Bongkar Sheffield Melalui Rashford

Analisis

by Evans Simon

Evans Simon

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Bongkar Sheffield Melalui Rashford

Sudah 13 tahun berlalu sejak terakhir kali Manchester United tandang ke Bramall Lane. Ketika itu, mereka datang sebagai pemuncak klasemen, sementara tuan rumah Sheffield United bergelut di zona degradasi.

Sheffield hampir ciptakan kejutan kala Keith Gillespie, yang merupakan anggota Class of`92, mencetak gol ke gawang mantan klubnya ketika laga baru berjalan 13 menit. Namun, skuat asuhan manajer Sir Alex Ferguson mampu membalikkan kedudukan melalui brace Wayne Rooney. Di pengujung musim, Sheffield terdegradasi ke Champhionship, sedangkan Man United mengangkat trofi juara liga untuk yang ke-16 kalinya.

Jika ketika itu Anda mengatakan bahwa, 13 tahun mendatang, kedua klub akan kembali bertemu dengan Sheffield berada di posisi yang lebih baik ketimbang Man United di klasemen, hampir dapat dipastikan Anda langsung dianggap sebagai pemadat.

Download aplikasi Mola TV melalui google play atau apps store untuk menyaksikan pertandingan Sheffield United vs Manchester United

Bertahan untuk Menyerang

Selain tim nasional Jerman dan klub-klub peserta Liga Djarum, hanya sedikit kesebelasan yang mematenkan 3-5-2 sebagai formasi utama di era modern. Maka, ketika Sheffield-yang baru promosi-berhasil mengaplikasikannya di Premier League, patutlah kita bertanya: apa yang menjadikannya istimewa?

Bagi manajer Chris Wilder, Sheffield tak butuh banyak memegang bola. Jumlah operan sukses mereka (3376) terendah kelima di Premier League. Bahkan, mereka adalah tim kedua yang paling jarang menciptakan peluang (123) setelah Crystal Palace (117).

Ini tidak berarti The Blades kehilangan kendali permainan. Justru, mereka relatif sukses mengontrol lawan ketika tanpa menguasai bola.

Lihatlah, betapa Liverpool harus bersusah untuk memenangi pertandingan pada September lalu. Meski unggul penguasaan bola sebanyak 70%, jumlah peluang yang dimiliki kedua klub tidak berbeda terlalu jauh (Liverpool 16-12 Sheffield).

Sistem blok rendah yang diterapkan ketika bertahan membuat lapangan tengah Sheffield begitu rapat dan padat. Apalagi, duo winger, Enda Stevens dan George Baldock, tertib menjaga kedalaman; mengubah formasi jadi 5-3-2.

Hasilnya, hanya ada 42 tembakan yang mengarah ke gawang Sheffield (tersedikit keempat). Ditambah dengan performa gemilang Dean Henderson yang telah melakukan 33 penyelamatan, Sheffield menjelma sebagai tim dengan pertahan terbaik kedua di Premier League. Mereka baru kemasukan sembilan gol-hanya kalah dibanding Leicester City (8)-sejauh ini.

Satu hal yang wajib dikuasai oleh seluruh pemain Sheffield adalah kemampuan bergerak tanpa bola tanpa mengorbankan kohesivitas. Ini merupakan ruh utama dalam membangun serangan.

"Kami berlatih keras untuk menjaga bentuk (formasi)," tutur gelandang John Lundstram kepada Guardian. "Banyak latihan yang berfokus pada permainan melebar, overlap, menjaga kepadatan ruang dan memastikan (pola) segitiganya tepat. Kami juga berlatih keras dalam pergerakan penyerang dan memudahkan gelandang masuk ke dalam kotak penalti lawan."

Efektivitas turut menjadi salah satu kunci sukses rival sekota Sheffield Wednesday tersebut dalam mengeksekusi `total football` ala Wilder. Meski jarang menciptakan peluang, mereka tetap mampu mencetak 13 gol sejauh ini. Angka tersebut memang tidak istimewa, tetapi sudah cukup untuk mengoleksi poin demi poin; menjaga mimpi lolos ke kompetisi Eropa untuk pertama kalinya sepanjang sejarah klub.

Melebar untuk Menusuk

Rasanya wajar jika suporter Sheffield merasa (sedikit) di atas angin untuk pertandingan akhir pekan ini. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Man United selalu kesulitan menghadapi tim dengan pertahanan rapat.

Beruntung bagi The Red Devils, harapan membawa pulang tiga poin masih terbuka cukup lebar mengingat Marcus Rashford tengah on-fire. Ia berhasil mencetak lima gol dalam lima pertandingan terakhir di seluruh kompetisi.

Kegemilangan tersebut tak terlepas dari fakta bahwa Rashford tampil lebih bebas di sayap kiri ketimbang penyerang tengah; seorang wide forward.

Berdasarkan statistik Transfermarkt, Rashford mencatatkan empat gol dan satu asis dalam sembilan laga sebagai penyerang tengah. Sedangkan, ketika ditempatkan melebar, Ia mampu mencetak lima gol dan dua asis dari tujuh pertandingan.

"Marcus benar-benar berkembang sejak Anthony (Martial) kembali (dari cedera)," kata manajer Ole Gunnar Solksjaer seperti yang dikutip Optus. "Ia mungkin lebih riang ketika melihat ke arah gawang, bermain menusuk, berlari ke arah lawang ketimbang menjadi seorang target man yang memunggungi gawang."

Ketika tampil sebanyak penyerang tengah, kecepatan Rashford terbatasi oleh ruang yang harus ditempati sepanjang laga. Padahal, Ia merupakan salah satu tukang menggiring bola terulung di Premier League.

Pemain berusia 22 tahun tersebut memiliki persentase mendribel bola sukses sebesar 47,7% (dari 44 percobaan). Jika dibandingkan dengan mereka yang diklasifikasikan sebagai penyerang, jumlah tersebut hanya kalah dari Wilfred Zaha, Josh King, Raheem Sterling, dan Son Heung-Min.

Dampak yang diberikan Rashford di sayap kiri lebih dari sekadar gol. Ia rajin turun membantu pertahanan, serta senantiasa menebar ancaman ketika maju membangun serangan. Ia total telah menciptakan 17 kesempatan bagi rekannya.

Chris Basham dan kawan-kawan jelas harus mewaspadai Rashford (juga pergerakan Martial, tentunya). Jika diberi ruang gerak, bukan tidak mungkin Sheffield menelan kekalahan keempat musim ini.

Pertandingan Sheffield United vs Manchester United dapat disaksikan gratis melalui aplikasi Mola TV. Download aplikasinya melalui google play dan apps store untuk mendapatkan akses menyaksikan pertadingan ini.

Live streaming pertandingan Sheffield United vs Manchester United

Komentar