Terombang-ambing seperti Kapal Uap: Pergolakan Hertha Berlin

Cerita

by Redaksi 7

Redaksi 7

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Terombang-ambing seperti Kapal Uap: Pergolakan Hertha Berlin

Berlin adalah kota terbesar Jerman. Wilayah seluas 891,8 kilometer persegi ini didirikan pada 1237 dan kini dihuni lebih dari 3,5 juta jiwa, membuatnya jadi kota yang paling banyak dihuni di Jerman sekaligus kota terpadat di Uni Eropa. Lebih dari itu, Berlin adalah kota global yang penting dalam lanskap kebudayaan, politik, media, dan sains.

Ekonomi Berlin digerakkan oleh firma-firma teknologi kiwari dan sektor jasa yang meliputi beragam industri. Kota ini juga menjadi destinasi wisata yang kesohor di Eropa. Berlin memiliki ratusan galeri seni, museum, serta arsitektur terkenal seperti Gedung Reichstag, Gerbang Brandenburg, dan Memorial Holocaust.

Kebudayaan Berlin dibentuk oleh berbagai kelompok etnis yang membuatnya jadi salah satu kota paling beragam di Eropa. Dihuni lebih dari 15 kelompok etnis — di antaranya Yahudi, Turki, Polandia, Asia Timur, dan Afro-Jerman.

Sepakbola pun tumbuh subur di Berlin. Setidaknya ada 30-an klub sepakbola di sini, merentang dari divisi utama hingga divisi kesepuluh. Kelompok etnis yang ada turut meramaikan kancah sepakbola dengan identitas mereka. Orang Turki punya Tuerkiyemspor Berlin, Yahudi punya TuS Makkabi Berlin, sedangkan orang Polandia dan Kroasia membentuk Polonia Berlin dan SD Croatia Berlin.

Namun, di samping semaraknya klub bola, Berlin sejatinya adalah subjek pinggiran dalam kancah persepakbolaan Jerman. Klub terbaik ibukota, Hertha BSC, baru dua kali meraih titel Bundesliga. Total, klub Berlin baru memenangi lima titel Liga Jerman, kalah jauh dari wilayah Bavaria serta Nordrhein-Westfalen yang masing-masing punya Bayern Muenchen dan Borussia Dortmund sebagai wakil utama.

Dalam konteks sepakbola, ibukota Jerman tak menikmati sejarah semewah Madrid, Spanyol, yang meraih hampir 50% titel liga domestik; bahkan tak sekompetitif London, Inggris, yang tiga timnya (Arsenal, Chelsea, Spurs) hanya kalah dari Manchester dan Liverpool dari segi prestasi.

Klub kebanggan ibukota, Hertha bahkan baru menancapkan kukunya di Bundesliga modern belum lama ini. Setelah sempat terombang-ambing dalam siklus promosi-degradasi, Hertha konsisten menempati divisi teratas sejak 2012/13.

Faktor krisis internal dan pergolakan politik Berlin (juga Jerman) tak bisa dilepaskan dari melempemnya prestasi Hertha. Problem finansial melanda klub ini pada 1920, 1971, dan 1994. Rezim fasis Nazi dan pemisahan Jerman pasca-Perang Dunia Kedua pun turut mewarnai sejarah Die Alte Dame yang penuh pergolakan. Namun, nyatanya, kesintasan Hertha cukup tangguh melampaui semua tragedi hingga menjadi klub modern yang cukup solid pada abad 21.

Sejarah Hertha Berlin, Inspirasi Sebuah Kapal Uap

Klub ini dibentuk pada 1892 dengan nama awal BFC Hertha 92. “Hertha” diambil dari nama sebuah kapal uap yang kebetulan ditumpangi salah seorang pendiri klub. Seragam biru-putih Die Alte Dame pun terinspirasi dari corak cerobong asap kapal tersebut.

Secara kebetulan, Hertha si klub bola bernasib serupa Hertha si kapal uap yang melintasi gejolak laut; kokoh menjulang tapi kadang terombang-ambing oleh ombak atau badai. Krisis finansial dan politik adalah badai yang menghambat perjalanan Hertha.

Sebagaimana badan kapal uap, marwah Hertha di sepakbola Jerman amat penting dan berwibawa. Pada masa awal, Hertha tampil baik di kompetisi regional Berlin, memenangi edisi perdananya pada 1905.

Pada 1900, Hertha menorehkan prestasi tersendiri dengan mengalahkan klub Inggris, Southend United, dalam partai persahabatan. Kemenangan itu bernilai signifikan karena pada awal abad 20, Inggris masih jadi kiblat sepakbola dan klub-klub Britania mendominasi olahraga ini. Tahun 1900 pula, Hertha makin mengukuhkan namanya di sejarah sepakbola Jerman dengan menjadi salah satu klub pendiri DFB (asosiasi sepakbola Jerman).

Akan tetapi, penampilan tim tak disertai manajemen finansial yang baik. Pada 1920, Hertha hampir bangkrut dan terpaksa merger dengan Berliner Sport-Club untuk membentuk Hertha Berliner Sport-Club. Mereka meraih dua titel Liga Jerman (1930 dan 1931) sebelum Hertha memisahkan diri dan kembali jadi klub independen.

Tembok Berlin: Sepakbola dalam Cengkeram Politik

Sebagaimana klub Jerman lain, Hertha memiliki riwayat menggelisahkan dengan rezim-rezim politik. Pada masa Reich Ketiga, anasir-anasir Nazi dipasang ke klub-klub sepakbola demi kepentingan partai. Adolf Hitler memasang Hans Pfeifer, anggota Nazi, sebagai presiden Hertha untuk memastikan ideologi fasis ditegakkan oleh klub itu.

Namun, sebagaimana Jerman, Hertha harus membayar mahal atas hubungan menggelisahkan selama 12 tahun ini. Berlin dibom Sekutu dan diserbu Uni Soviet. Kota rusak parah dan banyak nyawa melayang. Setelah kekalahan Nazi, Sekutu dan Soviet berebut kendali atas Jerman juga Berlin.

Momen itu mengawali masa Perang Dingin, secara simbolik ditegaskan oleh berdirinya Tembok Berlin pada 13 Agustus 1961. Atas nama pertentangan ideologi, tembok sepanjang 155 km ini memisahkan keluarga, teman, juga komunitas sepakbola.

Banyak suporter Hertha yang tak bisa menyaksikan tim kebanggaannya selama 28 tahun hanya karena mereka berdomisili di Berlin Timur. Hertha sendiri mengalami nasib buruk, sempat hiatus dan diganti nama menjadi SG Gesundbrunnen.

Meski demikian, Hertha berhasil dipulihkan dan berkompetisi di Liga Jerman Barat. Die Alte Dame kemudian berpartisipasi di Bundesliga sejak kompetisi itu dibentuk pada 1963. Tapi, mereka didegradasi dua musim kemudian setelah tersangkut kasus suap.

Hertha, sebagai klub, pelan-pelan kembali bangkit. Tetapi tidak dengan suporter mereka di Berlin Timur. Demi mendukung klub kebanggan, suporter dari Berlin Timur sampai harus membentuk perkumpulan rahasia untuk bertukar kabar. Pasalnya, mendukung klub Jerman Barat dilarang oleh rezim komunis.

Helmut Klopfleisch, kini 72 tahun, adalah saksi hidup bagaimana kekuatan politik meracuni spirit dan independensi olahraga. Ia menghabiskan belasan tahun dalam pengawasan Stasi (polisi rahasia Soviet). Semua catatan “kriminal” Kloplfleisch berpangkal dari satu hal: menjadi penggemar klub Jerman Barat, Hertha Berlin.

Kloplfeisch biasa nongkrong di batas Tembok Berlin pada akhir pekan. Bersama suporter Hertha lain, ia mencuri dengar tempik-sorak dari Stadion am Gesundbrunnen, markas Die Alte Dame sebelum pindah ke Olympiastadion pada 1963. Stadion tersebut hanya berjarak sekitar satu kilometer dari tembok.

Pada Mei 1989, ibu Klopfleisch sekarat. Kesempatan ini justru digunakan Stasi untuk menyiksanya. Klopfleisch, yang mengajukan permohonan pindah ke Jerman Barat pada 1986, diberi ultimatum: harus pindah sekarang — membiarkan ibunya meninggal sendirian — atau menetap selamanya. Klopfleisch memilih pindah dan ibunya meninggal beberapa jam kemudian. Ia bahkan tak diperbolehkan kembali untuk menghadiri pemakaman sang ibu.

Pada 9 November 1989, sakit hati Klopfleisch seidkit terobati dengan runtuhnya Tembok Berlin. Tembok yang, secara konkret maupun metaforis, membatasi gagasan dan relasi antarmanusia itu diruntuhkan 28 tahun setelah berdiri.

Reunifikasi Jerman pun dirayakan dua klub terbesar Berlin pada masa itu, Union dan Hertha. Dua klub ini menggelar partai persahabatan pada 27 Januari 1990, 72 hari setelah Tembok Berlin dirobohkan. Untuk pertama kalinya, warga Berlin (Barat dan Timur) dapat berbaur dalam satu stadion.

Union vs Hertha dan Masa Depan Persepakbolaan Berlin

“Orang-orang selalu berkata ke saya bahwa Berlin sedang menunggu sesuatu yang besar. Berlin punya potensi. Berlin adalah raksasa tertidur yang tak bisa bergerak. Dan saya yakin Lars Windhorst [investor Hertha] akan memberi mereka dorongan yang kuat.”

Kalimat itu diucapkan Juergen Klinsmann saat bergabung sebagai pelatih kepala Die Alte Dame. Omongan Klinsmann, meskipun jika ditinjau sekarang cukup kontroversial, mengandung kebenaran. Pada 2019, Windhorst membeli 49,9% saham Hertha (nilai maksimal yang dimungkinkan Aturan 50+1), menyuntikkan dana sekitar 224 juta euro.

Dengan dana melimpah, Klinsmann diharap membawa Hertha ke papan atas Bundesliga. Namun, eks manajer Timnas Amerika Serikat itu mundur kurang dari tiga bulan setelah menjabat. Klinsmann meninggalkan Hertha yang tengah berjuang menjauhi zona degradasi.

Untungnya, Bruno Labbadia datang menggantikan Klinsmann dan memberi impak signifikan ke performa tim. Labbadia meraih 13 poin dari sembilan pertandingan akhir Bundesliga 2019/20, cukup untuk memastikan Hertha bertahan.

Musim ini, Labbadia cukup kesulitan di awal musim, baru meraih satu kemenangan dan menempati peringkat 14. Namun, sebagaimana kesintasan Hertha yang ditunjukkan sepanjang sejarah, Die Alte Dame cukup berdaya untuk bangkit menghadapi musim ini.

Sekarang, Berlin punya kesempatan untuk membiarkan klub-klub lokalnya berkembang dan menentang dominasi Bavaria. Pada abad 20, perkembangan Hertha, Union, dan klub-klub Berlin lain dihambat oleh perang dan kontrol politik berkepanjangan.

Sepanjang sejarahnya, Derbi Berlin antara Hertha vs Union baru terjadi enam kali. Kini, Hertha dan Union dalam posisi mapan dan menempati lingkungan suportif sebagai modal bertahan di Bundesliga. Derbi Berlin pun berpeluang mengukuhkan status kompetitifnya suatu saat nanti.

Dua klub itu adalah asa masa depan persepakbolaan Berlin. “Masa depan adalah milik Berlin,” demikian slogan di laman “tentang kami” Hertha. Setelah melewati pergolakan zaman di kota yang rusak, Hertha menyambut era sekarang dengan optimistis.

Hertha Berlin berlaga di Bundesliga 1 2020/21. Seluruh pertandingan Die Alte Dame dapat Anda saksikan di Mola TV. Klik di sini untuk menyaksikan seluruh tayangan langsung pertandingan Hertha Berlin, juga tayangan ulang dan highlights pertandingan-pertandingannya.

Komentar