Real Madrid vs Chelsea: Duel Tim yang Seimbang di Semifinal

Analisis

by Redaksi 7

Redaksi 7

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Real Madrid vs Chelsea: Duel Tim yang Seimbang di Semifinal

Real Madrid akan menjamu Chelsea dalam leg pertama semifinal Liga Champions 2020/21 di Estadio Alfredo Di Stefano, Rabu (28/4/2021) dini hari waktu Indonesia. Ini adalah pertemuan keempat antara dua tim tersebut.

The Blues menang dua kali dan belum pernah kalah dari Real Madrid. Namun, rekor ini tak relevan mengingat keduanya tak pernah bertemu pada abad 21. Pertemuan terkini keduanya terjadi pada 1998 silam di final Piala Super UEFA.

Sejak pertemuan itu, kedua tim bercokol di papan atas sepakbola Eropa kendati menorehkan cerita berbeda. Los Merengues meneruskan cerita dominan di Liga Champions, meraih enam trofi pada kurun 2000-2020. Sedangkan Chelsea, meski impresif di Liga Inggris, kurang menunjukkan taji di Eropa. The Blues kalah tujuh kali di semifinal Liga Champions, dua kali menembus final, dan sekali menjuarainya pada kurun waktu yang sama.

Masing-masing klub memiliki motivasi tersendiri untuk lolos ke final. Real Madrid hendak mengembalikan dominasinya setelah gugur di babak 16 Besar dua musim belakangan. Chelsea, di lain pihak, ingin menggandakan trofi Liga Champions dengan salah satu tim terbaik mereka.

Duel Real Madrid vs Chelsea diprediksi akan berjalan menarik. Pasalnya, kedua tim mengusung permainan seimbang yang membawa mereka tampil solid di paruh kedua musim. Baik Chelsea maupun Madrid mampu bertahan dan menyerang dengan sama baiknya.



Pertahanan solid menjadi tulang punggung masing-masing tim untuk meraih hasil maksimal. Real Madrid dan Chelsea jarang kebobolan. Mereka pun cenderung bisa memasukkan satu atau dua gol pembeda untuk meraih tiga poin.

Jelang laga ini, anak asuh Zinedine Zidane menorehkan tren impresif, tak pernah kalah dalam 17 pertandingan semua kompetisi. Rekor Madrid adalah 12 menang dan lima imbang, termasuk kemenangan El Clasico serta leg pertama perempat final kontra Liverpool.

Namun, Los Blancos meraih hasil kurang maksimal di La Liga belakangan ini. Mereka ditahan imbang Real Betis dan Getafe dengan skor 0-0.

Sementara itu, Chelsea mempertahankan rekor impresif sejak kedatangan Thomas Tuchel. Eks pelatih Paris Saint-Germain ini meraih 14 kemenangan dan lima imbang dari 21 pertandingan. Tuchel hanya dua kali kalah bersama Chelsea, yaitu ketika timnya secara mengejutkan dibabat West Bromwich Albion 2-5 dan satu kekalahan tak berarti dari FC Porto di leg kedua perempat final.

The Blues hanya kebobolan sembilan kali dari 21 laga tersebut. Di Liga Champions, Chelsea hanya kebobolan tiga gol sejauh ini. Tuchel mempertahankan tiga nirbobol lawan Atletico Madrid dan Porto. Tembakan salto Mehdi Taremi di leg kedua perempat final adalah satu-satunya gol ke gawang Chelsea-nya Tuchel di Liga Champions musim ini.

Di Liga Inggris 2020/21, Chelsea menorehkan rekor pertahanan terbaik kedua, hanya kebobolan 31 gol dari 33 laga. The Blues terbilang tangguh dalam membatasi peluang yang mengancam gawang. Nilai xGA (expected goals against) mereka hanyalah 27,1 atau terbaik kedua di Premier League setelah Manchester City (25,0). Statistik ini menunjukkan bahwa Chelsea cakap meredam serangan lawan, hanya mengizinkan peluang bernilai 27 gol mengancam gawang mereka selama 33 pertandingan.

Sementara itu, Real Madrid juga berstatus tim dengan pertahanan terbaik kedua di liga. Los Blancos baru kebobolan 24 gol dari 33 pertandingan La Liga. Toni Kroos dan kawan-kawan pun tercatat selalu menorehkan nirbobol dalam empat laga terkini.

Akan tetapi, rekor kebobolan peluang Real Madrid tercatat lebih buruk. Nilai xGA Los Blancos adalah 32,1 atau terbaik kelima di La Liga. Artinya, anak asuh Zidane lebih rawan kebobolan peluang di posisi berbahaya dibanding Chelsea.

Memprediksi Line-Up dan Sekilas Pratinjau Taktis

Real Madrid diprediksi akan mempertahankan sistem 4-3-3 mereka ketika menghadapi The Blues. Di Liga Champions, Zidane mampu menggunakan formasi ini untuk mempertahankan soliditas dan tampil proaktif ketika waktunya tiba.

Real Madrid tidak akan diperkuat Sergio Ramos, Federico Valverde, Lucas Vazquez, serta Ferland Mendy. Namun, ini bukanlah masalah besar bagi Zidane. Pada 2020/21, pelatih asal Perancis itu masih mampu bersaing di La Liga dan Liga Champions kendati diterpa krisis cedera luar biasa. Terlebih lagi, Dani Carvajal dan Raphael Varane telah pulih dan siap dimainkan dalam laga ini.

Nacho Fernandez kemungkinan akan dipasang Zidane untuk menggantikan Mendy. Pemain yang aslinya berposisi bek tengah itu pun sepertinya akan dipasang sebagai full-back konservatif. Kehadiran Nacho berfungsi untuk membatasi serangan sayap Chelsea yang memiliki wing-back ofensif dan gelandang serang yang sering melebar.

Untuk meredam serangan The Blues, Zidane bisa mengandalkan Casemiro untuk melindungi lini belakang. Lain itu, Toni Kroos juga cenderung bermain lebih ke dalam dan turut membantu melindungi area depan kotak penalti.

Duel di sepertiga pertahanan Madrid krusial dalam laga ini. Pasalnya, Chelsea memiliki sederet gelandang serang yang mumpuni dalam penciptaan peluang. Mason Mount, Hakim Ziyech, serta Kai Havertz sering beroperasi di sepertiga akhir dan membidani peluang berbahaya dari sana.

Pergerakan kedua wing-back serta Timo Werner pun wajib diwaspadai. Werner memang tidak seprolifik ketika membela RB Leipzig. Namun, striker Jerman tersebut bisa mengacaukan organisasi pertahanan lawan dengan pergerakan lincahnya.

Sementara itu, Tuchel diprediksi menurunkan sistem 3-4-2-1 yang diandalkannya ketika membesut Chelsea. Eks pelatih Borussia Dortmund itu menegaskan bahwa timnya akan menghadapi laga ini dengan pendekatan yang biasanya.

“Semoga kami tidak berlebihan dalam memikirkan dan menghadapi laga ini. Tantangannya adalah menjadi diri sendiri dan menjadi versi terbaik dari kami untuk 90 menit,” kata Tuchel dalam konferensi pers pralaga.

Posisi tiga bek sepertinya akan diisi oleh Cesar Azpilicueta, Thiago Silva, serta Antonio Ruediger. Mengingat Mateo Kovacic masih cedera, duet pivot Jorginho dan N’Golo Kante kemungkinan besar diturunkan untuk melindungi lini belakang.

Sementara di lini serang, Timo Werner diprediksi turun sebagai ujung tombak. Satu pos gelandang serang sepertinya akan ditempati Mason Mount. Untuk menemani Mount, Tuchel akan memilih salah satu dari Ziyech, Havertz, atau justru Christian Pulisic.

Penampilan Jorginho-Kante akan krusial untuk memutus bangun serangan Real Madrid. Duet gelandang tersebut juga dituntut proaktif merebut bola. Di skuad The Blues, Jorginho-Kante tercatat paling rajin berduel merebut bola. Mereka masing-masing mencatatkan rata-rata 2,68 dan 3,69 tekel per pertandingan.

Dua pemain tersebut juga menjadi bagian penting transisi Chelsea. Selain bertanggung jawab melindungi lini belakang, dua pemain itu diandalkan untuk mengalirkan bola ke area penyerangan. Jorginho tercatat sering mengirim umpan ke sepertiga akhir (6,24 per pertandingan). Sedangkan Kante juga cakap menyuplai bola ke para penyerang baik melalui umpan maupun giringan.

Di lain sisi, respons para bek Chelsea menghadapi penyerang Real Madrid menarik untuk disimak. Cesar Azpilicueta dan kawan-kawan wajib mewaspadai Vinicius Junior yang menjadi outlet serangan di sayap kiri. Sebagaimana Werner, secara individual, Vinicius sulit dihalau.

Vinicius memang jarang mencetak gol bagi Real Madrid. Musim ini, ia baru mencetak tiga gol dari 30 pertandingan La Liga. Meskipun demikian, winger berkebangsaan Brasil itu berperan penting membuka ruang bagi rekan-rekannya.

Terlebih lagi, Real Madrid memiliki sosok penyerang kawakan dalam diri Karim Benzema. Penyerang asal Perancis itu pandai mencari ruang dan jarang buang-buang peluang. Rasio tembakan tepat sasaran Benzema mencapai 42,5% di La Liga. Rata-rata, ia mendapat peluang bernilai 0,58 xG per pertandingan. Benzema sendiri telah mencetak 21 gol dari 29 pertandingan La Liga musim ini.

Marco Asensio atau Christian Pulisic, Akankah Jadi Pahlawan Tak Terduga?

Dua pemain paling berbahaya Madrid adalah Vinicius Junior dan Karim Benzema. Sedangkan dua pemain paling berbahaya Chelsea adalah Timo Werner dan Mason Mount. Namun, laga ini berpeluang menghadirkan “pahlawan tak terduga” yang bisa jadi pembeda. Mereka adalah Marco Asensio dan Christian Pulisic.

Di Real Madrid, Asensio memang lebih jarang mengancam dibanding Benzema, Vinicius, atau Rodrygo. Namun, mengingat Los Blancos cenderung memulai serangan dari sayap kiri, Asensio dapat menjadi pembeda di sisi kanan.

Melansir Whoscored, 41% serangan Real Madrid dibangun lewat sayap kiri. Pergerakan Vinicius dan kawan-kawan di sayap kiri pun berpotensi menarik lini belakang Chelsea fokus ke area tersebut. Jika ini terjadi, anak asuh Zidane berpeluang mengirim umpan diagonal ke sisi kanan yang lebih minim penjagaan. Dengan profil pengumpan seperti Kroos, Madrid tentu kapabel melakukan switch play mematikan.

Asensio sendiri tergolong reliabel untuk mencari celah dan mengonversi peluang. Gelandang berusia 25 tahun tersebut merupakan top skor kedua Los Merengues di semua kompetisi. Jumlah enam gol Asensio sama dengan Vinicius Junior dan Casemiro, si jago bola atas.

Sementara itu, Christian Pulisic juga berpeluang menjadi pembeda di lini serang Chelsea. Tak seperti Mount, Havertz, atau Ziyech, Pulisic berpengalaman menjadi inside forward dan memiliki naluri mencetak gol yang lebih tajam.

Dalam beberapa pertandingan belakangan, penggawa Timnas Amerika Serikat itu memberi perbedaan ke lini serang Chelsea. Ketika menghadapi Brighton dan Porto, Pulisic menjadi pemain The Blues dengan tembakan terbanyak (3). Lima dari enam tembakan itu dibuat di dalam kotak penalti.

Christian Pulisic memang belum mencetak gol sejak mengemas brace lawan Crystal Palace pada 10 April lalu. Meskipun demikian, daya eksplosif dan ketegasan menembak Pulisic patut dipertimbangkan Tuchel jika pertahanan Real Madrid tampil solid.

Mengingat leg pertama dihelat di Spanyol, Real Madrid tentu berupaya mencari keunggulan. Anak asuh Zidane diprediksi tampil proaktif sembari tak meninggalkan organisasi pertahanan mereka yang rapi.

Kedua tim mencatatkan rekor pertahanan solid pada 2020/21. Maka, tak mengherankan jika partai Real Madrid vs Chelsea akan berakhir dengan margin tipis.

Komentar