Harap Sabar Menunggu Gabriel Jesus

Analisis

by Redaksi 15

Redaksi 15

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Harap Sabar Menunggu Gabriel Jesus

Pertama dikenal di dunia sepakbola, Gabriel Jesus sudah memiliki beban berat. Dirinya merupakan talenta terbaik yang pernah dilihat Palmeiras. Ia bahkan dibandingkan dengan Ronaldo Nazario dan Neymar. “Saya bisa melihat beberapa persamaan di antara kami. Dia masih muda dan telah meraih kesuksesan. Ia juga terlihat bisa mengambil tanggung jawab besar,” puji Sang Fenomenal memberikan lampu hijau akan komparasi tersebut.

Sama seperti mayoritas pemain muda Brasil lainnya, Jesus meninggalkan Negeri Samba di usia muda. Real Madrid, FC Barcelona, dan Inter Milan, meminati jasanya. Akan tetapi, ia lebih memilih Manchester City sebagai pelabuhan pertamanya di Benua Biru.

“Saya senang bisa bergabung dengan Manchester City. Ini adalah salah satu kesebelasan terbaik di dunia. Kesebelasan ini memiliki begitu banyak talenta dan diasuh Pep Guardiola. Saya ingin belajar sebanyak-banyaknya dari mereka. Membuktikan kepada para pendukung Manchester City bahwa kita memiliki masa depan cerah bersama-sama,” kata Jesus saat pertama mendarat di Stadion Etihad pada 2016.

Keputusan Jesus memilih Manchester City tentu menjadi kemenangan tersendiri bagi pihak klub. Apalagi jika mengingat pesaing mereka merupakan klub-klub dengan penuh tradisi dan dikenal nyaman untuk pemain Brasil. Sudah tiga tahun lebih Jesus menetap di Kota Manchester. Namun, dirinya masih gagal untuk menjadi pilihan utama Manchester City. Kemunculan Vinicius Jr., dan Rodrygo yang bersinar di Real Madrid semakin membebankan Jesus.

Dari sekian banyak pemain yang dijuluki "The Next Neymar", Jesus terlihat seperti pemain yang paling bisa memenuhi ekspektasi tersebut. Pasalnya, Gabriel Barbosa yang diangkut Inter Milan dari Santos pada tahun yang sama dengan kepindahan Jesus ke Manchester City, lebih dulu dibuang dari Giuseppe Meazza. Namun, hingga kemunculan "The Next Neymar" lainnya, hingga Barbosa kembali menggila di Brasil, Jesus masih menjadi pilihan kedua di Stadion Etihad.

Menjadi pelapis Sergio Aguero di Manchester City memang menjadi tugas berat untuk siapapun. Setelah gol legendaris menantu Diego Maradona itu ke gawang Queens Park Rangers (13 Mei 2012), Lionel Messi sekalipun belum tentu bisa menggeser Aguero. Kun Aguero adalah pencetak gol paling produktif dalam sejarah Manchester City. Selama masih ada Aguero, jelas Jesus hanya akan lebih sering duduk di bangku cadangan. Jesus sendiri mengaku lelah selalu berada di bawah bayang-bayang Aguero.

“Periode saya menunggu sudah berakhir. Saya tentu menghargai keputusan Guardiola dan juga senang melihat penampilan Aguero di atas lapangan. Dia [Aguero] adalah legenda di klub ini. Sulit untuk dapat menggeser dirinya. Namun, saya sudah memasuki musim keempat bersama Manchester City. Saya ingin bermain,” aku Jesus.

“Musim 2018/2019 adalah kampanye yang berat untuk saya. Peluang saya untuk bermain sangatlah sedikit. Namun, saya coba berpikir positif. Selalu mengingat bahwa saya adalah alasan Manchester City menjuarai Piala FA. Saya akan menjadikan hal itu sebagai momentum dan nanti semuanya akan jalan secara alami,” kata pemain kelahiran 3 April 1997 tersebut.

Mencetak lima gol sepanjang Piala FA 2018/2019, Jesus mengakhiri kompetisi sebagai pemain paling produktif selama turnamen. Ia bahkan ikut menyumbang dua gol dan mengarsiteki satu lainnya saat mereka membantai Watford 6-0 di final.

Jesus jelas mendapatkan jam terbang lebih banyak di musim 2019/2020. Hingga pekan ke-16, Jesus telah tampil 727 menit di Liga Primer Inggris, hanya 292 menit lebih sedikit dari total jam terbang yang ia dapat di 2018/2019 (1.028 menit). Dengan cedera otot yang dialami Aguero, Jesus akan lebih mendapatkan jam terbang lebih banyak lagi.

Berhasil mencetak lima gol dari tiga pertandingan terakhir jelas sangat membantu kasus Jesus untuk jadi pilihan utama. Ia bahkan berhasil mencatatkan dirinya sebagai pemain Brasil termuda yang mencetak 10 gol di Liga Champions UEFA (22 tahun dan 252 hari). Capaian ini menggeser pemilik rekor sebelumnya, Neymar (23 tahun dan 75 hari). Bayang-bayang Neymar bisa dibilang sudah lepas dari Jesus. Bahkan di Tim Nasional Brasil sekalipun, Jesus mulai dipercaya mengisi pos Neymar ketika penyerang Paris Saint-Germain itu tak bisa tampil.

Masalahnya di Manchester City, Jesus masih ada dalam bayang-bayang Aguero. Apalagi setelah ia sempat puasa gol dalam 10 pertandingan beruntun. Mantan kapten The Citizens, Richard Dunne, bahkan pernah melempar kritik kepada Guardiola yang terlalu memberi kesempatan kepada Jesus di 2019/2020. Dunne merasa keputusan Guardiola itu adalah salah satu alasan Manchester City gagal menempel Liverpool di papan atas Liga Primer Inggris. “Sebagus apapun Jesus, ia tak dibekali aura yang sama dengan Aguero,” kata Dunne.

Jesus sendiri mengaku tertekan melihat performanya sendiri. “Saya selalu seperti ingin menembak kepala sendiri saat gagal mencetak gol. Saya tidak puas dengan diri sendiri. Saya terlalu banyak buang-buang peluang. Saya seharusnya bisa mencetak gol. Hal ini sangat saya pikirkan secara personal,” aku Jesus kepada The Athletic.

“Gagal mencetak gol dalam 10 pertandingan berdampak buruk kepada saya. Saya adalah orang yang sangat bisa dibaca perasaannya lewat raut wajah. Sekalipun saya orang yang ceria, Anda akan tahu jika sesuatu salah,” jelasnya.

Liga Primer Inggris tengah memasuki masa-masa sibuk menjelang Hari Natal dan Tahun Baru. Ini adalah momentum bagi Jesus untuk membuktikan dirinya. Performanya sedang tinggi, Aguero cedera, tak ada yang bisa merusak perasaannya lagi.

Akan tetapi, andaikan ia gagal memanfaatkan peluang ini, semoga Jesus ingat bahwa mencetak gol bukan tugas dari seorang penyerang. Penyerang dinilai dari gol mereka karena memiliki posisi paling dekat dengan gawang lawan.

Meski terasa sudah begitu lama mewarnai dunia sepakbola, Jesus masih tergolong muda (22 tahun). Memiliki beban berat sejak muda, wajar jika Jesus merasa terbebani, bahkan ingin menembak kepala sendiri. Namun, masih banyak waktu untuk belajar dan ia ada di jalan yang tepat untuk memenuhi potensi. Sabar Jesus. Sabar pula dunia sepakbola!

Komentar