Carlo Ancelotti, Tentang Filosofi dan Dampak Besarnya untuk Mengubah Everton

Analisis

by Redaksi 15

Redaksi 15

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Carlo Ancelotti, Tentang Filosofi dan Dampak Besarnya untuk Mengubah Everton

Duduk di antara dua petinggi Everton, Bill Kenwright (presiden) dan Farhad Moshiri (pemilik), Carlo Ancelotti memantau langsung aksi anak-anak asuhnya saat imbang tanpa gol melawan Arsenal (21/12). Pria kebangsaan Italia tersebut sudah resmi ditunjuk sebagai nakhoda Everton sebelum Richarlison dan kawan-kawan bertemu The Gunners. Namun, sama seperti lawan mereka yang tak langsung meminta Mikel Arteta ada di pinggir lapangan, Ancelotti menghabiskan hari pertamanya di Goodison Park dari tribun.

Setelah pertandingan, Kenwright mengatakan bahwa Ancelotti sudah menikmati hidup sebagai bagian dari Everton, sekalipun baru sebatas dari tribun. “Everton adalah klub yang hangat. Anda pasti tak akan bisa menolak kehangatan tersebut,” kata Presiden Everton itu kepada Liverpool Echo.

Duncan Ferguson yang berperan sebagai nakhoda sementara The Toffees setelah kepergian Marco Silva juga mengatakan hal yang sama terkait Ancelotti.

VIDEO: Skuad Everton membagikan hadiah natal di Rumah Sakit Alder Hay Children



“Dia datang ke ruang ganti setelah pertandingan dan memberikan pujian kepada penampilan tim. Ia senang dengan energi yang kami perlihatkan di atas lapangan dan juga cara kami bertahan. Ancelotti adalah manajer kelas dunia. Ia memberi semacam kata sambutan. Membangkitkan semangat pemain dan semuanya senang melihat kehadirannya,” jelas Ferguson usai pertandingan kontra Arsenal.

Kehadiran Ancelotti jelas menjadi kebanggaan tersendiri untuk kesebelasan seperti Everton. The Toffees mungkin punya sejarah panjang di sepakbola Inggris. Mereka merupakan salah satu dari 12 pendiri liga sepakbola profesional Inggris. Everton pun tak pernah merasakan degradasi sejak masuk ke era Liga Primer dan juga rajin memperkenalkan talenta berkelas seperti Wayne Rooney, David Johnson, dan Joe Royle.

Namun, usai mengakhiri musim 2013/2014 di peringkat kelima klasemen, Everton berubah. Mereka seperti kehilangan taji. Everton bukan lagi kesebelasan yang dapat merusak peta persaingan Liga Primer Inggris. Bahkan keluar dari 10 besar liga selama dua musim berturut-turut (2014-2016). Dalam masa sulit itu, Kenwright menjual saham mayoritas klub ke Moshiri. Sama seperti pemilik klub lainnya, Moshiri ingin mengangkat Everton menjadi kekuatan di sepakbola Inggris. “Saya tak akan membiarkan klub ini menjadi museum,” kata Moshiri.

Moshiri lalu mengucurkan dana besar untuk Everton mendatangkan talenta-talenta ternama seperti Theo Walcott, Gylfi Sigurdsson, hingga memulangkan Rooney ke Goodison Park. Ronald Koeman yang berhasil memberikan tiket Liga Europa untuk Southampton juga diangkut dari St.Mary’s untuk menjadi nakhoda tim. Namun, tidak pernah sekalipun terbayang Everton bisa mendaratkan jasa Ancelotti.

Koeman jelas merupakan pelatih berkelas. Ia menjuarai Eredivisie bersama Ajax Amsterdam dan PSV Eindhoven juga mengantarkan Southampton ke kompetisi antar klub Eropa untuk pertama kalinya sejak 2003/2004. Bahkan, Koeman sempat diisukan menjadi pengganti Pep Guardiola di FC Barcelona.

Namun, Ancelotti berada di level yang berbeda. Ia adalah pemilik tiga gelar Liga Champions, menjuarai liga di tiga negara berbeda, sampai dua kali terpilih sebagai manajer terbaik dunia. Hingga 2019, hanya Jose Mourinho yang memiliki penghargaan tersebut lebih banyak daripada Ancelotti (4).

Hanya 11 hari sebelum resmi diumumkan oleh Everton, Ancelotti baru saja kehilangan pekerjaannya di Napoli. Sekalipun hanya menelan tiga kekalahan dari 20 laga yang ia jalani di 2019/2020, Presiden Napoli, Aurelio De Laurentiis, tetap memutuskan bahwa tim miliknya butuh penyegaran. Gennaro Gattuso dipilih sebagai penerus Ancelotti di San Paolo.

Jelas banyak kesebelasan yang kemudian mengincar jasa Ancelotti. Arsenal, Manchester United, dan Bayern Munchen, dikaitkan dengan pria kelahiran 10 Juni 1959 tersebut. The Gunners menjadi unggulan utama. Paddy Power percaya ada peluang lebih dari 54,64% untuk Ancelotti mendarat di London Utara. Everton juga diperhitungkan, akan tetapi berdasarkan hitungan sumber yang sama, peluang The Toffees untuk mendaratkan Ancelotti hanya 32,26%.

Tiba-tiba Ancelotti memilih Goodison Park sebagai pelabuhan berikutnya, sedangkan Arsenal kembali ke incaran lama mereka, mantan pemain Everton, Mikel Arteta. “Saya sangat senang dapat kembali ke Liga Primer Inggris dan bergabung dengan klub penuh sejarah seperti Everton. Terima kasih telah memberi saya kepercayaan,” tulis Ancelotti di sosial media miliknya.

Terlepas dari segala sejarah yang dimiliki Everton, rival sekota Liverpool itu seperti tidak cocok untuk diasuh Ancelotti. Sepanjang kariernya sebagai kepala pelatih, Don Carlo, julukan Ancelotti, selalu ada di kesebelasan-kesebelasan yang diperhitungkan di Eropa Bahkan, saat menangani Parma sekalipun, ketika itu I Gialloblu merupakan penghuni papan atas Serie-A. Parma dibela Hristo Stoichkov, Nestor Sensini, Filippo Inzaghi, Gianfranco Zola, Fabio Cannavaro, dan pemain-pemain kelas dunia lainnya.

Everton mungkin punya banyak sejarah, tapi sebelum mempercayakan tim kepada Marco Silva--sosok pendahulu Ancelotti di Goodison Park--mereka masih menunjuk Sam Allardyce untuk menangani tim. Nakhoda yang sering kali disebut memiliki pemahaman kuno, dinosaurus, pas bagi klub yang perlahan menjadi museum. Padahal, citra museum adalah hal spesifik yang dihindari Moshiri ketika mengambil alih Everton.

Menurut laporan The Athletic, Ancelotti bukanlah nama baru dalam daftar incaran Moshiri. Pengusaha asal Iran itu sudah mengincar Don Carlo sejak Koeman pergi dari Goodison Park. Namun, begitu banyak syarat yang harus dipenuhi The Toffees saat itu. Ancelotti meminta dana belanja melimpah di musim panas, kesediaan klub untuk cuci gudang, dan Paul Clement sebagai asisten pelatih.

Clement adalah tangan kanan Ancelotti di Chelsea, Paris Saint-Germain (PSG), Real Madrid, dan Bayern Munchen. Saat Everton mendekati Ancelotti untuk menggantikan Koeman, Clement sedang mengasuh Swansea City. Ini membuat The Toffees harus mengeluarkan biaya lebih untuk menebusnya dari Wales. Merasa waktu tak memungkinkan, mereka pun memilih Allardyce sebagai nakhoda klub di sisa musim 2017/2018.

Detail kesepakatan Ancelotti dengan Everton tak dipublikasikan. Akan tetapi dengan kehadiran Don Carlo di Goodison Park, banyak yang memercayai bahwa Moshiri siap menghambur-hamburkan uang untuk memenuhi permintaan mantan gelandang AS Roma tersebut. Berbagai nama tenar seperti Mesut Ozil, Cesc Fabregas, dan Zlatan Ibrahimovic, juga dikaitkan dengan the Toffees.

Everton bukan lagi kesebelasan yang rajin mewarnai enam besar Liga Primer Inggris. Sejak 2014, mereka tak pernah berhasil duduk setinggi itu di klasemen. Hanya dengan menunjuk nakhoda sekelas Ancelotti, pemain-pemain seperti Fabregas, Ibrahimovic, dan Ozil, dianggap ada dalam jangkauan mereka. Ini telah membuktikan betapa tinggi level Don Carlo di dunia manajerial. Dirinya mungkin ada atau hampir setara dengan Marcello Lippi.

Terserah dirinya menangani klub apa, pasti akan ada saja bintang yang mengikuti dia. Bahkan, setelah Lippi ditunjuk sebagai kepala pelatih tim nasional Tiongkok, berbagai pemain mendeklarasikan diri mereka sebagai warga Negeri Tirai Bambu. Walaupun jelas bukan satu-satunya alasan, ia tetap dapat dihitung sebagai faktor Nico Yennaris dan Elkeson menukar paspor mereka.

Ancelotti juga sama, meski hingga paruh musim 2019/2020 Everton bukanlah kesebelasan yang memiliki peluang menjuarai Liga Primer Inggris dan sudah tersingkir dari Piala Liga, mulai terlihat masuk akal apabila Ozil, Fabregas, atau Ibrahimovic mengenakan seragam Biru Mersyside. Walaupun Ancelotti mungkin tidak terlalu membutuhkan mereka.

Kedatangan Ibrahimovic, Fabregas, dan Ozil, jelas membantu Everton. Setidaknya secara komersil, nama mereka sudah dikenal diseluruh dunia. Apalagi Ibrahimovic, dia main di Amerika Serikat sekalipun tetap menarik perhatian. Sampai masuk ke serial "The Champions" milik Bleacher Report. Padahal ia tidak punya peran apapun di Liga Champions. Tetapi, Ancelotti sebenarnya bukanlah sosok yang senang melakukan banyak perubahan. Lihat saja tim asuhan Ancelotti sebelumnya

Saat mengasuh Chelsea, Ancelotti masih menggunakan pemain-pemain andalan Mourinho. Pemilik Chelsea, Roman Abramovic, ketika itu ingin The Blues memiliki identitas. Ancelotti pun tahu bahwa identitas itu sebenarnya sudah terbentuk di era Mourinho, dua tahun dan tiga manajer sebelum dia mendarat di Stamford Bridge.

Saat di Real Madrid Ancelotti diminta untuk menghapus stigma defensif Mourinho dari Los Blancos, itu pun ia lakukan dengan memperkenalkan dunia kepada trisula maut, Gareth Bale, Karim Benzema, dan Cristiano Ronaldo (BBC).

“Saya tidak terbiasa bermain dengan tiga penyerang. Saya lebih sering menerapkan 4-4-2. Namun harus ada cara memaksimalkan Cristiano Ronaldo dan pemain-pemain lain” ungkap Ancelotti sebelum mempekenalkan BBC.

Saat ditunjuk sebagai penerus Pep Guardiola di Bayern Munchen, Ancelotti hanya meneruskan apa yang sudah ada, hanya menurunkan intensitas latihan di Bavaria. Ancelotti dikenal sebagai sosok yang santai. Bahkan untuk para pemain dan personel Bayern, terlalu santai. Setelah mereka diasuh dan terbiasa dengan intensitas Guardiola, yang selalu mengharapkan semuanya sempurna, latihan di bawah Ancelotti begitu ringan bagi Thomas Mueller dan kawan-kawan.

Bukan berarti tidak memiliki filosofi, menurut Didier Drogba, Ancelotti ingin semua orang di sekitarnya bahagia. “Saya ingat dirinya sempat menelpon saat liburan musim panas. Dirinya baru ditunjuk sebagai manajer Chelsea. Saya rasa ia melakukan hal itu ke semua pemain,” aku mantan penyerang Chelsea itu.

“Padahal itu sama sekali tidak perlu. Ancelotti bisa menunggu kami selesai liburan dan mengadakan rapat bersama. Tapi itu menggambarkan bagaimana ia sangat menghargai pemain. Itu sangat impresif,” tulisnya Drogba di bukunya, Commitment.

Mungkin, menjaga relasi dan membuat orang-orang sekitarnya bahagia adalah filosofi Ancelotti. Bukan gaya permainan. Bukan formasi khusus, tapi suasana positif di dalam tim. Wajar jika ia bisa menarik hati banyak pemain. Dirinya tidak peduli bermain dengan bola-bola pendek atau panjang. Tidak harus punya pemain dengan tipikal khusus untuk menghidupkan tim. Justru dia yang menyesuaikan diri dengan tim.

Everton mungkin terlihat seperti klub yang "terlalu kecil" untuk diasuh Ancelotti. Tanpa mengurangi rasa hormat ke The Toffees, sejatinya tidak ada "klub kecil" di dunia ini. Hanya saja level mereka ada di bawah tim-tim asuhan Ancelotti sebelumnya. Namun, mereka memang butuh sosok sekelas Ancelotti untuk memenuhi ambisi Moshiri.

Ini bukan tantangan baru untuk Don Carlo. Ia adalah manajer kelas dunia pertama yang didatangkan PSG setelah kebanjiran dana dari Qatar. Les Parisien sudah kembali menjadi kesebelasan yang diperhitungkan di Prancis dan Eropa. Sama seperti era 1990-an ketika masih dibela George Weah, David Ginola, dan Yourri Djorkaeff. Bahkan, karena tidak ada kesebelasan lain yang dapat menyaingi aliran dana PSG, mereka jadi terlalu kuat di Prancis. Sekarang, giliran Everton merasakan dampak yang sama. Setidaknya, itu harapan mereka.

Komentar