Ketika Sepakbola Juga Bertiktok Ria

Cerita

by Redaksi 11

Redaksi 11

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Ketika Sepakbola Juga Bertiktok Ria

Ada beragam kekonyolan dalam karier Sergio Ramos. Eksekusi penalti yang melambung entah ke mana di semifinal Liga Champions 2011-12, menempeleng Carles Puyol setelah dibantai 0-5, berak di celana saat bertanding melawan Eibar tahun 2018, dan lain-lain.

Beberapa bisa mudah dilupakan, ada juga yang sama sekali tidak. Tentu bukan melulu soal urusan dari lapangan hijau. Seperti pada akhir Februari lalu, Ramos mengirim video TikTok “Bagaikan Langit” Challenge, tanpa menggunakan efek ‘Zoomy Face’.

Dengan setelan blazer dan sunglasses yang menggantung di saku, tangan penuh tato Ramos menghitung mundur kelakuan cringe darinya dalam bentuk terbaik.

Hampir 32 juta orang yang menonton video itu di aplikasi TikTok sendiri. Belum lagi menghitung kiriman ulang akun-akun lain pada media sosial berbeda. Dari sana, perlahan aksi pesepakbola bertiktok ria tampak lazim beredar di lini masa kita.

Konten #BagaikanLangitChallenge El Capitan mungkin bisa terlacak menginspirasi para bintang NBA. Pada gelaran NBA All-Stars di pertengahan Februari, pemain bola basket terbaik dunia ramai-ramai diminta melakukan tantangan tersebut. Lewat bimbingan tiga tiktoker populer, Addison Rae, Charli D’Amelio, dan Dixie D’Amelio, status ‘bintang’ para All-Star dipertaruhkan.

Ketika Potret merilis ‘Bagaikan Langit’ dalam album Cafe (1999), sangat mungkin mereka tidak menyangka lagu tersebut bakal bernasib seperti itu. Tembang yang kental cita rasa ‘tweepop’ ini memang seketika menjadi hits pada awal 2000-an. Namun, untuk viral di banyak negara dalam versi remix pada 20 tahun kemudian? Meh, Melly Goeslaw juga reuwas (terkejut).

VIDEO: Bedah keuangan pemain sepakbola bareng Jouska ID



Pesepakbola di Kancah Tiktok

Betapa tahun 2020 berjalan kurang mengenakkan, sama-sama kita paham. Selepas kembang api menghujam langit, banjir hampir merata di Jabodetabek pada hari kesatu. Hari-hari pada Januari menyajikan kekhawatiran setiap hujan menderas tanpa sudah.

Juga wacana Perang Dunia ketiga pada tahun ini. Seseorang bernama Michael Phillips yang mengaku datang dari tahun 2053 menceritakan akan terjadi Perang Dunia ketiga lewat video berjudul, ‘Time Traveler from 2075 Reveals WWIII Details’ di kanal Youtube. Bisa jadi sebatas bahan tertawaan. Sampai kemudian…

AS menyerang Iran lewat udara di Bandara Internasional Irak pada awal Januari. Jenderal Iran, Qassem Soleimani mati. Iran yang punya kekuatan nuklir mengancam balas dendam. Perang dunia tampak begitu dekat dalam bayangan. Untungnya, tidak kejadian.

Kemudian, berlanjutnya sebaran virus korona tipe baru yang diduga merebak pertama kali dari pasar basah Wuhan, Tiongkok. Nama singkatnya: Covid-19. Sepak terjangnya dari akhir tahun 2019 berlanjut sampai tanggal yang belum ditentukan. Pada 12 Maret. WHO menetapkan Covid-19 sebagai pandemi global (penyakit yang menyebar di seluruh dunia dalam waktu bersamaan).

Angka positif terjangkit virus semakin meningkat dari hari ke hari. Aktivitas terhenti, karena kota terpaksa ditutup untuk memutus rantai infeksi.

"Kami berasumsi virus korona akan menginfeksi sekitar 50% persen populasi dunia, 20% persennya kasus parah, dan 1-3% mengakibatkan kematian," ungkap prediksi analis dari Economist Intelligence Unit (EIU).

Vaksin diperkirakan baru bisa ditemukan pada tahun depan. Alhasil sejak WHO menetapkan statusnya sebagai pandemi, hidup tidak lagi sama. Para pemimpin dunia kewalahan mengantisipasi, sekaligus berlomba siapa paling sanggup memberikan pernyataan terkonyol.

Terdapat saling susul dalam laporan angka positif infeksi keluaran John Hopkins University. Ekonomi ambruk. Industri kreatif tersungkur. Tidak terkecuali sepak bola.

Hampir semua kompetisi sepak bola terpaksa terhenti sepanjang pertengahan Maret sampai Mei. Ada yang sementara, ada yang benar-benar tuntas. Ada yang akhirnya mengambil risiko memulai kembali, ada yang masih membicarakan kapan kelanjutannya.

Pada masa karantina, para pesepak bola mengomunikasikan apa yang mereka lakukan melalui media sosial. Cotohnya, ikut turnamen gim konsol. Menggunakan layanan telekonferensi untuk wawancara atau sekadar tukar kabar. Tidak lupa berbagi gambar aktivitas keseharian untuk tetap bugar. Plus, sekadar bergurau lewat beberapa karakter yang terbatas, tapi efektif juga.

Kebaruan muncul saat mereka mencoba TikTok. Aplikasi ini memang naik daun pada tahun 2020. Pada kuartal pertama tahun ini (Januari-April), Tiktok menjadi aplikasi selain gim yang paling banyak diunduh. Mengalahkan saudara tua, Facebook dan WhatsApp.

Penyerang Southampton FC, Nathan Redmond yang baru daftar Tiktok selama karantina punya komentar. Lewat video sepanjang 15, 30, dan 60 detik yang kebanyakan mengikuti tren tantangan tertentu, pesepakbola bisa bersenang-senang dan menunjukkan kepribadiannya yang lain kepada publik.

“Susah untuk mengirim video TikTok kalau habis kalah 0-1 di akhir pekan. Sepanjang pekan, kamu harus diam, menunjukkan kepada dunia luar kalau kamu terpuruk,” curhatnya santai kepada The Guardian.

Redmond mengenal TikTok dari adik perempuannya yang berusia delapan tahun. Kiriman video pertamanya berseragam Real Madrid, semacam ajakan tidak usah serius sedari awal. Sementara kontennya yang paling viral, saat dia membuat sketsa komedi dari film ‘Rush Hour 3’. Pemain berusia 26 tahun memainkan peran semua aktor dengan kocak.

Namun, Redmond bukan satu pesepakbola yang akunnya paling perlu untuk diikuti. Bek Real Madrid, Marcelo menjadi pesepak bola yang paling punya banyak pengikut (followers) dengan total 2,8 juta. Dua kolega El Real Marcelo, Ramos dan James Rodriguez mengekor di urutan selanjutnya. Seperti Redmond, kiriman TikTok Marcelo baru ada pada masa karantina korona.

Penyerang Bayern Muenchen, Robert Lewandowski menjadi sensasi instan lewat video-video goyang aduhai. Kegarangan Lewy, sapaannya, sebagai predator terbuas nomor sembilan saat ini seakan ambruk saat badannya gemulai mengikuti irama lagu alay.

Baru bergabung pada 4 April 2020, penyerang Polandia menggondol 1,5 juta pengikut dan 8 juta suka (likes) lewat 15 videonya. Tidak ada satupun konten video bomber Polandia ini yang tidak menembus angka jutaan penonton.

Lewandowski barang kali ingin merebut mahkota ‘Raja TikTtok’ setidaknya di kalangan pemain Bayern. Sebab, wajah baru asal Kanada, Alphonso Davies lebih veteran di skena pertiktokan. Bek berusia 19 tahun sejak akhir tahun lalu mengerti betul potensi tren Tiktok. Konten Davies disukai sebanyak 15,1 juta kali, unggul telak dari pesepak bola lainnya.

Untuk jumlah pengikut, Davies memang hanya berada di urutan ketujuh dengan 810.200 pengikut. Namun, dia bisa dianggap sebagai ‘Raja Tiktok Sepakbola’, karena paham bagaimana media sosial ini bekerja.

Algoritma TikTok memungkinkan jumlah likes melampaui jumlah pengikut. Sebab, saat aplikasi dibuka, konten yang viral muncul pertama kali pada dashboard. Oleh sebab itu, aplikasi ini mudah memunculkan ‘seleb’ baru dan challenge yang memicu tren. Faktor ini juga yang menjadikan TikTok lebih solid daripada medsos serupa yang lebih dulu ada, semisal Snapchat dan Vine.

Tiktok seolah menjadi pelarian bintang lapangan hijau kabur dari kebosanan di masa karantina. Alih-alih dihinggapi perasaan takut akibat situasi penuh ketidakpastian. Namun ternyata, tidak semua orang bisa menikmatinya.

“Atlet yang saya pikir keren, lalu saya melihat video bodoh Tiktok mereka, saya hilang hormat. Ini mulai menyakitkan,” ucap bek Borussia Dortmund, Mats Hummels saat berbincang dalam siniar (podcast) Gemischtes Hack.

Berbeda dengan sejawatnya yang menghasilkan banjir tawa lewat video TikTok, sekejap Hummels panen cercaan akibat komentarnya. Lagipula, TikTok bukan melulu joget konyol juga. Rekan setimnya, Mario Goetze dan istri, Ann-Kathrin memanfaatkan aplikasi ini untuk menggalang dana. Berhubung cercaan terus merembet, Hummels langsung menjelaskan maksud pernyataannya.

“Kalian tidak perlu menerima setiap ucapan sampai ke dalam hati. Apalagi pada siniar komedi. Apa yang saya maksud tuh, para atlet basket,” jelas Hummels lewat kicauan Twitter.

Terbukti, Tiktok yang tampak sepele karena sifatnya hiburan, bisa menjadi persoalan tersendiri. Positif atau negatifnya, tergantung sudut pandang. Hummels sudah kena getah. Sementara rekan sejawatnya yang lain, berlomba menjadi ‘raja’ pada rimba tanpa Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Setidaknya sampai dua megabintang tersebut tertarik membuat akun terverifikasi.

Lantas, siapa TikToker favorit kalian? Charli D’Amelio, Addison Rae, Nathalie Wantara, atau Ansellma Putri?

Eh, maksudnya Tiktoker pesepak bola.

***

Peringkat Pesepak Bola dengan Pengikut TikTok Terbanyak

  1. Marcelo - @marcelotwelve- 2,9 juta,
  2. Sergio Ramos - @sergioramos - 2,4 juta,
  3. James Rodriguez - @jamesrodriguez - 1,7 juta,
  4. Robert Lewandowski - @_rl9 - 1,6 juta,
  5. Dani Alves - @danialves - 1,1 juta,
  6. Vinicus Jr. - @viniciusjr - 985 ribu,
  7. Alphonso Davies - @alphonsodavies- 868,5 ribu,
  8. Rodrygo Goes - @rodrygogoes- 284,8 ribu,
  9. Douglas Costa - @douglascosta - 221 ribu,
  10. Cesc Fabregas - @cescfabregas - 215 ribu.

Peringkat Pesepak Bola dengan Likes TikTok Terbanyak

  1. Alphonso Davies - @alphonsodavies- 15,8 juta,
  2. Sergio Ramos - @sergioramos - 9,6 juta,
  3. Robert Lewandowski - @_rl9 - 8,4 juta,
  4. Marcelo - @marcelotwelve - 6,8 juta,
  5. James Rodriguez - @jamesrodriguez - 4,2 juta,
  6. Vinicius Jr. - @viniciusjr - 2,4 juta,
  7. Dani Alves - @danialves - 1,7 juta,
  8. Douglas Costa - @danialves - 1,4 juta,
  9. Layvin Kurzawa - @layvinkurzawaoff - 1,2 juta,
  10. Daniel Sturridge - @danielsturridge - 808 ribu.

Data diambil dari 45 akun TikTok terverifikas milik para pesepak bola aktif pada Minggu, 31 Mei 2020 jam 20.00 WIB. Baca bagian kedua: “Bagaimana Sepakbola Memanfaatkan Tiktok?”.

(Ruhr24/Guardian/TikTok).

Komentar