Piala Menpora: Serba-serbi Final 2 Leg

Cerita

by Redaksi 7

Redaksi 7

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Piala Menpora: Serba-serbi Final 2 Leg

Piala Menpora 2021 mengadopsi regulasi turnamen yang cukup unik. Meskipun dihelat di tempat netral, kompetisi pra-musim ini menggunakan format dua leg di semifinal dan final. Piala Menpora juga tidak menerapkan agresivitas gol tandang kendati pertandingan dijalankan selama dua leg.

“Tujuan perubahan dengan dua leg tersebut, agar pertandingan lebih kompetitif dan berkualitas. Kami meyakini, perubahan itu juga didukung oleh pencinta sepak bola nasional. Lebih seru, lebih menarik,” kata Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru, Akhmad Hadian Lukita mengenai format tersebut.

Lazimnya, final turnamen sepakbola digelar dalam satu partai. Namun, memang banyak pula turnamen yang menerapkan final dua leg. Turnamen bergengsi di Amerika Selatan, Afrika, dan Asia pernah menggunakan format ini. Eropa pun sempat menggunakannya pada masa lalu.

Turnamen cikal bakal Piala UEFA (Europa League), Inter-Cities Fairs Cup, menentukan gelar juara lewat dua leg, kandang-tandang. Final pertama dihelat pada 1958, mempertemukan London XI (wakil kota London) dan Barcelona XI (diwakili oleh FC Barcelona). Barcelona memenangi final itu dengan agregat 8-2.

Format ini dipakai Inter-Cities Fairs Cup hingga bertransformasi menjadi Piala UEFA pada 1971. Untuk menentukan siapa yang berhak membawa pulang trofi Fairs Cup, sebuah final satu partai digelar antara juara pertama (Barcelona) dan juara terakhir (Leeds United). Barcelona menang atas Leeds, berhak memiliki trofi bergilir tersebut.

Pada awalnya, Piala UEFA pun menggunakan sistem dua leg di final. Format ini bertahan hingga 1997. Juara terakhir dari final dua leg Piala UEFA adalah Schalke 04. Die Konigsblauen mengalahkan Inter Milan via adu penalti usai sama-sama menang 1-0 di dua leg.

Turnamen UEFA lain, yakni Piala Intertoto juga menerapkan final dua leg. Tetapi, kompetisi ini berumur pendek. Sejak 1995 sampai dibubarkan pada 2008, Intertoto setia menggunakan final dua leg.

Piala Liga Inggris pun menggunakan sistem tersebut pada awalnya. Final edisi pertama antara Aston Villa vs Rotherham United ditentukan melalui dua leg pada 1961. Sistem dua leg ditinggalkan mulai 1966. Piala Liga, hingga sekarang, menentukan juara kompetisi melalui final satu partai di tempat netral.

Di Amerika Selatan, Copa Libertadores juga mengadopsi final dua leg sejak kompetisi pertama bergulir pada 1960. Juara pertama kompetisi ini adalah Penarol (Uruguay) yang mengalahkan Olimpia (Paraguay) dengan agregat 2-1.

Copa Libertadores meninggalkan sistem ini sejak 2019. Dua final terkini, antara Flamengo vs River Plate dan Palmeiras vs Santos, digelar dalam satu partai di tempat netral. Dua laga itu masing-masing digelar di Estadio Monumental (Peru) dan Maracana (Brasil).

Sementara itu, Liga Champions Afrika menggelar final dua leg pada 1966-2019. Edisi pertama kompetisi ini pada 1965, menggunakan final satu partai sebelum akhirnya berganti menjadi dua leg di edisi kedua dan seterusnya. Format tersebut baru berganti pada musim lalu. Pada 2019/20, final bersejarah itu mempertemukan klub Mesir, Zamalek vs Al-Ahly di Stadion Internasional Kairo.

Model final dua leg pun sempat digunakan di Asia. Liga Champions Asia menggunakan sistem ini pada 1987-1990, 2003-2008, dan 2013-2019. Kompetisi antarklub ini baru kembali ke format final satu partai pada musim lalu.

Aturan agresivitas gol tandang yang menjadi ciri khas pertandingan dua leg pun dua kali menentukan gelar juara di Liga Champions Asia. Pada 1989, Al-Sadd (Qatar) menang atas Al-Rasheed (Irak) berkat aturan gol tandang. Sedangkan 2013 lalu, Guangzhou Evergrande (Cina) juga menjadi juara setelah unggul agresivitas gol tandang atas FC Seoul (Korea Selatan).

Piala AFF, kejuraan antarnegara di Asia Tenggara pun memakai sistem dua leg sejak 2004. Juara delapan edisi terakhir ditentukan melalui dua leg partai final.

Di Indonesia, model final dua leg pernah dipakai untuk menentukan juara Piala Indonesia 2019 dan Piala Presiden 2019.

Akan tetapi, bedanya Piala Menpora dengan kompetisi-kompetisi di atas adalah penggunaan tempat netral untuk menggelar final dua leg. Final Piala Menpora, meskipun digelar di dua stadion berbeda, dilaksanakan di tempat netral. Aturan agresivitas gol tandang pun tidak dipakai di turnamen pramusim ini.

Selain Piala Menpora, satu-satunya final dua leg yang tidak sepenuhnya memakai format kandang-tandang adalah Copa Libertadores 2018 antara Boca Juniors vs River Plate. Leg pertama dihelat di kandang Boca, sedangkan leg kedua digelar di Santiago Bernabeu, markas Real Madrid.

Keputusan tersebut diambil karena terpaksa. Pasalnya, jelang leg kedua final yang sedianya dihelat di El Monumental — kandang River Plate — bus tim Boca diserang suporter lawan. Akibatnya, tiga penggawa Boca, termasuk Carlos Tevez, memerlukan penangan medis.

CONMEBOL pun menindak River Plate. Selain batal menggelar leg kedua di El Monumental, rival Boca Juniors itu didenda 400.000 dolar AS dan tidak boleh berlaga di kandang sendiri selama dua pertandingan.

Tak seperti final dua leg pada umumnya, format dua leg yang diterapkan Piala Menpora tidak berpengaruh dari aspek kompetitif. Pasalnya, tidak ada keunggulan kandang karena dua leg dihelat di tempat netral. Agresivitas gol tandang pun tidak dipakai. Namun, format tersebut berguna untuk memperpanjang waktu turnamen dan kepentingan komersial.

Final Piala Menpora sendiri mempertemukan El Clasico Indonesia antara Persija vs Persib. Leg pertama akan digelar di Stadion Maguwoharjo, Sleman pada 22 April. Sedangkan leg kedua dihelat pada 24 April di Stadion Manahan, Solo.

Komentar