Apa Itu UEFA Europa Conference League?

Cerita

by Redaksi 7 43564

Redaksi 7

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Apa Itu UEFA Europa Conference League?

UEFA resmi membentuk kompetisi antarklub baru bernama Europa Conference League, disingkat UECL, mulai musim 2021/22 mendatang. UECL dijadikan kompetisi strata ketiga setelah Champions League dan Europa League.

Mengapa UEFA Conference League dibentuk? Seperti apa formatnya? Lalu, siapa saja yang akan menjadi partisipan? Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai kompetisi baru tersebut.

Sejarah UEFA Conference League

UECL setidaknya telah dibahas UEFA sejak 2015 silam. Pada 2018, jelang tenggat penetapan siklus kompetisi 2021-2024, pembahasan mengenai turnamen tersebut semakin intensif. Turnamen yang tadinya diberi nama UEFA Europa League 2 ini disepakati Komite Eksekutif UEFA dalam pertemuan di Dublin, Irlandia pada Desember 2018.

Conference League akan diikuti 32 tim sejak fase grup. Kompetisi ini menggelar 141 pertandingan dengan jadwal sepak mula pada Kamis atau Jumat dini hari waktu Indonesia, berbarengan dengan Europa League.

Berkenaan dengan hadirnya Conference League, format Europa League pun diubah. UEL akan diikuti 32 tim (tadinya 48) yang terbagi dalam delapan grup sejak musim depan. Sebanyak 16 slot dipangkas dan dialihkan ke Conference League. Sementara itu, format Champions League tidak terpengaruh oleh hadirnya kompetisi baru.

Baca juga : Nostalgia Burnley di Kompetisi Eropa

Conference League akan melengkapi sistem “promosi” yang diterapkan UEFA sejak 2015. Sistem ini membuat kompetisi antarklub UEFA memiliki kesinambungan seperti piramida liga domestik. Juara Europa League mendapat tiket otomatis ke fase grup Liga Champions, sedangkan pemenang Conference League memperoleh entri langsung ke Europa League.

Mengapa Conference League Dibentuk?

UEFA Conference League diniatkan sebagai wadah bersaing klub-klub dari asosiasi “pinggiran”. Selama ini, “eksklusivitas” Liga Champions dan Europa League memunculkan kerisauan tersendiri terhadap nasib klub-klub dari liga dengan koefisien menengah ke bawah seperti Republik Ceko, Polandia, dan Finlandia.

Liga Champions dan Europa League selalu didominasi klub-klub dari liga papan atas, terutama dari mereka yang biasa disebut “lima liga top Eropa”. Sebagai catatan, juara terakhir UCL di luar lima liga top adalah FC Porto pada 2004 silam. Tidak ada klub di luar Inggris, Jerman, Spanyol, Italia, dan Perancis yang menembus final UCL semenjak Porto.

Sementara di UEL, terakhir kali klub di luar lima liga dengan koefisien tertinggi itu menjadi juara pada 2010/11, juga FC Porto. Lima musim terakhir, finalis UEL di luar liga-liga elite hanyalah Ajax Amsterdam pada 2016/17 lalu.

Liga Champions dan Europa selama ini hanya menjadi panggung bagi klub-klub dari asosiasi mapan. UEFA pun hendak meningkatkan diversifikasi di kompetisi antarklub, memberi klub-klub semacam Linfield, FK Sarajevo, hingga Flora Tallinn kesempatan lebih luas di kancah Eropa.

“Kompetisi baru ini akan membuat kompetisi antarklub UEFA lebih inklusif dari sebelumnya. Akan ada lebih banyak pertandingan bagi lebih banyak klub, dengan lebih banyak asosiasi yang terwakili di babak grup,” kata Presiden UEFA, Aleksander Ceferin.

Siapa Saja Peserta Conference League?

Di UEFA Conference League, total ada 184 tim yang berpartisipasi sejak babak kualifikasi pertama hingga putaran final. Tidak ada entri langsung ke fase grup dalam kompetisi ini. Susunan 32 tim fase grup terdiri dari 22 klub yang lolos kualifikasi dan 10 klub yang gugur di babak play-off Europa League.

Sebagai kompetisi kelas tiga, Conference League akan mengakomodasi lebih banyak klub dari asosiasi “menengah ke bawah”. Asosiasi di peringkat 16-50 UEFA, yaitu Serbia hingga Montenegro, mendapat jatah tiga tim untuk kompetisi ini. Sedangkan asosiasi di peringkat 6-15 (Portugal hingga Siprus) dan 51-55 (Wales hingga San Marino) mendapat jatah dua tim. Lima asosiasi teratas masing-masing mendapat jatah satu tim.

Klub-klub dari Inggris, Jerman, atau Spanyol memang masih mendapat tempat. Namun, pembatasan tiket menjadi hanya satu tim membuat probabilitas juara klub dari lima liga top Eropa jauh berkurang dibanding Liga Champions atau Europa League. Demikian, kesempatan juara dari asosiasi lain lebih besar.

Di lima liga top Eropa, partisipan Conference League diambil dari jalur liga. Penentuan tiket kompetisi ini dipengaruhi oleh hasil piala liga yang menentukan partisipasi Europa League. Misalnya begini: di Inggris, tiket Conference League sedianya diperuntukkan bagi peringkat enam. Namun, karena juara piala domestik dipastikan finis di zona UCL/UEL, maka tiket Europa League dari jalur piala domestik dialihkan ke peringkat enam dan tiket Conference League menjadi milik peringkat tujuh.

Setelah disesuaikan dengan hasil piala domestik, peringkat tujuh Premier League, Bundesliga, Serie A, dan La Liga, serta peringkat enam Ligue 1 akan berpartisipasi di Conference League. Jika meninjau tabel klasemen per 20 Mei, klub asosiasi papan atas yang berpotensi bermain di UEFA Conference League adalah: Tottenham, West Ham, Everton, Arsenal (Inggris); Union Berlin, Borussia Moenchengladbach, VfB Stuttgart, SC Freiburg (Jerman); AS Roma, Sassuolo (Italia); Real Sociedad, Real Betis, Villarreal, Celta Vigo (Spanyol); serta Marseille, RC Lens, dan Rennes (Perancis).

Bagaimana Format Conference League?

Format UEFA Europe Conference League musim depan sama dengan Europa League. UEL sendiri mengadopsi format yang sedikit berbeda dibanding musim lalu. Untuk siklus 2021-2024, babak 32 besar ditiadakan dan sebagai gantinya, babak play-off fase gugur digelar antara runner-up grup UEL melawan tim yang “didegradasi” dari UCL.

Rinciannya, juara grup mendapat tiket langsung ke babak 16 Besar. Sedangkan runner-up harus melakoni play-off terlebih dulu. Lawan para peringkat dua di play-off adalah klub-klub yang finis di peringkat tiga babak grup Liga Champions (tidak lolos ke fase gugur UCL).

Metode kualifikasi yang sama diterapkan untuk Conference League. Para juara grup lolos otomatis ke 16 Besar, sedangkan runner-up mesti menghadapi peringkat ketiga fase grup Europa League untuk mencapai babak selanjutnya.

Sistem pertandingan Conference League sendiri sama seperti dua kompetisi lainnya. Sejak fase grup, masing-masing tim mendapat jatah partai kandang-tandang untuk menentukan laju mereka. Fase gugur dijalankan dengan format dua leg dengan final satu partai. Final perdana UEFA Conference League akan digelar di Tirana, Albania pada 25 Mei 2022.

Banyaknya “klub pinggiran” yang berpartisipasi menjadi daya tarik tersendiri kompetisi ini. Siapakah yang akan menjadi juara perdana Conference League? Apakah klub-klub dari lima liga top Eropa masih mendominasi? Atau, sebagaimana niatan UEFA, klub-klub dari asosiasi lain bisa unjuk gigi?

Komentar