Peter Bosz: Otak Leverkusen, Pengagum Johan Cruyff

Analisis

by Redaksi 6

Redaksi 6

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Peter Bosz: Otak Leverkusen, Pengagum Johan Cruyff

“Saya belum selesai dengan Bundesliga. Orang-orang belum melihat Peter Bosz yang sebenarnya,” sebut Bosz saat jumpa pers pertamanya sebagai Kepala Pelatih Bayer Leverkusen pada Januari 2019, setelah dipecat oleh Borussia Dortmund hanya enam bulan semenjak diangkat menjadi kepala pelatih.

Bosz datang semasa Rueckrunde (paruh kedua musim Bundesliga) di saat Leverkusen berada di peringkat 7 klasemen. Pelatih asal Belanda tersebut secara impresif mempersembahkan 11 kemenangan, 1 hasil seri, serta hanya kalah 5 kali untuk mengakhiri musim di peringkat 4 dan mengakhiri masa absen dua musim Die Werkself di ajang Liga Champions Eropa.

Eks gelandang bertahan Feyenoord tersebut meninggalkan skema 4-2-3-1 racikan Kepala Pelatih Leverkusen sebelumnya, Heiko Herrlich, dan lebih memilih formasi 4-3-3 yang membawa Ajax asuhannya melejit ke final Europa League.

Link streaming pertandingan Bundesliga: Bayer Leverkusen vs TSG Hoffennheim

Namun, segalanya tidak langsung berjalan mulus, Leverkusen kalah 0-1 dari Borussia Moenchengladbach. Setelahnya, taktik menyerang yang diusung Bosz mulai menunjukkan hasil. Mereka meraih 6 kemenangan di 7 laga Bundesliga berikutnya, termasuk kemenangan spektakuler 3-1 kontra Bayern Muenchen di Spieltag 20.

Sebelum ditangani Bosz, Leverkusen memiliki selisih gol -3 (memasukkan 26, kemasukan 29) di paruh pertama bersama Herrlich. Hingga akhir musim, bersama Bosz, Leverkusen mencetak 43 gol dan hanya kemasukan 23 gol.

Musim lalu, Leverkusen memang hanya finis di peringkat 5 klasemen, tetapi mereka hanya berjarak 2 poin dari zona Liga Champions dan berhasil lolos ke babak final DFB-Pokal meski kalah dari Bayern Muenchen.

Pada musim kedua Bosz memegang kendali penuh, Leverkusen kian matang. Kini, die Werkself menjadi tim yang belum terkalahkan di Bundesliga bersama Wolfsburg. Jika Wolfsburg baru meraih 21 poin dari 11 pertandingan, Leverkusen memetik 22 poin dari 10 laga dan bertengger di posisi 2 klasemen sementara, selisih 1 angka dari sang pemuncak Bayern Muenchen. Lain itu, Leverkusen sukses di Europa League dengan lolos ke babak 32 besar sebagai juara Grup C.

“Menjadi dominan, memaksa Anda untuk menguasai bola lebih banyak — Filosofi Peter identik dengan Bayer Leverkusen,” kata Direktur Olahraga Leverkusen, Simon Rolfes.

Gelandang Bertahan yang Suka Gaya Menyerang

Semasa masih aktif bermain, Bosz merupakan seorang gelandang bertahan. Tetapi pria 57 tahun tidak menyukai tim asuhannya bermain negatif.

“Ketika saya melihat tim saya hanya bertahan dan dihancurkan seperti yang saya lakukan dulu, saya tidak menyukainya. Saya pikir ketika saya di bangku cadangan setidaknya saya akan memberikan diri saya sore yang bahagia. Jika saya memberi diri saya sore yang bahagia, saya bisa memberikannya kepada para penggemar," ujar Bosz.

Selain sudah khatam membaca buku Marti Perarnau berjudul Pep Confidential tentang bagaimana Pep Guardiola menangani Bayern Muenchen di musim pertama, sebagai orang Belanda, Bosz hanya memiliki satu idola: Johan Cruyff. Sejak umur 16, Bosz bersama teman-temannya rajin mengarsip artikel-artikel dan wawancara tentang Cruyff.

“Barcelona memiliki aturan tiga detik [menahan bola]. Tetapi kami bukan Barcelona, jadi saya menerapkan aturan dua detik,” ungkap Bosz saat masih melatih Ajax.

Gaya permainan dominan dalam menguasai bola dan cepat secara menyerang yang diusung Bosz memang sangat pas untuk lini serang Leverkusen. Bosz dapat memaksimalkan potensi lini depan tim dengan sangat baik dengan taktiknya tersebut.

Separuh musim ia menjadi pemandu di Bay-Arena, wonderkid Kai Havertz merasakan pengaruhnya. Total, Havertz mencetak 17 gol pada 2018/19, 11 di antaranya lahir saat dipimpin Bosz dan menjadi pemuda pertama di sejarah Bundesliga yang memiliki jumlah gol sebanyak itu.

Kevin Volland juga mendapat manfaat signifikan atas kedatangan Bosz. 8 dari total 14 golnya musim itu dan 8 dari total 9 asisnya lahir di paruh kedua kompetisi. Sementara Julian Brandt yang hanya mencetak 1 gol dan 4 asis di bawah kepelatihan Herrlich, mengakhiri kompetisi dengan catatan 7 gol serta sumbangan 11 asis.

Musim ini, dari seluruh pemain die Werkself yang memiliki menit bermain lebih dari 250 menit (17 pemain), hanya kiper Lukas Hradecky, bek Edmond Tapsoba, Karim Bellarabi, dan Charles Aranguiz yang belum berkontribusi di 19 gol tim di Bundesliga. Terlebih, Leverkusen merupakan tim Jerman paling produktif di sejarah babak grup Europa League (21 gol).

Nilai plus lainnya yang dimiliki Bosz adalah memandu bakat muda untuk memaksimalkan potensi mereka. Bersama Ajax, Bosz sukses dengan wonderkid macam Matthijs de Ligt, Frenkie de Jong, David Neres, hingga Justin Kluivert. Dua nama pertama saat ini sudah bergabung dengan Juventus dan Barcelona, sementara Kluivert memperkuat RB Leipzig.

Setelah Kai Havertz hengkang ke Chelsea, Bosz seakan memiliki pengganti bernama Florian Wirtz. Pemain berusia 17 tahun tersebut merupakan penyumbang asis terbanyak untuk Leverkusen (4 asis) di Bundesliga musim ini.

Di samping itu sudah tiga tahun sejak Leverkusen terakhir menempati posisi kedua di klasemen, dan pertama kalinya mereka melakukannya di bawah pimpinan Bosz. Pada Senin (14/12) mendatang, Leverkusen akan menjamu Hoffenheim dalam lanjutan Spieltag 11. Dari 3 kesempatan sebelumnya, Bosz belum pernah menang menghadapi die Kraichgauer (1 seri 2 kalah).

Bayer Leverkusen akan menjamu TSG Hoffenheim pada Senin (14/12) pukul 00.00 WIB. Pertandingan tersebut, seluruh pertandingan Bundesliga 2020/21, serta tayangan ulang dan highlights pertandingannya, dapat Anda saksikan di Mola TV (klik di sini).

Komentar