Liga 1 2020 dan Away Day Terjauh di Indonesia

Cerita

by Redaksi 10

Redaksi 10

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Liga 1 2020 dan Away Day Terjauh di Indonesia

Liga 1 2020 bakal menorehkan rekor dengan jarak tempuh terjauh yang melibatkan dua tim, yakni Persiraja dan Persipura. Menurut distanceworld.com, jarak antara Banda Aceh menuju Jayapura maupun sebaliknya mencapai 5119 kilometer via jalur udara. Melalui salah satu situs e-commerce, tarif paling murah dari Jayapura menuju Banda Aceh menghabiskan Rp5 juta lebih dengan tiga kali transit: Makassar, Jakarta, Medan. Biaya tersebut belum dihitung biaya yang dibutuhkan untuk perjalanan dari bandara sampai ke stadion.

Bagi para suporter Persipura yang hendak mendukung langsung menggunakan pesawat, dari bandara, mereka mesti menuju Kota Banda Aceh menggunakan bus atau taksi dengan durasi waktu 30 sampai 45 menit.

Begitu juga sebaliknya, pendukung Persiraja yang akan mendukung tim kesayangannya menuju Stadion Mandala (dari Bandara Sentani), mesti menggunakan transportasi lain untuk sampai di stadion. Dari catatan google maps, jarak Bandara Sentani menuju Stadion Mandala membutuhkan waktu 1 jam 14 menit lewat jalur darat. Dengan waktu tempuh dan jarak yang dibutuhkan, biaya akomodasi pun akan sangat mahal.

Sementara itu, pada musim 2019, jarak tempuh terjauh tim Liga 1 melibatkan Semen Padang dan Persipura. Masing-masing tim mesti menempuh jarak sekitar 4486 kilometer.

Apabila ditarik ke belakang, kompetisi tertinggi sepakbola Indonesia sempat menggunakan format dua wilayah pada 2007 saat masih bernama Divisi Utama. Setahun berikutnya, format berubah menjadi satu wilayah penuh layaknya kompetisi sepakbola Eropa.

Kendati demikian, pada 2014, operator Liga mengembalikan format menjadi dua wilayah. Tahun tersebut menjadi yang terakhir Liga Indonesia memakai format dua wilayah. Salah satu alasannya adalah untuk memangkas waktu tempuh serta biaya akomodasi tim-tim peserta. Namun, di sisi lain, nilai kompetitif menjadi berkurang sehingga musim 2017 hingga kini (usai sanksi FIFA dicabut) operator liga mengembalikan ke format kompetisi penuh.

Harapkan Jadwal Ideal

Ketua Umum Persipura, Benhur Tommy Mano mengatakan bahwa biaya yang akan dikeluarkan timnya bakal mengalami pembengkakan seiring lawatan jauh yang akan dilalui oleh Mutiara Hitam, termasuk tandang ke markas Persiraja.

“Kami setiap tahun mengeluarkan sekitar Rp32 miliar. Tahun depan pasti akan meningkat. Mungkin sekitar Rp45 miliar sampai Rp50 miliar. Sponsor kami kan tetap Freeport dan Bank Papua, dan soal ini akan kami sampaikan kebutuhan Persipura untuk musim depan,” ucapnya sebagaimana dikutip CNN.

Persipura pun berharap agar operator Liga membuat jadwal yang ideal. Lebih jauh, Mutiara Hitam juga menginginkan komunikasi dua arah terkait jadwal pada kompetisi mendatang.

“Kami ikut kompetisi ini ingin supaya ada warna bagi PSSI dan sepakbola Indonesia maju. Pasti kalau ada pertemuan akan kami usulkan [untuk membuat jadwal yang lebih adil untuk laga tandang]. Misalnya, sekali main di Kalimantan, kami selesaikan yang sana. Pasti akan diperhitungkan oleh PSSI nanti,” lanjutnya.

Apa yang dikhawatirkan kubu Persipura beralasan. Laga Kalteng Putra vs Persela pada pekan 25 Shopee Liga 1 2019 bisa dijadikan contoh. Saat itu, Laskar Joko Tingkir yang bertindak sebagai tim tamu telah datang ke Stadion Tuah Pahoe. Namun, laga batal digelar karena disinyalir para pemain Kalteng Putra enggan bertanding lantaran gaji yang belum dibayarkan. Padahal sesuai jadwal resmi, duel semestinya tetap dilaksanakan.

“Kami harus tetap optimistis melakukan persiapan pertandingan. Kalau kami memikirkan rumah tangga orang lain, itu tidak bagus. Saya bilang, itu urusan dia saja. Yang penting bagaimana kami bisa menjadi lebih baik,” ucap Nil Maizar kala itu.

Bukan Away Day Terjauh di Dunia

Away days yang akan dihadapi para pendukung Persiraja dan Persipura memang yang terjauh di Indonesia musim depan. Kendati demikian, hal tersebut terjadi pula di kompetisi sepakbola liga dunia. Sebagai perbandingan, di kompetisi A-League Australia, setiap tim yang akan menghadapi Wellington Phoneix harus terbang melintasi laut karena klub ini bermarkas di Selandia Baru. Artinya, Wellington harus menempuh jarak yang sangat jauh setiap kali bertanding.

Klub berjuluk The Kiwi tersebut merupakan satu-satunya klub non-Australia yang berada di divisi teratas A-League. Perth Glory misalnya, mesti menempuh 10.528 kilometer perjalanan pulang pergi saat menghadapi Wellington Phoneix, pun begitu sebaliknya.

Tak hanya itu, salah satu pertandingan dengan jarak terjauh terdapat pula di Liga Rusia. Sebagai negara terbesar di dunia, tim yang dulunya bernama Uni Soviet ini punya catatan away day terjauh yang terjadi pada musim 2017/2018, melibatkan SKA-Khabarovsk dan St. Petersburg.

Jarak yang harus ditempuh antara kedua tim penghuni Russian Premier League tersebut bahkan setara dengan lebar negara itu. SKA-Khabarovsk berlokasi di timur pulau Rusia, tak jauh dari Jepang dan semenanjung Korea. Perjalanan mereka untuk bertanding dengan St. Petersburg di pantai barat hampir mencapai jarak setengah keliling dunia, yakni 17.751 kilometer pulang-pergi alias 8775 km sekali bertanding menggunakan jalan darat atau 10 jam15 menit menggunakan pesawat.

Melihat jauhnya waktu tempuh dan biaya yang mahal, maka sudah sepatutnya operator Liga mengkaji serius mengenai jadwal pertandingan serta kesiapan tim. Hal ini bukan saja memberikan ketenangan kepada klub, tapi juga kepada suporter yang hendak melakukan away day. Tentu kita enggak ingin, kan, sudah memesan tiket dan mengatur schedule lantas jadwal berubah mendadak.

Komentar