Bukan Cuma di Liga Champions Asia, Teco (Harusnya) Tak Boleh Melatih di Liga 1

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi 34576

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Bukan Cuma di Liga Champions Asia, Teco (Harusnya) Tak Boleh Melatih di Liga 1

Bali United mengawali perjalanan di (babak kualifikasi) Liga Champions Asia 2020 dengan masalah. Sang jawara Liga 1 2019 itu tidak bisa didampingi sang kepala pelatih, Stefano Teco Cugurra. Pasalnya AFC telah menetapkan bahwa lisensi kepelatihan Teco tidak memenuhi standar melatih di Liga Champions Asia 2020.

Kabar ini diumumkan Bali United lewat situs resminya. Sontak hal itu membuat publik bertanya-tanya, bukankah Teco pernah melatih Persija di AFC Cup pada 2018? Bukannya musim lalu Persija yang dibawanya juara Liga 1 2018 bermain juga di babak kualifikasi Liga Champions Asia 2019?

Untuk pertanyaan kedua mudah diluruskan karena Teco sudah pindah ke Bali United sejak Januari 2019. Saat Persija melawan Home United pada 5 Februari, Macan Kemayoran sudah dibesut Ivan Kolev, yang memang berlisensi UEFA Pro.

Sementara untuk pertanyaan pertama sempat jadi perbincangan hangat di media sosial. Teco sempat membawa Persija ke babak semifinal Piala AFC 2018 zona ASEAN, tersingkir oleh Home United. Pertanyaan yang cukup nyaring digaungkan adalah "apakah standar kepelatihan di AFC Cup dan ACL berbeda?".

Teco merupakan pelatih asal Brasil yang memiliki lisensi A kepelatihan. Lisensi itu memang sudah cukup untuk bisa memimpin di AFC Cup. Di Liga Champions Asia pun kepala pelatih berlisensi A sempat bisa melatih, namun ternyata sekarang tidak bisa lagi.

Dalam dokumen Competition Operations Manual 2019 yang merupakan manual untuk kompetisi-kompetisi di bawah naungan AFC, disebutkan bahwa per 2020, setiap klub yang bermain di AFC Champions League harus dipimpin oleh kepala pelatih berlisensi strata Pro. Sementara untuk AFC Cup, minimal lisensi A kepelatihan untuk kepala pelatih masih akan berlaku sampai 2022 kelak.

Standar Lisensi Kepelatihan Kompetisi AFC

Jadi sebenarnya bukan lisensi Teco yang bermasalah, melainkan ada perubahan regulasi dari AFC yang membuat lisensinya tidak memenuhi standar AFC Champions League. Sebenarnya akibat perubahan ini, tidak hanya Teco, pelatih lain seperti Mario Gomez yang berlisensi A pun akan mengalami kendala serupa jika timnya bermain di AFC Champions League.

Namun seharusnya Bali United sudah mengetahui hal ini. Atau jika mereka tidak tahu, seharusnya mereka sudah mendapatkan peringatan dari PSSI terkait masalah ini sejak jauh-jauh hari. Perubahan regulasi di AFC Champions League mengenai standar kepelatihan ini tidak dilakukan secara mendadak. Seperti yang sudah disebutkan di atas, regulasi ini mengacu pada standar yang dibuat AFC pada tahun 2019.

PSSI sendiri sudah merespons terkait masalah lisensi kepelatihan ini dengan memperbanyak pelatih-pelatih Indonesia berlisensi AFC Pro. Sekarang sudah ada 20 pelatih Indonesia yang punya lisensi kepelatihan tertinggi di Asia tersebut.

Hal menarik muncul ketika Rudy Eka Priyambada, salah seorang pelatih Indonesia berlisensi AFC Pro, mengunggah foto Coaching License Requirement dari PSSI untuk standar kepelatihan di kompetisi Indonesia seluruh divisi lewat akun Facebook-nya. Di situ tertuang bahwa per 2020, klub Liga 1 pun wajib memiliki kepala pelatih berlisensi Pro.

Standar Lisensi Kepelatihan Kompetisi Indoneisa

Mengacu hal di atas, bukankah Teco seharusnya sudah tak boleh melatih di Liga 1 musim ini?

Dalam susunan pelatih pada Liga 1 2020, selain Teco, ada dua pelatih lain yang juga sebenarnya belum berlisensi Pro, yakni Mario Gomez (Arema FC) dan Hendri Susilo (Persiraja). Sisanya, dihimpun dari berbagai sumber, sudah memiliki lisensi strata Pro, termasuk para pendatang baru seperti Paul Munster (Bhayangkara FC), Edson Tavares (Borneo FC), Sergio Farias (Persija), Igor Kriushenko (Persikabo), dan Bojan Hodak (PSM). Dua klub promosi lain, Persita dan Persik, sudah dilatih pelatih berlisensi AFC Pro; Widodo Cahyono Putro dan Joko Susilo.

Memang terkadang lisensi pelatih tidak menjamin seorang pelatih lebih hebat dari pelatih yang berlisensi di bawahnya. Tapi peraturan tetaplah peraturan, dan itu wajib dipatuhi.

Apa yang diterapkan PSSI pun sudah benar untuk menghindari permasalahan seperti yang dialami Bali United di Liga Champions Asia musim ini di masa yang akan datang. Apresiasi tinggi juga pada mayoritas klub Liga 1 yang sudah berusaha memenuhi persyaratan tersebut sehingga saat ini klub Liga 1 dilatih oleh pelatih-pelatih berlisensi tertinggi.

Mengenai lisensi Teco ini, CEO Bali United, Yabes Tanuri, mengatakan jika permasalahan ini terjadi karena penyetaraan lisensi A dari federasi sepakbola negara Amerika Selatan yang bisa dianggap setara Pro di negara lain ini mengalami keterlambatan kordinasi antar federasi. "Kordinasi antar federasi sepakbola yang sedikit terlambat karena liburan kemarin," ujar Yabes Tanuri dikutip dari Tribun Bali. "Tapi Teco tetap di bench saat pertandingan lawan Tampines Rovers."

Proses penyetaraan dari AFC ini memang bisa memakan waktu. Selama surat penyetaraan lisensi ini belum keluar, lisensi A Teco masih belum setara Pro sehingga tidak bisa melatih di AFC Champions League, juga Liga 1.

By the way, Bali United sudah menunjuk Emral Abus sebagai "kepala pelatih" untuk menjalani babak kualifikasi Liga Champions Asia 2020, menghadapi Tampine Rovers di babak kualifikasi pertama. Hal ini seperti yang dilakukan Persib empat tahun silam, ketika Emral Abus menjadi "kepala pelatih" Persib karena lisensi kepelatihan Djajang Nurjaman masih lisensi B (minimal A).

sumber fitur image: baliutd.com

Catatan editor: terdapat penambahan tiga paragraf sebelum paragraf penutup mengenai pernyataan Yabes Tanuri mengenai masalah lisensi Teco ini.

Komentar