam lolos ke final, mungkin saya akan berpikir dua kali soal pensiun. Pasalnya, ada tawaran dari klub asing untuk musim 2017/2018. Tapi kegagalan ini sangat menyakitkan dan saya tak bisa kembali bermain sepakbola. Saya terlalu mencintai tim nasional,” aku Vinh.

Generasi Emas Selanjutnya

Sepeninggalan Vinh, Vietnam mulai mencari talenta-talenta baru. Beruntung ada dua kesebelasan yang bisa diandalkan untuk urusan talenta: Hoang Anh Gia Lai (HAGL) dan Hanoi FC. Apalagi akademi HAGL turut disponsori oleh Arsenal sejak 2007.

Nguyen Cong Phuong, Nguyen Quang Hai, Ha Duc Chinh dan Bui Tien Dung, merupakan lulusan kedua akademi tersebut. Mereka menjadi kunci keberhasilan Naga Emas di SEA Games 2017, dan juga Piala AFC U23, serta Piala AFF di 2018.

Pada SEA Games 2017, setidaknya Vietnam menorehkan 12 gol hanya dalam tiga pertandingan menghadapi Timor Leste (4-0), Kamboja (4-1), dan Filipina (4-0). Cong Phuong menjadi pemain paling bersinar untuk mereka kala itu dengan menyarangkan empat gol. Namun, mereka masih bisa ditahan Indonesia dan dikalahkan Thailand, sehingga gagal lolos fase grup.

Menyusul kegagalan Vietnam, posisi Nguyen Huu Thang sebagai kepala pelatih digantikan oleh Park Hang-seo. Pelatih asal Korea Selatan itu pun langsung diuji dengan Piala AFC U23 2018. Hang-seo meminta Cong Phuong dan kawan-kawan untuk bermain secara defensif pada turnamen itu. Harus menghadapi Korea Selatan, Australia, Suriah, Irak, dan Qatar, keputusan Hang-seo terbukti tepat.

Mereka selalu berusaha unggul cepat akan bisa fokus menahan gempuran. Ketika skor masih imbang atau kondisi tertinggal, serangan yang mereka lancarkan juga tidak jarang memaksimalkan bola-bola panjang atau tendangan jarak jauh agar bisa kembali bertahan. Cara ini meloloskan Vietnam ke babak final walaupun akhirnya harus kalah dari Uzbekistan.

“Saya yakin Vietnam memiliki pemain yang bisa mendominasi Asia Tenggara dan mereka harus konsisten mencapai level turnamen Asia serta kualifikasi Piala Dunia," ucap pengamat sepakbola Fox Sports Asia, Scott McIntyre, sesaat setelah kekalahan Vietnam di Piala Asia U23 2018.

Ucapan McIntyre lantas menjadi kenyataan. Pada tahun yang sama, Vietnam merengkuh juara Piala AFF 2018 kedua kalinya. Han-seo menitikberatkan kombinasi antara generasi U23 dan digabungkan dengan generasi sebelumnya, yakni Nguyen Trong Hoang, Nguyen Tuan Manh, dan Nguyen Anh Duc.

Mempertahankan Kesuksesan

Dari skuad yang dibawa Hang-seo untuk Piala AFF 2020, rata-rata dari mereka sudah memasuki akhir kepala dua, dan ada juga Bui Tan Truon yang sudah berumur 35 tahun. Meski demikian 11 dari 30 nama yang dipanggil masih tergolong baru di tim nasional, membela Naga Emas kurang dari 10 kali. Termasuk, Tran Van Dat, Do Thanh Thinh, dan Quan Van Chuan yang baru akan menjalani debut di Piala AFF 2020.

Satu hal yang pasti, jika Vietnam ingin melanjutkan momentum kebangkitan mereka, Nguyen masih menjadi andalan utama. Entah itu Nguyen Quang Hai yang sudah mengoleksi 34 penampilan di usia 24 tahun, atau Nguyen Chong Phuong, pencetak gol terbanyak di fase Kualifikasi Piala Asia U19 2014 dengan pengalaman menjuarai Piala AFF 2018.

Dari catatan lima laga terakhir, Vietnam tidak sama sekali mendulang kemenangan di kualifikasi Piala Dunia 2022. Rata-rata kebobolan selisih satu, yang menunjukkan lini pertahanan Naga Emas begitu diandalkan. Pada Piala AFF 2018, Vietnam kebobolan empat atau paling sedikit. Mereka sebenarnya memiliki lini pertahanan yang mumpuni. Namun mereka bukan hanya soal pertahanan, pada Piala AFF 2018, Tim Naga Emas mencetak 15 gol sepanjang turnamen, kedua setelah Thailand. Ini tentu jadi modal berharga untuk mempertahankan gelar juara.

Baca juga: Pemain Naturalisasi Tidak Bisa Sisihkan Nguyen di Timnas Vietnam

Komentar