Alasan Hungaria Tidak Takut Covid-19

Editorial

by Ardy Nurhadi Shufi Pilihan

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Alasan Hungaria Tidak Takut Covid-19

Tim Nasional Hungaria memang kalah telak dari Portugal. Skor 0-3 jadi hasil pembuka perjalanan mereka di Piala Eropa 2020. Tapi meski begitu, Hungaria tetap merayakan kemenangan di stadion Puskas Arena: merayakan kemenangan melawan Covid-19.

Dilaporkan sebanyak 61 ribu penonton memenuhi Puskas Arena. Jumlah tersebut merupakan 100% kapasitas dari stadion yang berlokasi di Budapest itu. Jumlah tersebut tiga kali lipat dari jumlah penonton Inggris yang diperbolehkan menyaksikan langsung pertandingan Inggris vs Kroasia di Wembley dua hari sebelumnya.

Bagi kita yang berada di Indonesia, dengan segala keterbatasan hidup akibat Covid-19, apa yang terjadi di Puskas Arena menjadi sebuah tanda tanya. Apa yang membuat mereka tidak takut Covid-19 sehingga diperbolehkan berkerumun? Dan kenapa hanya Hungaria yang diperbolehkan memenuhi stadion?

Ternyata ada satu jawaban: vaksin.

"Semua orang yang telah terdata akan divaksin, dan dengan kartu vaksin mereka punya kesempatan untuk ambil bagian pada event ini," kata Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban.

Selamat Tinggal Masker

"Angka Covid-19 semakin membaik dibandingkan beberapa bulan lalu," ujar sumber yang dilansir The Athletic. "Tapi tidak banyak orang memahami kenapa stadion bisa penuh. Padahal jawabannya sangat mudah: Pemerintah dan Perdana Menteri Hungaria mencintai sepakbola dan mereka tahu betapa pentingnya Euro buat timnas dan negara mereka."

Untuk diketahui, pada April 2021, atau dua bulan sebelum Piala Eropa 2020 digelar, Hungaria sebenarnya masih menjadi salah satu negara dengan dampak terburuk akibat Covid-19. Dilansir Bloomberg, Hungaria memiliki rasio kematian tertinggi per satu juta populasi dengan rata-rata 171,2 kematian per tujuh hari pada 19 April.



Kabar ini menjadi kabar buruk bagi pemerintah Hungaria yang sebelumnya sudah sangat antusias menyambut Piala Eropa 2020. Maka dari itu, mereka langsung mengantisipasi dengan meningkatkan vaksin pada masyarakat. Pada April, masih bersumber dari Bloomberg, baru sekitar 3 juta jiwa yang divaksin, jumlah tersebut baru sepertiga dari jumlah penduduk keseluruhan yang mencapai 9,8 juta populasi.

Para penduduk pun secara masif dijadwalkan untuk mendapatkan vaksin dosis pertama pada Mei. Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) menyetujuinya, di mana Hungaria menjadi satu-satunya negara Uni Eropa yang diizinkan menggunakan vaksin dari Cina dan Rusia dalam jumlah besar.

Sebenarnya terdapat unsur politis dalam keputusan tersebut. Pertama soal akan adanya pemilihan parlemen pada 2022 mendatang. Kedua, tentu soal penggunaan vaksin dari Cina dan Rusia yang dipilih ketika banyak negara lain menentang.

Tapi di sisi lain, atas kebijakan politis itu, sekitar dua pekan jelang Piala Eropa 2020, tercatat 5,3 juta jiwa telah divaksin. Jumlah tersebut terus bertambah seiring mendekati gelaran empat tahunan tersebut. Per 14 Juni, Hungaria mencatatkan angka 97,6% rasio vaksin per 100 orang. Angka tersebut merupakan yang tertinggi ketiga di Eropa setelah Malta dan United Kingdom.

Sumber: Statista

Di Hungaria sendiri total kasus Covid-19 mencapai 807 ribu kasus per artikel ini ditulis. Sudah 5,9 juta jiwa menjalani tes, artinya sekitar 60% populasi. Tingkat kesembuhan mencapai 90,4%, dan tingkat kematian sebesar 3,7%.

Angka-angka itulah yang membuat Hungaria merasa yakin bahwa Covid-19 sudah diatasi dengan baik, dan Budapest tetap bisa menjadi tuan rumah Piala Eropa 2020 ketika Dublin dan Bilbao terdepak. Perdana Menteri Viktor Orban pun yakin bahwa Hungaria sudah mengatasi gelombang ketiga Covid-19 di negaranya.

"Ini artinya kami sudah berhasil mengalahkan gelombang ketiga pandemi. Saatnya mengucapkan selamat tinggal pada masker," kata Orban dikutip dari Hungary Today.

Pertarungan Vaksin dan Anti-Vaksin

Belum semua warga Hungaria mau divaksin. Viktor Orban pun terus mengampanyekan masyarakat Hungaria yang belum divaksin untuk segera divaksin.

"Kalau kita ingin menjalani kembali kehidupan yang normal, sehat, dan bahagia, vaksin adalah jawabannya karena itu bisa melindungi dan melawan virus," bujuk Orban.

Hal ini juga yang sedang terjadi sekarang ini di Indonesia. Ketika kasus Covid-19 semakin meninggi, masih banyak masyarakat kita yang belum mau divaksin.

Untuk diketahui, dalam tujuh hari terakhir, kasus Covid-19 di Indonesia bertambah sebanyak 50.222 kasus, dengan total kematian mencapai 1.124. Angka tersebut merupakan tertinggi ke delapan di dunia, di bawah India, Brasil, Kolombia, Argentina, Rusia, Amerika Serikat, dan Peru.

Di Indonesia, dari sekitar 270 penduduk Indonesia, baru sekitar 20 juta orang divaksin, atau hanya 7,4% (4,2% di antaranya sudah mendapatkan vaksin kedua). Di samping memang belum semua mendapatkan jadwal vaksin, masih banyak yang ragu terhadap pada vaksin. Saya mengetahuinya selain melihat dari komentar-komentar di internet dan mengobrol dengan orang-orang yang tak percaya Covid-19, tak sedikit rekan kerja istri saya (sudah divaksin) yang tidak hadir saat mereka mendapatkan jadwal vaksin.

Banyak yang masih takut divaksin akibat pemberitaan efek samping yang didapat setelah divaksin bahkan masih adanya pemberitaan mengenai orang-orang yang terinfeksi Covid-19 padahal orang tersebut sudah divaksin.

Namun yang perlu diketahui, vaksin memang tidak membuat kita terlindungi 100 persen dari virus. World Health Organization (WHO) pun mengamininya. Tapi vaksin membuat tubuh kita lebih siap saat kedatangan virus yang sesungguhnya.

Sumber: WHO

Pada dasarnya tubuh kita mengandung ribuan jenis antibodi yang akan menjadi pelindung dari segala penyakit. Covid-19 adalah patogen baru yang tidak bisa dihadapi oleh antibodi yang ada dalam tubuh. Maka yang terjadi ketika kita terinfeksi Covid-19, tubuh kita tak berdaya sehingga virus tersebut merusak organ-organ dalam tubuh kita.

Vaksin, sementara itu, membantu tubuh kita untuk membentuk antibodi untuk virus, bakteri, fungus, dan parasit tertentu. Efek samping ketika divaksin adalah proses tubuh kita mempelajari antibodi tersebut sehingga kelak ketika virus yang sebenarnya datang, tubuh sudah siap dan tahu harus diapakan virus tersebut tanpa merusak tubuh kita.

***

Perjuangan menghadapi pandemi belum usai. Tapi apa yang terjadi di Budapest pada pertandingan Hungaria vs Portugal bisa jadi pemicu bahwa harapan untuk kembali menjalani kehidupan normal itu sungguh nyata. Mereka bisa menyatakan telah "mengalahkan" pandemi hanya dalam tempo kurang dari dua bulan lewat vaksin.

Kapan giliran kita? Yang perlu kita lakukan pertama adalah mempercayai dahulu bahwa Covid-19 itu ada dan vaksin bisa menjadi salah satu solusi. Jika pun masih ada yang belum mempercayainya, tolong simpan keyakinan Anda untuk diri sendiri agar apa yang sudah diperjuangkan para ahli yang selama ini berusaha melawannya menjadi tidak sia-sia.

Komentar