Meninjau Serangan Sayap Timnas Jerman

Analisis

by Redaksi 7

Redaksi 7

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Meninjau Serangan Sayap Timnas Jerman

Tak sedikit pihak yang mengkritik Joachim Loew ketika ia mulai mengimplementasikan skema tiga bek di Timnas Jerman. Setelah kegagalan Piala Dunia 2018, pelatih berusia 61 tahun itu mulai bereksperimen dengan sistem baru. Loew mempersiapkan pakem tiga bek untuk menghadapi Piala Eropa 2020, yang mana merupakan turnamen terakhirnya bersama die Mannschaft.

Juara Piala Dunia 2014 tersebut ingin skuadnya terbiasa baik dengan sistem tiga bek maupun empat bek yang mana bisa membuatnya lebih leluasa menurunkan berbagai variasi di putaran final Piala Eropa.

“Yang terpenting adalah kami tetap mempertahankan filosofi kami. Ini tak ada hubungannya dengan sistem. Ini semua tentang memainkan bola dan mengokupasi ruang. Di manakah saya bisa memicu dinamik? Itulah yang terpenting,” kata Loew menjawab kritik yang diarahkan kepadanya pada 2020 silam.

Di partai pembuka Piala Eropa 2020, taktik Loew menuai hasil yang kurang memuaskan. Jerman dibungkam Perancis 1-0 dan mereka kewalahan menahan serangan balik anak asuh Didier Deschamps. Namun, di pertandingan kedua, skema yang diterapkan Loew menunjukkan tajinya. Thomas Mueller dan kawan-kawan membabat Portugal 2-4.

Hasil tersebut membuka lebar kans Jerman untuk lolos ke fase gugur. Penampilan apik lawan Portugal juga membuktikan bahwa eksperimen Loew bisa dieksekusi dengan baik. Mereka memang masih kecolongan serangan balik berbahaya, tetapi kali ini Jerman mengungguli lawan dan menunjukkan implementasi yang lebih baik.

Serangan Jerman jauh lebih efektif dibanding saat menghadapi Perancis. Serangan sayap mereka berhasil membongkar blok pertahanan rapat anak asuh Fernando Santos.

Sebagaimana normalnya sistem tiga bek, peran wing-back amat vital dalam skema Joachim Loew. Untuk memaksimalkan serangan sayap, sang pelatih memberi peran berbeda kepada masing-masing wing-back, yakni Robin Gosens dan Joshua Kimmich. Dalam laga kontra Portugal, dua pemain tersebut tampil brilian dan terlibat langsung dalam kesemua gol Timnas Jerman.

Beda Peran Gosens dan Kimmich

Robin Gosens adalah wing-back natural. Ia telah bermain di posisi tersebut sejak direkrut Gian Piero Gasperini ke Atalanta. Keputusan Loew menggunakan pakem tiga bek pun menguntungkan sang pemain karena kualitasnya bisa diakomodasi.

Bek berusia 26 tahun itu terbiasa mengemban peran ofensif sebagai wing-back kiri La Dea. Kehadiran sang pemain pun bisa membantu Loew mengimplementasikan idenya. Gosens tampil mengesankan saat diberi debut, mengemas satu asis dalam laga kontra Spanyol, September 2020 silam.

Gosens baru saja melalui musim impresif bersama Atalanta, mencetak 11 gol dan delapan asis di Serie A 2020/21. Bertolak dari momentum positif di level klub, ia menjadi pilihan utama di pos bek kiri Timnas Jerman. Kemampuan ofensifnya berupaya dimaksimalkan Loew.

Bek Atalanta itu diinstruksikan untuk menjaga kelebaran sisi kiri di fase awal build-up. Gosens hampir selalu berada di dekat tepi lapangan. Ia sering menjadi target umpan ketika Jerman hendak mengalihkan arah serangan ke sayap kiri.

Sementara itu, di sisi sebaliknya, Joshua Kimmich juga diminta menjaga kelebaran. Dengan kehadiran pemain di tepi, Jerman berupaya meregangkan permainan. Sehingga, tim lawan mesti mengover area yang lebih luas.

Skema Jerman menimbulkan keunggulan tersendiri ketika menghadapi lawan yang bermain dengan blok pertahanan rapat. Pasalnya, formasi lawan akan berorientasi ke salah satu sisi di mana bola berada sehingga membuka ruang di sisi jauh. Die Mannschaft bisa memanfaatkan ruang yang terbuka dengan switch cepat ke sisi lain lapangan. Mereka memiliki profil pengumpan yang mumpuni untuk melakukannya.

Baik Gosens maupun Kimmich memiliki tanggung jawab untuk meregangkan permainan saat serangan dimulai. Perbedaan peran dua wing-back ini akan terlihat ketika tim memasuki fase menyerang di sepertiga akhir.

Tak seperti Kimmich, Gosens cenderung masih melebar ketika timnya menguasai bola di sepertiga akhir. Jika Jerman menguasai bola di area kanan penyerangan, sang pemain diandalkan untuk melakukan pergerakan tiba-tiba ke kotak penalti. Dari sini, Gosens bisa mengirim umpan silang atau justru menembak.

Dalam laga kontra Portugal, Gosens menunjukkan tingkat bahaya dari pergerakannya ke kotak penalti. Misalnya dalam gol pertama Jerman yang dianulir karena offside. Saat itu, lini belakang Portugal terlalu fokus ke penyerang di tengah kotak penalti. Pergerakan Gosens luput dari perhatian dan ia menyambut umpan silang dengan sepakan first-time yang bersarang ke gawang. Sayangnya, gol dianulir karena Serge Gnabry, yang berupaya menyambut bola, dalam posisi offside.

Sementara itu, Kimmich terlihat bermain seperti gelandang. Di Bayern Muenchen, ia diandalkan sebagai gelandang bertahan dua musim terkini. Eks RB Leipzig itu mencetak empat gol serta 10 asis Bundesliga dari lini tengah pada 2020/21. Namun, Loew membuktikan bahwa sang pemain masih bisa tampil kreatif sebagai wing-back kanan.

Peta sentuhan (vs Portugal) ini bisa menggambarkan bagaimana Gosens dan Kimmich mengemban peran masing-masing di pos wing-back.

Gambar 1: Peta sentuhan Joshua Kimmich (atas) dan Robin Gosens (bawah) dalam laga Portugal vs Jerman. Kredit: Whoscored.

Dalam membantu serangan, Kimmich sering bergerak menengah jika situasi memungkinkan. Ketika bola mencapai sepertiga akhir, ia cenderung beroperasi di half-space kanan. Keunggulan menempati half-space dibanding tepi lapangan adalah Kimmich memiliki lebih banyak sudut umpan. Penempatan area tersebut bermanfaat jika mengingat kualitas playmaking sang pemain.

Dari posisi tersebut, Kimmich bisa mengirim umpan terobosan atau umpan silang berkualitas. Kimmich cenderung memilih area sedekat mungkin dengan kotak penalti untuk mengirim umpan silang.

Ia membidani dua gol saat Jerman mengalahkan Portugal. Di Piala Eropa sejauh ini, gelandang Bayern Muenchen itu menjadi pemain dengan umpan sukses ke kotak penalti paling banyak (9) di antara skuad Jerman.

Gol terakhir Jerman ke gawang Portugal pun menjadi penutup sempurna penampilan brilian dua wing-back. Berkat kombinasi Thomas Mueller dan Kai Havertz, Kimmich menerima bola di pinggir kotak penalti. Ia pun mengirim umpan silang ke tiang jauh yang disambut Gosens dengan sundulan dan berbuah gol pemungkas Jerman.

Peran Lini Tengah dan Distribusi Toni Kroos

Permainan sayap Jerman tentu tidak akan berhasil tanpa peran lini tengah dan lini serang yang menautkan permainan. Serangan sayap die Mannschaft juga disokong oleh bek tengah yang bersedia naik dan bantu menyirkulasikan penguasaan bola.

Saat menggunakan formasi dasar tiga bek, Loew menurunkan dua gelandang serang dan satu penyerang di lini depan. Pilihan utama adalah Serge Gnabry, Thomas Muller, dan Kai Havertz. Tiga pemain bergerak secara cair dan berperan penting menghubungkan kedua sayap.

Gnabry tak ragu turun menjemput bola dan menyeret pemain belakang lawan mengikutinya. Pergerakannya ditujukan untuk membuka ruang yang bisa dieksploitasi Mueller atau Havertz. Kombinasi operan ketiganya diandalkan Jerman untuk menggulirkan bola ke area berbahaya dan menembus blok pertahanan lawan.

Selain itu, distribusi bola oleh Toni Kroos juga vital bagi permainan Jerman. Gelandang Real Madrid itu difungsikan sebagai playmaker lini tengah. Ia ditemani Ilkay Guendogan yang rajin memulihkan penguasaan bola.

Kroos menjadi poin sirkulasi operan die Mannschaft. Di skuad Jerman, ia merupakan pemain yang paling sering diumpan dan paling sering mengirim umpan. Peran gelandang 31 tahun itu vital dalam menjaga ritme permainan.

Selain itu, Kroos bisa diandalkan untuk mengirim umpan jauh ke area serangan. Sejauh ini, di Piala Eropa, ia telah mengirim 47 umpan jauh dengan tingkat kesuksesan 83%. Sang pemain juga memiliki kualitas umpan diagonal yang berharga untuk serangan sayap Jerman. Kroos tercatat mengirim 15 umpan switch, yakni umpan jauh yang melintasi lebar lapangan, dari dua pertandingan awal Piala Eropa 2020.

Setelah sempat dibungkam Perancis, Jerman menunjukkan tajinya dengan melibas Portugal. Mereka pun butuh kemenangan atau setidaknya hasil imbang lawan Hungaria untuk lolos.

Skema “baru” Joachim Loew mulai membuahkan hasil. Patut disimak sejauh mana sang pelatih bisa melaju di turnamen terakhirnya bersama Timnas Jerman.

Komentar