PSG vs Man City: Kylian Mbappe Klinis, tapi Neymar Adalah Ancaman Sesungguhnya

Analisis

by Redaksi 7

Redaksi 7

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

PSG vs Man City: Kylian Mbappe Klinis, tapi Neymar Adalah Ancaman Sesungguhnya

Paris Saint-Germain akan menjamu Manchester City terlebih dulu di semifinal Liga Champions 2020/21. Leg pertama dihelat di Stadion Parc des Princes pada Kamis (29/4/2021) dini hari waktu Indonesia. Sedangkan leg kedua dijadwalkan pada Rabu (5/5) di markas Man City.

Kedua tim tergolong sebagai orang baru di fase akhir kompetisi ini. PSG hanya pernah dua kali lolos ke semifinal UCL, termasuk musim lalu. Sedangkan Man City sekali mencicipi semifinal pada 2015/16. Investasi besar-besaran mendorong masing-masing tim meraih kejayaan di kompetisi domestik. Namun, di Eropa, mereka kesulitan menuai prestasi.

Les Parisiens lolos ke final UCL perdana pada 2019/20. Kylian Mbappe dan kolega dikalahkan Bayern Muenchen dalam laga tersebut. Sedangkan City belum pernah menggapai final, kalah dari Real Madrid pada semifinal perdana mereka lima tahun silam.

PSG dan Man City berpeluang menjadi juara baru. Calon lawan di final, Real Madrid atau Chelsea, sama-sama pernah memenangi Liga Champions. Tetapi, sebelum membicarakan gelar perdana, PSG dan Man City mesti beradu ketangkasan untuk menentukan siapa yang berhak melaju ke Istanbul.

Memprediksi Line-Up dan Sekilas Pratinjau Taktis

Di sisi tuan rumah, Marquinhos dan Abdou Diallo belum bisa dipastikan partisipasinya. Kylian Mbappe, yang ditarik keluar karena cedera saat timnya menghadapi Metz, 24 April lalu, dinyatakan fit oleh Mauricio Pochettino dan siap menghadapi Man City.

Mauricio Pochettino diprediksi menerapkan sistem 4-2-3-1 di leg pertama. Neymar dapat menjadi no. 10 yang bergerak bebas. Sedangkan di pos ujung tombak, Pochettino bisa mengandalkan Kylian Mbappe sebagai outlet serangan balik. Julian Draxler dan Angel Di Maria kemungkinan akan dipasang di kedua sayap.

Di lini tengah, pivot ganda Marco Verrati dan Idrissa Gueye sepertinya akan kembali dimainkan. Sedangkan di lini belakang, jika Marquinhos tak cukup fit untuk memulai laga, duet Presnel Kimpembe dan Danilo Pereira dapat diandalkan.

Kendati PSG bermain di kandang, sulit membayangkan bahwa mereka akan mendominasi permainan. Penguasaan bola adalah basis permainan Man City dan mereka amat cakap bertanding dengan cara tersebut. Di Premier League 2020/21, The Citizens adalah tim dengan rata-rata penguasaan bola tertinggi (63,3% per pertandingan).

Di Liga Champions 2020/21, City juga menjadi tim dengan rata-rata penguasaan bola tertinggi kedua (62,2%) setelah Barcelona (62,8%). Sebaliknya, PSG rata-rata mencatatkan penguasaan bola 48,4% di UCL. Statistik yang tak terlalu dominan ini sebagian besar disebabkan partai lawan Bayern Muenchen dan Barcelona; di mana kedua tim itu dalam posisi tertinggal dan tampil ngotot menekan Les Parisiens.

Sementara tim tamu, Manchester City, memiliki skuad yang sepenuhnya fit untuk melawat ke Paris. Pep Guardiola diprediksi akan kembali menurunkan formasi 4-2-3-1. Bernardo Silva kemungkinan dipasang sebagai false nine. Phil Foden, yang mencetak dua gol ke gawang Borussia Dortmund, agaknya akan dipasang sejak awal menemani Kevin De Bruyne dan Riyad Mahrez.

Di lini belakang, duet bek Ruben Dias dan Aymeric Laporte kemungkinan besar kembali diturunkan. Sedangkan di pos bek kiri, Joao Cancelo sepertinya akan ditunjuk. Namun, jika Pep Guardiola ingin melakukan rotasi, Oleksandr Zinchenko dapat mengisi pos tersebut.

Guardiola sendiri mengatakan bahwa timnya hendak tampil dominan di Parc des Princes. Menurutnya, bertahan terlalu dalam hanya akan membuat PSG memiliki kesempatan lebih besar untuk mencetak gol.

“Jika Anda menguasai bola sepanjang waktu, keseimbangan ada di sana. Kami akan didera serangan balik, mustahil [PSG tidak melakukannya]. Jika Anda bertahan terlalu dalam, [PSG memiliki] Neymar, Mbappe, Di Maria, Verratti, Marquinhos: sangat banyak senjata. Itu bukan cara terbaik untuk bertahan dari tim yang memiliki segalanya,” kata Guardiola dalam konferensi pers pralaga.

Untuk menghadapi City, Pochettino diprediksi akan mengandalkan serangan balik dan berupaya mengeksploitasi garis pertahanan tinggi lawan. Skema pressing tinggi juga sepertinya akan diterapkan eks pelatih Tottenham itu untuk merebut bola di area berbahaya.

PSG sendiri memiliki sederet pemain dengan karakter yang cocok untuk melancarkan serangan balik cepat. Veratti dan bek tengah Les Parisiens cakap mengirim umpan jauh. Sedangkan Mbappe adalah sosok yang tepat untuk menyambut umpan semacam itu.

Lari Mbappe amat cepat dan kemampuan olah bolanya pun mengesankan. Secara individual, pemain berusia 22 tahun ini sulit dihentikan dan dia mampu bergerak lebih cepat dari penjaganya.

Mbappe adalah pencetak gol mumpuni. Musim ini, ia telah mencetak 37 gol dari 42 pertandingan semua kompetisi. Di Liga Champions, ia adalah top skor kedua dengan delapan gol. Kedelapan gol tersebut dicetak dari lima pertandingan terkini. Sang pemain sedang dalam tren impresif.

Namun, City agaknya punya cara efektif untuk meredam bahaya eks striker AS Monaco itu, terutama dalam situasi fast break. Lini belakang City cenderung bisa mengisolasi penyerang yang menjadi outlet serangan balik. Meskipun menerapkan garis pertahanan tinggi, nyatanya The Citizens merupakan tim dengan pertahanan terbaik di Premier League. Di Liga Champions, mereka pun memiliki rekor pertahanan terbaik, hanya kebobolan tiga gol hingga semifinal.

Formasi Man City cenderung berubah menjadi 3-2-2-3 ketika menguasai bola. Bek kiri bergerak ke tengah menemani Rodri untuk membentuk pivot ganda. Sedangkan bek kanan tetap sejajar dengan duet bek tengah sebagai garis pertahanan terakhir.

Susunan tersebut berguna untuk mengisolasi striker yang berupaya menembus lini belakang melalui fast break. Dua pivot memutus koneksi striker dengan gelandang serang. Sedangkan tiga bek Man City — Walker, Dias, Laporte — bergerak cepat untuk menjaga daerah pertahanan.

Man City berhasil menetralkan ancaman Erling Haaland di perempat final. Striker Dortmund itu hanya melepaskan dua tembakan dalam dua pertandingan kontra The Citizens. Saat menghadapi PSG, Pep Guardiola agaknya akan memakai cara yang sama untuk mengatasi ancaman Mbappe.

Neymar, Fantasista yang Selalu Punya Cara

Pertahanan Man City memang sulit ditembus dan mereka cakap mengisolasi ujung tombak lawan. Namun, ancaman PSG tidak hanya hadir dari Mbappe semata. Draxler dan Di Maria juga berbahaya dalam menyerang dari kedua sayap. Lain itu, Neymar yang bergerak bebas adalah kartu as Pochettino untuk membongkar pertahanan lawan.

Eks pemain Barcelona itu memang hanya mencetak satu gol dan tiga asis dari delapan pertandingan terkini. Namun, Neymar sama sekali tak tampil buruk. Fokus permainannya bukanlah menghasilkan produk akhir (gol atau asis) secara pribadi, melainkan bagaimana dia terlibat dalam sekuens serangan PSG.

Pada 2020/21, Neymar adalah pemain PSG dengan rata-rata aksi berbuah tembakan terbanyak. Pemain asal Brasil ini membuat 7,0 aksi berbuah tembakan per pertandingan. Sebagai perbandingan, Angel Di Maria, winger kreatif dengan nilai terbaik kedua dalam metrik ini, mencatatkan rata-rata 5,49 aksi berbuah tembakan per pertandingan.

Metrik aksi berbuah tembakan berguna untuk mengukur keterlibatan pemain dalam sekuens serangan. Aksi yang dimaksud bisa berupa umpan, dribel, atau memenangkan pelanggaran yang tak memerlukan lebih dari dua aksi lain untuk menghadirkan tembakan.

Dari catatan tersebut, terlihat bahwa Neymar amat instrumental dalam serangan timnya. Statistik golnya memang menurun, tetapi Neymar menjadi lebih berpengaruh dalam penciptaan peluang.

Pada 2020/21, Neymar cenderung bermain lebih ke dalam. Jika meninjau heatmap-nya musim ini, Neymar cenderung beroperasi di sayap kiri, sepertiga akhir, serta tengah lapangan. Ia lebih jarang masuk ke kotak penalti lawan dibanding dua musim sebelumnya.

Saat bermain lebih ke dalam, eks penggawa Santos ini cakap memainkan umpan jauh ke rekan-rekannya di posisi menyerang. Visi umpan Neymar pun amat tajam. Hal ini ditunjukkan ketika PSG membungkam Bayern di Allianz Arena, 7 April lalu.

Pada proses gol kedua Les Parisiens, Neymar mengirim umpan brilian untuk gol Marquinhos. Berawal dari situasi korner yang sukses disapu bek Bayern, pemain berusia 29 tahun itu menjemput bola di batas sepertiga akhir. Waktu itu, para pemain PSG sedang berangsur mundur. Skuad Bayern meresponsnya dengan melonggarkan kawalan dan hendak kembali ke formasi mereka.

Alih-alih menunggu transisi, Neymar segera menyadari bahwa Marquinhos masih tertinggal dan dalam posisi onside. Ia mengirim umpan jauh yang membuat bek asal Brasil itu tinggal berhadapan dengan Manuel Neuer. Marquinhos pun mampu menyelesaikan peluang dengan sempurna.

Di mana pun menguasai bola, keputusan Neymar sulit diduga. Hal ini tentu disadari oleh anak asuh Guardiola. Namun, pergerakan dan umpan-umpan mengejutkan Neymar tetaplah sulit diantisipasi.

Selain itu, Neymar masih cakap mengganggu pertahanan lawan dengan olah bolanya. Ia pandai mendribel. Atau, jika gagal, Neymar masih berbakat mengundang pelanggaran. Musim ini, Neymar menjadi pemain PSG yang paling sering dilanggar. Jika tak awas, eks Barcelona itu dapat menghasilkan pelanggaran di area berbahaya.

Di kandang sendiri, Mauricio Pochettino tentu hendak mencari keunggulan sebagai modal leg kedua di Manchester. Anak asuh Pep Guardiola memanglah solid. Namun, PSG memiliki sejumlah individu brilian yang berpotensi menjadi pembeda.

Komentar