Atalanta vs Real Madrid: Pembuktian Matteo Pessina

Analisis

by Redaksi 7

Redaksi 7

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Atalanta vs Real Madrid: Pembuktian Matteo Pessina

Kehilangan Alejandro “Papu” Gomez ternyata tak membuat Atalanta melemah. Kontribusi Gomez memanglah penting dalam kesuksesan La Dea beberapa musim terakhir, tetapi,Gian Piero Gasperini tak pernah kehilangan akal untuk mengganti sosok pemain kunci. Pelatih berusia 63 tahun ini pernah kehilangan pemain sekaliber Roberto Gagliardini, Bryan Cristante, hingga Timothy Castagne dan ia selalu mampu mencari pengganti. Musim ini, Gasperini pun telah menemukan pengganti Gomez di pos gelandang serang: Matteo Pessina.

Setelah menempuh karier abu-abu bersama klub kota kelahiran, Monza dan AC Milan, Pessina menemukan tempat yang tepat di Atalanta. Gelandang berusia 23 tahun ini telah bermain 23 kali (20 sebagaii starter) untuk La Dea pada 2020/21. Ia mulai rutin dilibatkan di tim utama.

Sebelum berlabuh di Bergamo, Pessina tercatat sebagai jebolan tim muda Monza. Ia dilepas ke San Siro usai Monza bangkrut pada 2015. Selama membela Rossoneri, Pessina menjadi langganan dipinjamkan. Ia butuh pengalaman bermain dan Milan ingin meninjau perkembangannya. Pessina sempat membela Lecce, Catania, Como, hingga Spezia.

Di Lecce dan Catania, Pessina jarang bermain. Gelandang yang mengagumi Toni Kroos ini hanya bermain lima kali dalam dua periode peminjaman tersebut. Pessina baru rutin bermain kala membela Como di Lega Pro A 2016/17. Pelatih Fabio Gallo melibatkannya dalam 41 pertandingan semua kompetisi. Pessina bermain sebagai gelandang tengah, gelandang bertahan, hingga gelandang serang selama diasuh Gallo. Ia mengakhiri musim dengan catatan sembilan gol dan lima asis.

Pada 2017, tanpa sekalipun tampil untuk AC Milan, Pessina dilego ke Atalanta dengan mahar 1,65 juta euro. La Dea pun segera meminjamkan sang pemain pada musim itu juga. Eks pelatih Pessina di Como, Gallo meminati jasa Pessina dan memboyongnya ke Spezia sebagai pemain pinjaman. Di Spezia, Pessina dipasang secara reguler sebagai gelandang tengah. Ia mengakhiri musim 2017/18 dengan catatan dua gol dan tiga asis dari 38 partai Serie B. Sayangnya, Pessina dan Gallo tak mampu membawa Spezia masuk zona play-off promosi, hanya finis di peringkat 10 akhir musim.

Pessina kemudian diberi kesempatan debut oleh Gasperini pada 2018/19. Ia bermain dalam 19 pertandingan Atalanta, enam kali menjadi starter.

Kemampuan Pessina semakin terasah ketika dipinjamkan ke Hellas Verona pada 2019/20. Di bawah asuhan bekas anak didik Gasperini, Ivan Juric, Pessina semakin cakap sebagai gelandang serang. Ia nyaman beroperasi di belakang striker. Pessina juga berkembang menjadi outlet serangan andal Hellas Verona. Sepanjang 2019/20, ia mencetak tujuh gol Serie A, hanya terpaut satu gol dari top skor kompetisi Hellas Verona, Samuel Di Carmine.

Semakin matangnya Pessina membuat Gasperini mempercayai gelandang berpostur 1,87 m itu untuk bermain reguler. Ia cakap dipasang baik sebagai gelandang tengah maupun gelandang serang. Kepergian Gomez pun memberi ruang yang lebih lapang bagi Pessina untuk berkiprah bersama La Dea.

Ia sering dipasang sebagai no. 10 dalam formasi 3-4-1-2. Meski begitu, gaya bermain Pessina tak identik dengan Gomez. Jika Gomez selama ini menjadi pengatur serangan utama, Pessina tak menunjukkan kreativitas mengumpan yang serupa. Sepeninggal Gomez, justru Josip Ilicic yang menjadi kreator serangan utama Atalanta. Musim ini, Ilicic paling rajin memberi umpan kunci dan mencatatakan nilai expected assists tertinggi di antara skuad La Dea.

Tanpa Papu Gomez, Atalanta Tetap Berbahaya dengan Josip Ilicic

Lantas, bagaimana dengan peran Pessina? Meski tak sering membuat peluang secara langsung, kehadiran Pessina tetap penting untuk menyokong serangan Atalanta. Gasperini menyukai kemampuan defensif dan pergerakan tanpa bola eks pemain AC Milan ini. Pessina juga cakap melibatkan diri dalam alur serangan.

Kecakapan tersebut terlihat dari statistik asis kedua (second assists) Matteo Pessina. Asis kedua adalah umpan yang memungkinkan pemain lain membuat asis tanpa perlu melakukan aksi signifikan seperti dribel. Sejauh ini, Pessina mencatatkan empat asis kedua di Serie A. Hanya dua pemain (Achraf Hakimi dan Rodrigo Bentancur) yang lebih baik dari Pessina dalam metrik ini. Rata-rata asis kedua per 90 menit Pessina pun hanya diungguli oleh rekan setimnya, Ruslan Malinovskiy.

Statistik di atas menunjukkan pentingnya peran Pessina jika meninjau taktik Atalanta. La Dea adalah tim yang menyerang dari sayap. Berdasarkan Whoscored, 74% alur serangan Atalanta musim ini dijalankan via kedua sayap. Sebagai no. 10, Pessina pun dituntut menjaga koneksi dengan pemain sayap dan memberi dukungan saat transisi menyerang. Kehadirannya sebagai opsi umpan di sepertiga akhir memungkinkan pemain lain melakukan lari underlap/overlap untuk kemudian menghasilkan peluang dari sayap.

Bangkitnya Luis Muriel, Bagian Koneksi Atalanta yang Berharga untuk Timnas Kolombia

Selain itu, insting mencetak gol Pessina pun terasah di Hellas Verona. Dalam situasi yang tepat, ia bisa merangsek ke kotak penalti dan menambah opsi penyelesaian akhir. Hal ini ditunjukkannya saat menghadapi Napoli di semifinal Coppa Italia, 10 Februari lalu. Pessina berhasil mencetak brace dalam laga tersebut.

Kecakapan Pessina mengisi peran lain juga menjadi anugerah tersendiri bagi Gasperini. Usai laga melawan Sassuolo, Januari lalu, sang pelatih memuji Pessina yang mampu bermain di banyak posisi dan perkembangannya selama ini. “Dia adalah pemain yang sangat berguna. Saya tidak tahu apakah dia akan terus bermain di posisi itu (gelandang serang) atau lebih ke tengah,” kata Gasperini.

Setelah menyaksikan klubnya bangkrut dan dikesampingkan Milan, Pessina akhirnya menemukan rumah. Rumah baru itu bernama Atalanta

Komentar