Harapan Besar Moenchengladbach di Tangan Marco Rose

Analisis

by Redaksi 6

Redaksi 6

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Harapan Besar Moenchengladbach di Tangan Marco Rose

Sepakbola memang gudangnya inovasi. Mulai dari metode kepemilikan klub, pembinaan akademi, hingga ide-ide baru dari para pelatih muda. Ketika membicarakan taktik, tidak butuh keahlian lebih untuk mengenali para pelatih muda nan hebat asal Jerman.

Ambil contoh Julian Nagelsmann. Dia menjadi pelatih utama TSG Hoffenheim saat masih berusia 28 tahun. Nagelsmann menyelamatkan klub dari jurang degradasi dan, yang lebih impresif, membawa die Kraichgauer lolos ke babak kualifikasi Liga Champions di musim penuh pertamanya.

Selain Nagelsmann, ada satu pelatih yang masih terbilang muda, 44 tahun, di Bundesliga musim ini dan patut disimak kiprahnya. Marco Rose adalah namanya dan Borussia Moenchengladbach adalah tim yang dia pimpin saat ini.

Link streaming pertandingan Bundesliga: Borussia Moenchengladbach vs FC Ausgburg

Sebelum menjalani karier sebagai seorang pelatih, Rose adalah seorang pemain yang berposisi sebagai fullback. VfB Leipzig adalah klub yang membuat namanya terkenal dan kebangkrutan klub pada 2000 mengantarkannya ke Hannover. Menghabiskan dua tahun di Niedersachsenstadion, Rose direkrut Juergen Klopp ke FSV Mainz sebagai pemain pinjaman dan dipermanenkan setelah promosi pada musim 2003/04.

Meski Klopp hengkang ke Borussia Dortmund pada 2008, Rose tetap di Mainz, memainkan 199 pertandingan di tim utama dan cadangan, mencetak tujuh gol (tiga di antaranya di Bundesliga), sebelum memutuskan gantung sepatu dan banting setir menjadi pelatih.

Tim cadangan Mainz menjadi labuhan pertamanya saat menjadi pelatih. Saat itu, Rose bermain dan menjadi asisten pelatih. Setahun kemudian, dia ditunjuk tim divisi empat Jerman, Lokomotive Leipzig. Bersama Lokomotive, kinerja Rose dilirik oleh klub Austria, Red Bull Salzburg, dan ditawari pekerjaan menukangi tim muda.

Rose menerima tawaran Salzburg dan melatih tim U-16 pada musim 2013/14. Tidak lama kemudian, cucu dari pesepakbola legendaris Jerman, Walter Rose, ini menggantikan peran Thomas Letsch di tim U-18. Secara cepat, Rose mampu memberikan impresi positif kepada Salzburg. Tim U-18 arahannya dibawa menjadi juara U-19 European Youth League, April 2017 silam.

Awal musim 2017/18, Rose ditunjuk sebagai pelatih tim utama Salzburg, menggantikan Oscar Garcia Junyent yang hengkang ke Ligue 1 untuk melatih AS Saint-Etienne. Rose membukukan musim debutnya dengan sangat impresif, menjuarai Bundesliga Austria dengan keunggulan 13 poin dari pesaing terdekat. Yang lebih apik, dia membawa Salzburg finis sebagai juara Grup I Europa League dengan tidak sekalipun menelan kekalahan, mengungguli Olympique Marseille yang lebih difavoritkan.

Tidak berhenti di situ, usai menekuk Real Sociedad di babak 32 besar, Salzburg dihadapkan lawan sulit, Borussia Dortmund. Tidak ada yang mengunggulkan Salzburg, tetapi tim racikan Rose yang diisi pemain-pemain macam Takumi Minamino, Hwang Hee-Chan, hingga Munas Dabbur menekuk Dortmund dengan skor 2-1 di leg pertama (di Signal Iduna Park) dan imbang tanpa gol di Red Bull Arena.

Kemudian Salzburg harus menghadapi raksasa Italia, Lazio, yang diperkuat pemain macam Ciro Immobile hingga Sergej Milinkovic-Savic. Tim Rose kalah telak 2-4 di Olimpico Roma dan keraguan untuk lolos ke semifinal mulai pudar.

Namun, keajaiban terjadi. Dalam leg kedua di kandang, Salzburg hanya bermain imbang 0-0 pada babak pertama dan tertinggal pada menit 55 melalui gol Immobile. Keunggulan Lazio hanya bertahan satu menit setelah Munas Dabbur menyamakan kedudukan. Hingga akhirnya tiga gol untuk Salzburg tercipta hanya dalam periode delapan menit. Salzburg menang 6-5 secara agregat dan lolos ke semifinal Europa League untuk pertama kalinya.

Pada akhirnya, Salzburg ditekuk tim yang mereka ungguli di babak grup, Marseille, di babak semifinal. Namun, gaya permainan menyerang, pressing konstan dengan para pemain muda, membuat nama Rose muncul ke permukaan.

“Kami bekerja di atas lapangan, yang artinya semua hal harus ditunjukkan secara maksimal. Sikap maksimal dan performa maksimal. Kami selalu harus berada di batas atas kemampuan kami,” ungkap Rose dikutip dari Deutsche Welle.

Pada musim keduanya, Rose berhasil mempertahankan gelar Bundesliga Austria dan meraih Piala Austria. Di sisi lain, Borussia Moenchengladbach sedang membutuhkan pengganti Dieter Hecking yang hanya mampu mempersembahkan empat kemenangan dari 14 pertandingan terakhir Bundesliga 2018/19.

Marco Rose muncul sebagai solusi. Direktur Olahraga Gladbach, Max Eberl, berharap Rose adalah sosok penerus Lucien Favre. Semenjak datang, Rose sudah kehilangan pemain-pemain penting seperti Nico Schulz, Andre Hahn, Mahmoud Dahoud, Jannik Vestergaard, hingga Thorgan Hazard.

Meski demikian, dengan pengalamannya mengamati potensi pemain muda, Rose mendatangkan Marcus Thuram, dan eks pemainnya di Salzburg, Stefan Lainer. Plus, 10 dari 29 pemain Gladbach musim 2019/20 sudah bermain di Borussia-Park sejak era Lucien Favre dan hal itu memudahkan adaptasi Rose.

Skema 4-4-2 berlian yang diterapkan oleh Rose di Salzburg sedikit diubah. Rose tidak suka dengan gaya bermain dengan garis pertahanan tinggi, tetapi para pemain justru melebar ke sisi lapangan. Meski sering menurunkan skema 4-2-3-1 atau 4-3-3, dengan Alassane Plea sebagai bomber utama, menurut asisten pelatihnya, Rene Maric, pada dasarnya Gladbach memainkan 4-4-2 berlian.

“Kami memainkan 4-4-2 berlian lebih sering, tetapi berlian ini memiliki variasi yang berbeda,” jelas Maric. “Anda tidak melihatnya dari luar, tetapi itu menunjukkan bahwa Anda harus selalu fleksibel. Dan tim di sini di Borussia juga memiliki banyak fleksibilitas. Musim lalu dengan formasi 4-3-3 tentu saja ada varian yang tak terhitung jumlahnya. Fleksibilitas adalah kata kunci yang digunakan untuk sesuatu yang cukup normal.”

Hasil dari taktiknya adalah, die Fohlen berhasil menjadi juara paruh musim 2019/20 dan mengakhiri kompetisi sebagai penghuni peringkat empat. Die Fohlen hanya terpaut empat angka dari peringkat dua, Borussia Dortmund, dan memastikan satu tempat di babak grup Liga Champions 2020/21.

“Saya percaya kepada Marco dalam segala hal. Marco dapat menangani semua pekerjaan, dia adalah pelatih yang sangat sensasional saat ini, dan semua orang sedang mempertanyakan tentang Anda,” ungkap Juergen Klopp dalam sebuah pesan video di acara Sky Sport.

Harapan suporter Gladbach akan kejayaan klub di era 1970-an boleh saja dikumandangkan. Tetapi, hal pertama yang mesti dilakukan Rose adalah tampil konsisten di tiap laganya.

Musim ini, Moenchengladbach mengawali musim di Bundesliga dengan cukup apik. Dari tujuh pekan perdana, pasukan Marco Rose bertengger di posisi tujuh dengan 11 poin, selisih empat poin dari zona Liga Champions. Sementara di ajang Liga Champions, Gladbach berada di puncak klasemen Grup B dan belum terkalahkan hingga pekan ketiga.

Akhir pekan ini, tepatnya hari Sabtu (21/11) pukul 21:30 WIB, Rose akan memimpin anak asuhnya bangkit dari kekalahan 3-4 dari Leverkusen pada Spieltag 7 dengan menjamu Augsburg di Borussia-Park. Jika ditilik dari rekor pertemuan, Gladbach belum kalah dari Augsburg dalam tujuh duel termutakhir (empat menang, tiga seri).

Seluruh pertandingan Bundesliga 2020/21, beserta tayangan ulang dan highlights pertandingannya, dapat Anda saksikan di Mola TV (klik di sini).

Komentar