Mencari Juara Baru Liga Champions

Cerita

by Redaksi 11

Redaksi 11

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Mencari Juara Baru Liga Champions

Semua mata tertuju ke Lisabon. Istanbul mestinya menjadi satu kota tujuan utama, tapi karena pandemi tanpa vaksin, ibu kota Portugal yang berhak sebagai persinggahan. Liga Champions 2019/20, menyisakan delapan tim terbaik dari lima liga top Eropa.

Enam di antaranya tidak pernah keluar sebagai juara. Hanya tiga tim yang pernah mencapai final, meski hanya dua yang sama-sama lima kali mengangkat piala. Pada semifinal, tinggal satu mantan klub juara yang tersisa. Aroma hadirnya juara baru menguar ke udara.

Lokasinya berada di Stadion Da Luz dan Stadion Jose Alvalade. Markas dua rival, Benfica dan Sporting CP yang gaungnya di kompetisi Eropa sunyi senyap dalam beberapa tahun terakhir. Sekarang waktunya Atalanta, Paris Saint-Germain, RB Leipzig, Atletico Madrid, Barcelona, Bayern Muenchen, Manchester City, dan Olympique Lyon merenda mimpi menaklukan sepak bola Eropa.

VIDEO: Momen terbaik Paris Saint-Germain musim 2019/20



Di bawah alunan musik orkestra pembuka laga. Kejuaraan level klub dengan pamor paling elite bergelora. Tanpa ribuan pasang mata di tribune, pertunjukan mesti berlangsung.

Atalanta merangsek ke kumpulan delapan tim terakhir sebagai satu-satunya perwakilan Serie-A. Biru hitam Negeri Pizza paling sensasional sejak Gian Piero Gasperini diberi kepercayaan penuh menjalankan proyeknya. Peningkatannya signifikan dari dari satu musim ke musim yang lain.

Pada musim ini, La Dea menciptakan rekor poin tertinggi selama klub berusia 112 tahun. Menyajikan sepak bola menyerang dengan gelontoran 98 gol, rekor Serie-A sepanjang masa. Meskipun minus pencetak gol lokal, Atalanta memicu decak kagum ke seantero dunia.

Pada keikutsertaan pertama di Liga Champions ini, Papu Gomez, cs. sukses lolos ke babak gugur dan meremukredamkan Valencia dengan agregat 8-4. Josip Ilicic mendaku diri sebagai pencetak empat gol tertua di kompetisi. Sayang, periode emas La Dea berjalan beriringan dengan kepiluan kota Bergamo yang terdampak berat akibat virus korona.

Lawan Atalanta, Paris Saint-Germain punya sekumpulan bintang sepak bola yang bermeditasi setelah menundukkan pemuda 19 tahun bernama Erling Haaland. Pemain termahal di dunia, Neymar Jr. jelas mengerti kehadirannya di Paris untuk menjuarai Liga Champions. Tidak ada alasan untuk kembali terkena remontada (terkejar setelah unggul) yang sebenarnya dimulai oleh Neymar di Barcelona.

Proyek sepak bola Qatar di ibu kota Prancis tidak lengkap tanpa trofi Si Kuping Besar. Atalanta dengan segala rekor gemilangnya mesti digilas tanpa ampun. Tanpa Ilicic yang alami depresi karena masalah keluarga, PSG siap menyudahi kisah Si Dewi. Sebab, sapu bersih tiga kompetisi domestik semata-mata rutinitas tahunan yang lagi-lagi tercapai.

Pada laga lain, RB Leipzig melanjutkan sisa musim tanpa produsen gol mereka, Timo Werner. Dari timur Jerman, Werner berlabuh ke sisi barat London. Kemungkinan, dukungan Werner lewat media sosial nantinya pun tidak berdampak signifikan kepada aksi Die Roten Bullen.

Sedangkan Atletico Madrid mengincar final keempat dan trofi perdana mereka. Sial, persiapan terkendala karena Sime Vrsjalko dan Angel Correa mesti absen karena positif Covid-19. Pertandingan tinggal beberapa hari lagi, keduanya malah menjalani isolasi mandiri dan tidak pergi ke Portugal. Kesuksesan Atleti pada laga nanti pasti ditujukan untuk kesembuhan keduanya.

Gema yang Lain

Proyek sepak bola Uni Emirat Arab di kota industri Manchester juga tidak lengkap tanpa trofi Si Kuping Besar. Manchester City bukan Birmingham City pada 2011 yang cukup girang mengakhiri musim dengan sebatas menjuarai Piala Liga.

Sejauh kaki melangkah di Liga Champions, The Cityzens baru sanggup menggapai semifinal pada 2015-16. Terjadi sebelum Pep Guardiola menjadi juru taktik.

Guardiola mengerti, misi utamanya datang ke sisi biru Manchester untuk menjuarai Liga Champions. Sebab, sapu bersih tiga kompetisi domestik semata-mata target rutin yang hanya tercapai pada dua musim lalu.

Lyon yang hanya menjalankan dua laga kompetitif sejak awal Maret mesti sanggup langsung tancap gas. Memang, mereka hanya jumpa kalah. Namun, Les Gones memaksa laga final Coupe de la Ligue dengan PSG sampai adu penalti. Sementara Juventus mereka singkirkan berkat keunggulan gol tandang. Oh, arrivederci, Sarri!

Kevin De Bruyne tidak boleh jemawa sekalipun sanggup menjinakkan langganan juara, Real Madrid. Sekali saja The Cityzens lengah, Memphis Depay bisa menutup telinga, setelah papan skor berubah angka.

Jika pada tiga lain menyoal mimpi-mimpi mengangkat trofi pertama kali, Barcelona dan Bayern jelas lebih dulu mengerti. Sekalipun, obsesi keduanya sekarang berbeda arti. Barca ingin menyelamatkan muka di bawah kepemimpinan Quique Setien. Finis di peringkat kedua La Liga dan tidak berbicara banyak di ajang turnamen domestik, membuat musim Barca era Lionel Messi terasa hancur lebur.

Ernesto Valverde hilang jabatan saat timnya mapan di puncak klasemen. Terpaksa, Messi mengakui kehebatan Real Madrid, sembari geram betapa lemah timnya setelah liga mulai lagi. Arthur Melo hilang selera, karena dedikasinya justru dibalas dengan proses transfer yang dia tidak tahu menahu. Hanya dengan menjuarai Liga Champions, musim 2019-20 milik Blaugrana layak diceritakan ulang.

Sedangkan Bayern Muenchen gagah perkasa sejak Hansi Flick mengambil alih kendali pada November 2019. Terselamatkan dari Niko Kovac yang tidak menghadirkan kestabilan. Menjuarai Bundesliga delapan kali beruntun dan trofi DFB Pokal memang selayaknya prosesi tahunan.

Robert Lewandowski menggila lewat gelontoran 13 gol di Liga Champions. Menambah koleksi 34 gol Bundesliga miliknya. Tiadanya gelaran Ballon d’Or pada tahun ini jelas merugikan penyerang Polandia. Sekalipun mungkin dia tidak terlalu memikirkan, karena membuat konten TikTok memang lebih mengasyikkan ketimbang mengulik teori konspirasi Ballon d’Or.

Bayern menatap treble winners kedua milik mereka setelah mencapainya pada tahun 2013. Barcelona bukan rival asing. Mereka dua kali berjumpa pada semifinal edisi 2012-13 dan 2014-15. Pemenang dari duel kelas berat ini selalu keluar sebagai juara.

Bayern mengangkangi Barca dengan agregat menohok, 7-0 pada langkah mereka mencapai final tahun 2013. Lengkap dengan pertunjukan eksploitasi ruang dari Thomas Mueller yang menyentuh puncak performa. Sedangkan El Barca sanggup balas dendam lewat kemenangan beragregat 5-3 pada dua tahun berselang. Lengkap pula dengan adegan Jerome Boateng ambruk digocek Messi.

Atalanta, RB Leipzig, dan Olympique Lyon menjadi paket kejutan yang ditunggu-tunggu kali ini. Manchester City dan PSG menyoal kekuatan kapital yang tidak kunjung menyentuh titik impas segera. Atletico selamanya tentang menghapus pilu kalah di final tiga kali tanpa pernah juara. Sedangkan Barcelona dan Bayern terkait praktik dominasi dengan jumlah trofi tertahan di angka lima.

Apakah muncul juara baru? Apa justru trofi keenam untuk mereka yang dominan? Lisabon, mereka datang untuk menaklukkan.

Komentar