Billy Gilmour, Jendral Muda Lini Tengah Chelsea dan Harapan Skotlandia

Cerita

by Redaksi 12

Redaksi 12

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Billy Gilmour, Jendral Muda Lini Tengah Chelsea dan Harapan Skotlandia

Dalam dua pertandingan terakhir, Chelsea berhasil menang melawan dua klub asal Merseyside tanpa kebobolan satu gol pun. Anak asuh Frank Lampard ini menang melawan Liverpool pada pertandingan lanjutan Piala FA dengan skor 2-0, menyusul kemudian mereka mengalahkan Everton pada pertandingan Liga Primer Inggris pekan ke-29 dengan skor 4-0. Dari dua pertandingan tersebut, muncul nama baru yang berhasil menarik perhatian para penonton Liga Inggris. Dia adalah Billy Clifford Gilmour. Pemain berusia 18 tahun ini menjadi aktor penting dalam dua kemenangan Chelsea terakhir.

Gilmour adalah pemain berkebangsaan Skotlandia yang lahir di kota Glasgow, namun tinggal di kota Ardrossan, sebuah kota yang berjarak 50 menit via berkendara mobil dari Glasgow. Bakat sepak bola Gilmour datang dari sang ayah yang sempat mencicipi tim muda Ardrossan Winters Rovers sebelum mengabdi pada Royal Navy Skotlandia.

Sejak berusia 8 tahun, Gilmour sudah menimba ilmu di akademi Glasgow Rangers namun masih tetap bersekolah di Stanley Primary School di kota ia tinggal. Ia sempat menjadi pemain terbaik tim sekolah saat tahun 2012/2013. Saat menginjak usia 10 tahun, bakatnya tercium oleh federasi Skotlandia (SFA) yang selanjutnya membawa Gilmour muda ke Grange Academy di Kilmarnock, salah satu dari 7 tempat program unggulan Seven Performance School federasi.

VIDEO: Informasi terupdate Chelsea



Program dari federasi membuat Gilmour merasakan penampilan di timnas untuk berbagai level usia, dari mulai u15 hingga u21. Sementara itu, berlatih di akademi Rangers membuatnya mudah mendapat pantauan dari berbagai klub, khususnya Chelsea yang tertarik mendatangkan Gilmour di 2017 atau saat usianya menginjak 16 tahun, bukan kontrak professional tentunya.

Saat itu Direktur SFA Performance, Malky Mackay, menyarankan Gilmour untuk tetap bersama Rangers dan tetap dalam pantauan federasi. Namun Gilmour muda tak ingin menunda untuk bergabung dengan klub idola masa kecilnya. Ada beberapa foto yang menunjukkan Gilmour sudah menyukai Chelsea sejak dini. Tentu, Gilmour menerima kontrak ini setahun setelahnya saat menginjak 17 tahun ia dikontrak professional oleh Chelsea.

Sedikit melenceng, Gilmour pernah menjadi model untuk merek fashion asal Inggris Burberry

Berkah Hukuman Chelsea

Larangan transfer Chelsea menjadi berkah tersendiri bagi Gilmour dan para pemain muda lainnya. Pelatih mereka Frank Lampard punya peran yang tidak sedikit terhadap perkembangan youngster Chelsea yang sebelumnya sulit mendapat kerpercayaan bermain, termasuk Gilmour. Sikap disiplin Lampard dengan menerapkan beberapa aturan dalam sistem kepelatihan Chelsea musim ini berdampak terhadap para pemain muda. Work ethics dan disiplin jadi salah satu resep Lampard dan Chelsea bisa bersaing di 4 besar klasemen musim ini.

Sejak musim dimulai, Gilmour sudah sering berlatih dengan skuat utama the blues dan bahkan tak perlu menunggu lama untuk diberikan caps debut di Premier League. Pemuda berusia 18 tahun tersebut menjalani debut di akhir Agustus 2019 lalu saat masuk menggantikan Tammy Abraham di laga melawan Sheffield United.

Setelah debutnya tersebut, Gilmour sulit mendapat menit bermain reguler karena posisinya hampir serupa dengan N’golo Kante. Ia hanya mendapat beberapa kesempatan bermain saat Carabao Cup dan FA Cup. Sisanya, jika sedang tidak masuk skuat utama Gilmour menambah menit bermain bersama tim u23 Chelsea di kompetisi Premier League 2.

Baru Februari yang lalu, Gilmour resmi mendapat panggilan rutin di tim utama Chelsea. Hal ini dikarenakan cedera beberapa gelandang senior seperti N’golo Kante, Mateo Kovacic dan juga Jorginho yang sedang alami hukuman larangan bertanding beberapa pekan. Kesempatan ini benar-benar dimanfaatkan Gilmour untuk mencuri perhatian dengan permainan gemilang. Buah manis hasil kerja keras bertemu dengan kesempatan.

Secara tipikal permainan Gilmour punya 4 hal yang menjanjikan, setidaknya untuk sample size dua pertandingan melawan Liverpool (FA Cup) dan juga Everton (EPL Pekan 29), yaitu penempatan posisi, visi bermain, kemampuan intersep dan juga insting dalam melancarkan tekel. Saat bermain, Gilmour seolah-olah menunjukkan ia sudah sangat terbiasa mengisi posisi gelandang bertahan untuk tim utama, tenang, akurasi operan tinggi, dan pintar menutup ruang menyerang lawan.

Secara statistik, mungkin Gilmour tidak terlalu menonjol. Namun jika kita menonton secara langsung, maka kita akan melihat seorang anak muda yang belum genap 20 tahun dengan permainan yang sudah sangat matang dan tidak terlihat rasa gugup sama sekali.

Jika mengambil contoh melawan Everton, kehadirannya di depan dua bek Chelsea saat itu Zouma dan Rudiger membuat Mason Mount dan Ross Barkley nyaman mengobrak-abrik pertahanan lawan. Ia jadi kunci bagaimana lini tengah Chelsea terlihat sangat dominan sejak awal dan bahkan turut serta dalam build up di proses gol pertama dan kedua.

Bahkan di babak kedua ia tidak hanya bermain di teritorinya saja, sesekali Gilmour bermain kombinasi dengan pemain depan Chelsea di kotak penalti lawan. Sebuah bukti jika ia punya potensi cukup untuk dikembangkan ke depannya. Penghargaan man of the match saat melawan Liverpool dan Everton merupakan apresiasi untuk permainannya.

Satu hal yang masih terus ditingkatkan ialah kemampuan fisiknya untuk melakukan duel body charge. Selayaknya pemain muda beberapa kali Gilmour kewalahan hadapi kontak fisik di lapangan tengah. Walaupun pada akhirnya, ia selalu punya cara untuk merebut bola kembali atau sekedar menutup ruang.

“Saya tidak mau menaruh beban di pundaknya. Dia masih sangat muda, yang saya lakukan hanya percaya kepadanya.” Ujar Lampard seusai pertandingan melawan Everton

Ada alasan mengapa Gilmour terlihat sangat matang untuk pemain seusianya. Sejak junior, ia memang terbiasa bermain dengan kelompok usia di atasnya.

Saat masih di Rangers, ia dipromosikan ke tim U20 saat berusia 15 tahun dan bahkan beberapa kali diundang untuk berlatih bersama tim senior Rangers. Saat pindah ke Chelsea di usia 16 tahun pun, ia sudah langsung masuk tim U18 dan dalam semusim sanggup promosi ke tim U23 di musim 2018/2019 saat usia 17 tahun untuk bermain di Premier League 2, dimana ia catatkan 19 kali bermain dengan torehan 5 gol dan 4 assist.

Tidak hanya di Chelsea, untuk Timnas Skotlandia pun ia bermain di kelompok usia di atasnya. Saat berusia 16 tahun ia masuk dalam skuat Skotlandia untuk Toulon Tournament dan mengakhirinya dengan penghargaan pemain muda terbaik turnamen. Dimana skuat untuk turnamen tersebut ialah timnas U21.

Musimnya Para Remaja

Terlepas dari fenomena Gilmour, musim 2019/2020 bisa disebut sebagai salah satu musim dimana beberapa remaja mampu step up di tim utama bahkan beberapa kali bisa jadi bintang permainan di atas lapangan. Gilmour mungkin diberikan kesempatan di awal tahun 2020 ini, namun beberapa pemain di usianya, ada yang sejak awal musim diandalkan untuk mengisi skuat utama.

Contoh pertama ialah dua anak muda Arsenal, Gabriel Martinelli dan Bukayo Saka. Sama-sama berumur 18 tahun, total kedua pemain ini telah catat lebih dari 20 penampilan di tim utama. Martinelli catat 26 kali tampil di seluruh kompetisi, sedangkan Saka 29 pertandingan. Khusus Martinelli yang tampil di posisi striker, total ia sudah sumbangkan 10 gol dengan rincian masing-masing 3 gol di Premier League dan Europa League dan 4 gol di Carabao Cup.

Selain itu, catatan impresif juga ditorehkan penyerang muda Manchester United Mason Greenwood. Ia total sudah tampil di 36 pertandingan dengan torehan 12 gol. Secara rasio gol per menit bermain, Greenwood sanggup mencatat 1 gol di setiap 129 menit bermain, lebih baik dibandingkan Gabriel Jesus (131 menit/1 gol), Marcus Rashford (134 menit/1 gol), bahkan Mo Salah (144 menit/1 gol)

Satu pesan yang ingin disampaikan ialah tidak ada kerugian saat kita tepat mempromosikan anak muda ke tim utama. Terlebih kesempatan itu juga mendukung sustainability akademi masing-masing klub dan walaupun saat ini tidak jarang ditemukan transfer pemain muda untuk ditempatkan di akademi, seperti kasus Gilmour sendiri.

Soal Timnas Senior dan Euro 2020

Dengan penampilan gemilang, eskpos media, dan juga permainan matangnya, nama Billy Gilmour sekilas langsung meroket dan memunculkan spekulasi baru jika ia akan dibawa ke timnas senior Skotlandia yang akan menghadapi babak Playoff Euro 2020 melawan Israel di awal bulan ini.

Berlebihan? Tentu tidak. Karena di Eropa sangat lazim memanggil pemain yang sedang dalam puncak performa untuk tampil juga di timnas. Satu yang terpenting ialah bagaimana seluruh stakeholders Chelsea dan Skotlandia merawat talenta muda mereka. Bukan hanya mereka sebenarnya, tapi seluruh klub di dunia.

Karena mengorbitkan pemain dari akademi merupakan sebuah prestasi dan kebanggaan, namun membimbing pemain menuju puncak kesuksesan butuh keahlian lain yang bergantung pada berbagai faktor.

Komentar