Apa yang Salah dengan Rainbow Flick Neymar?

Analisis

by Redaksi 15 43034

Redaksi 15

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Apa yang Salah dengan Rainbow Flick Neymar?

Neymar memang seperti tidak bisa lepas dari lampu sorot. Sekitar dua hari sebelum Paris Saint-Germain (PSG) menjamu Montpellier dalam lanjutan Ligue 1 2019/20, Neymar mengadakan pesta ulang tahun di sebuah tempat hiburan malam. Dia pulang dengan tulang rusuk yang patah dan tetap diturunkan selama 90 menit penuh oleh Thomas Tuchel.

Dalam pertandingan yang berakhir dengan skor 5-0 untuk PSG itu, Neymar membuktikan bahwa dirinya memang layak disebut bintang. Ia tampil prima meski mengalami masalah di bagian tulang rusuk dan sempat memerlukan perawatan di tengah pertandingan.

Menyentuh bola sebanyak 128 kali, dilanggar dalam sembilan kesempatan berbeda, dan sukses mengarsiteki satu dari lima gol PSG, tidak ada pemain yang lebih krusial dibanding Neymar di atas lapangan. Akan tetapi, bukan itu alasan Neymar menjadi buah bibir dalam pertandingan kontra Montpellier. Ia memunculkan perdebatan setelah menerima kartu kuning dari wasit karena melakukan rainbow flick di tengah pertandingan.

Rainbow flick adalah gerakan di mana seorang pemain mengapit bola dengan kedua kakinya kemudian mendorongnya melewati kepala dia dan/atau lawannya. Ini merupakan gerakan klasik di dunia sepakbola, bahkan sudah terdokumentasikan sejak 1968 lewat aksi Alexandre de Carvalho alias Kaneco, saat Santos bertemu Botafogo dalam ajang Piala Paulista.

Neymar adalah salah satu pemain yang gemar melakukan aksi ini di atas lapangan. Sejak masih membela Santos, rainbow flick merupakan salah satu senjata Neymar untuk lepas dari situasi sulit. Mulai dari Atletico Mineiro, Cruzeiro, Athletic Club de Bilbao, hingga Liverpool, pernah melihat langsung aksi tersebut dari kaki Neymar. Tapi tidak satupun pernah melihat dirinya mendapatkan kartu kuning karena rainbow flick hingga pertandingan melawan Montpellier.

Pertandingan berjalan 37 menit, PSG mendominasi aliran bola melawan Montpellier yang lebih dulu kehilangan penjaga gawang mereka, Dimitry Bertaud, karena dianggap mengendalikan bola dengan tangan di luar kotak penalti sendiri. Meski demikian, PSG baru unggul satu gol berkat tendangan jarak jauh Pablo Sarabia dan pengganti Bertaud di bawah mistar gawang Montpellier, Matias Carvalho, terlihat cukup menjanjikan dengan menghalau peluang Kylian Mbappe. Kemudian PSG mendapatkan lemparan ke dalam di sisi kiri penyerangan mereka, bola dilempar Layvin Kurzawa ke Neymar dan dua pemain Montpellier langsung menghampirinya, berusaha menutup ruang gerak. Neymar tersudutkan, ada di dekat tiang bendera sepak pojok, dan ia pun melakukan rainbow flick untuk melepaskan diri.

VIDEO: Skill Menakjubkan Neymar vs Montpellier



Jerome Brisand selaku pengadil pertandingan awalnya hanya memperingatkan Neymar untuk menjaga sikapnya di atas lapangan. Ia minta Neymar untuk tidak terlalu sering memprovokasi lawan. Tapi bagi Neymar, rainbow flick hanyalah salah satu teknik yang ia gemari. Bagi dia, itu hanya salah satu caranya bermain sepakbola. Neymar balik memprotes peringatan dari Brisand. Bahkan mungkin sampai terlalu bersemangat menjelaskan pandangannya kepada Brisand hingga akhirnya sang wasit mengeluarkan kartu kuning.

Lewat rekaman yang dipublikasikan media Spanyol, AS, amarah Neymar masih terus terasa hingga turun minum. "Saya memperlihatkan cara bermain sepakbola dan dia [Brisand] mengeluarkan kartu kuning. Mengatakan saya tidak boleh melakukannya," kata Neymar kepada Marco Verratti di lorong pemain. Ofisial pertandingan yang ada di antara mereka berusaha memenangkan Neymar, tapi ia justru semakin kesal. "Tenang? Matamu, tenang!" kata Neymar, kesal.

Sebenarnya, tidak ada kejelasan apakah Neymar mendapat kartu kuning karena memprotes wasit atau dianggap terlalu memprovokasi lawan. Pasalnya setelah melihat kembali kejadian tersebut, Brisand mengeluarkan kartu setelah peringatannya dilawan oleh Neymar, tak langsung diberikan setelah mantan pemain Barcelona itu melakukan rainbow flick. Jika Neymar mendapatkan kartu karena melancarkan protes berlebihan, tentu keputusan Brisand adalah sesuatu yang wajar. Namun banyak yang mengatakan bahwa rainbow flick dan sikap Neymar yang terlalu banyak mengeluarkan trik di atas lapangan menjadi alasan utamanya. Ini kemudian yang memunculkan perdebatan. Apakah `menyombongkan diri` di atas lapangan dengan mengeluarkan trik-trik sepakbola adalah sebuah pelanggaran?

Jurnalis sepakbola Prancis, Julien Laurens, ada di pihak yang merasa Neymar tidak membuat kesalahan apapun dengan melakukan rainbow flick. Mantan penyerang Manchester United dan Tottenham Hotspur, Alan Brazil, juga memiliki opini yang sama. "Jika dia bisa melakukannya, lakukan saja," kata mereka.

Sementara di sisi lain, jurnalis sepakbola Italia dan Spanyol, Gabriele Marcotti mengatakan rainbow flick adalah sesuatu yang tidak perlu dari Neymar. Mantan gelandang Wolverhampton Wanderers, Jamie O`Hara, bahkan sampai mengatakan bahwa jika ada pemain yang melakukan aksi seperti Neymar di kompetisi non-liga, dadanya pasti akan langsung ditendang lawan.

Pro atau kontra, sebenarnya jawabannya tertera di Kode Etik Fair Play buatan FIFA. Pada poin keempat dalam kode etik tersebut tertera penjelasan tentang menghargai lawan, rekan satu tim, ofisial pertandingan, dan penonton. "Fair Play artinya respek. Respek adalah bagian dari sepakbola. Tanpa memiliki lawan, tak akan ada sebuah pertandingan. Semuanya memiliki hak yang sama. Termasuk hak untuk dihargai. Semua rekan satu tim punya derajat yang sama dan wasit ada dalam pertandingan untuk menjaga kedisiplinan serta nilai-nilai Fair Play. Terima keputusan wasit tanpa perlu berargumen dan bantulah dirinya agar dapat membuat pertandingan dinikmati semua pihak. Ofisial pertandingan juga bagian dari sepakbola dan harus dihormati. Begitu juga dengan para penonton, mereka yang menciptakan atmosfer pertandingan. Jadi bersikap baik dan hormatilah mereka," jelas Kode Etik Fair Play FIFA.

View this post on Instagram

I just play football ??‍????

A post shared by ene10ta Érre ?? ? neymarjr (@neymarjr) on

Jika mengacu ke kode etik, Neymar setidaknya sudah melanggar dua bagian. Ia menentang wasit dan juga bersikap tidak hormat kepada ofisial pertandingan. Menurut Laurens, sikap Neymar kepada Brisand dan ofisial pertandingan bisa membuat dirinya terkena sanksi. Tapi, hal itu tidak menjawab apakah rainbow flick sebuah pelanggaran atau tidak. Jawabannya sebenarnya sederhana: TIDAK.

Jika sekadar rainbow flick, jelas bukan pelanggaran. Tapi untuk memahami kartu kuning yang diberikan kepada Neymar, tidak bisa hanya terisolasi di kejadian itu saja. Ada rentan waktu 37 menit antara sepak mula pertandingan dengan saat Neymar melakukan rainbow flick. Memiliki rambut berwarna pink, jelas akan sangat mudah untuk mendeteksi Neymar di atas lapangan, dan rainbow flick bukanlah satu-satunya trik yang ia lakukan `menyombongkan diri` atau mempermalukan lawan. Mulai dari step over hingga nutmeg juga ia terapkan dalam pertandingan, semua sebelum rainbow flick itu terjadi. Neymar bahkan sempat bersitegang dengan penyerang Montpellier, Andy Delort, karena pemain Aljazair tersebut menjadi korban nutmeg Neymar.

Dilanggar sembilan kali mungkin terlihat wajar untuk pemain seperti Neymar. Apalagi dirinya merupakan pemain yang paling sering menyentuh bola dalam pertandingan. Tapi jika membandingkan dengan lima pertandingan Ligue 2019/20 sebelumnya, ini merupakan jumlah pelanggaran terbanyak yang dilakukan lawan pada Neymar. Bahkan saat PSG menang 2-0 atas Lille OSC sepekan sebelumnya, Neymar tidak sekalipun dilanggar selama pertandingan.

Sebagai perbandingan, Verratti adalah pemain dengan jumlah sentuhan bola terbanyak setelah Neymar (102). Gelandang Italia tersebut bahkan lebih banyak mengalirkan umpan-umpan akurat untuk membangun serangan PSG dibanding Neymar (68:53). Tapi selama 72 menit berada di atas lapangan, tidak sekalipun pemain Montpellier melanggar Verratti.

Dengan kata lain, aksi Neymar sudah membuat pertandingan tidak berjalan kondusif. Secara tidak langsung merusak nilai Fair Play dan wasit berusaha memperingatkan hal itu kepada Neymar. Ini jelas sesuatu yang langka. Biasanya, nakhoda tim atau analis pertandingan yang memperingatkan pemain tentang hal-hal seperti ini. Jamie Carragher sempat memperingatkan Adam Lallana karena terlalu sering melakukan Cruyff Turn, sementara Pep Guardiola pernah menceramahi Raheem Sterling di setelah pertandingan derbi Manchester karena kerap melakukan step over di atas lapangan. Neymar mendapatkannya langsung dari wasit.

Komentar