Polemik VAR dan Kinerja Wasit Liga Primer Inggris

Cerita

by Redaksi 15

Redaksi 15

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Polemik VAR dan Kinerja Wasit Liga Primer Inggris

Ditekuk Liverpool 1-3 (10/11), Manchester City selaku juara bertahan semakin sulit mempertahankan gelar mereka. Hingga pekan ke-12, skuat asuhan Pep Guardiola tersebut baru mengumpulkan 25 poin. City sudah menelan tiga kekalahan dan terpaut sembilan poin dari pemuncak sementara, Liverpool (34).

Usai pertandingan di Anfield, Guardiola disebut mempertanyakan kinerja wasit dan kegunaan video assistant referee (VAR) pada Liga Primer Inggris 2019/2020. Namun, mantan gelandang Brescia itu menolak membicarakan hal tersebut.

“Saya selalu mengucapkan terima kasih kepada wasit di setiap pertandingan. Itu bukan sarkas. Saya tak mau membicarakan kinerja wasit dan VAR. Itu membuat saya tidak nyaman. Kalian bisa menanyakan itu pada kepada Badan Ofisial Pertandingan (PGMOL), Mike Riley,” kata Guardiola.

PGMOL dibentuk oleh Asosiasi Sepakbola Inggris (FA) pada 2001. Mereka adalah pihak yang melatih dan mengirim wasit ke pertandingan sepakbola profesional Inggris, dari Liga Primer Inggris sampai ke divisi empat, EFL League Two. PGMOL punya 115 pegawai, 65 wasit tetap dan asistennya. 17 di antara mereka masuk dalam select group 1 yang memimpin pertandingan-pertandingan Liga Primer Inggris.

Jika menjadi wasit di Liga Primer Inggris, mereka akan mendapatkan upah sebesar 70 ribu paun (1,26 miliar Rupiah) per pertandingan. Apabila mereka mengisi pos ofisial keempat atau mengurus VAR, bayarannya adalah seribu paun per pertandingan.

Bekerja sebagai wasit adalah pilihan yang aman di Inggris. Mereka bisa mendapatkan penghasilan ratusan ribu paun per tahun jika mengurus pertandingan Liga Primer Inggris dan EFL Championship, divisi dua Inggris. PGMOL sendiri mendapatkan uang 18 juta Paun (324,7 miliar Rupiah) per tahun dengan ketuanya digaji 184 ribu Paun (3,31 miliar Rupiah) per 2018.

Akan tetapi, sejak Riley menjadi kepala PGMOL, kinerja wasit di Inggris terlihat menurun. “VAR adalah lelucon di Inggris. Jika kalian sekarang bertanya ke pihak PGMOL, mereka akan mengatakan bahwa VAR masih dalam masa pembelajaran. Mereka akan mengaku baru menggunakan VAR selama tiga bulan. Padahal, VAR sudah diterapkan sejak dua tahun lalu di Piala Liga ataupun FA,” ungkap pendahulu Riley, Keith Hackett.

“Saya tahu negara-negara lain sedang menertawakan kita. Meminta kita belajar dari mereka. Mereka melihat kita merusak VAR, membuat hal itu terlihat berantakan. Mereka pun mempertanyakan kenapa kita tidak pernah belajar dari kesalahan?”

“Kita ingin wasit dan ofisial berkelas. Oleh karena itulah PGMOL dibentuk. Akan tetapi melihat dari jauh, PGMOL saat ini menurunkan kualitas mereka menjadi lebih buruk. [Mike] Riley tidak mengembangkan para wasit dan ofisial pertandingan. Beda dengan PGMOL yang dulu. Hasilnya pun akan berbeda,” tutup Hackett kepada the Athletic.

Kehadiran VAR juga menimbulkan dilema untuk para wasit. “Kami mempelajari setiap pertandingan. Melihat kebiasaan pemain dan bagaimana wasit lain mengambil keputusan mereka. Akan tetapi, VAR membuat para suporter dan pundit meminta banyak penalti. Padahal, para pemain tidak mau penalti tersebut. Mereka takut mendapatkan penalti. Mereka tidak ingin hal yang saya juga akan dirasakan di depan gawang sendiri,” kata salah seorang wasit.

“Sebenarnya, jika Anda lihat dengan teliti banyak pelanggaran yang bisa memunculkan penalti. Tapi saya juga tak mau memberi lima penalti dalam setiap laga. Itu akan membuat semua orang mengamuk,” aku sosok yang dirahasiakan oleh The Athletic.

Beberapa pihak melihat keberhasilan Liverpool bertengger di puncak klasemen sementara Liga Primer Inggris merupakan pengaruh dari VAR. Bahkan Manchester Evening News merangkum keputusan-keputusan VAR yang merugikan skuat asuhan Pep Guardiola. Menurut mereka, sejak Liga Primer Inggris 2019/2020 dimulai, Manchester City seharusnya bisa mendapatkan tujuh gol tambahan karena ada enam penalti dan satu gol dianulir.

Gol Mohamed Salah pada pekan ke-12 liga juga seharusnya dianulir karena berada di posisi offside. Jurgen Klopp yang timnya diuntungkan dari keputusan ini juga tidak diam soal VAR. Menurutnya ada banyak hal yang bisa dikembangkan dan diperbaiki dari penggunaan VAR.

“VAR adalah ide bagus, tapi ada beberapa hal yang harus diperbaiki lagi. Terutama waktu pemain mengontrol bola dengan tangan atau berada dalam posisi offside. VAR bisa diperbaiki dan jadi 100 persen akurat,” kata Klopp.

Akan tetapi, Ketua PGMOL Mike Riley tidak menyetujui dengan permintaan klub-klub Inggris untuk menggunakan VAR secara lebih leluasa lagi. Menurutnya, VAR cukup digunakan saat wasit lengah atau berada di luar jangkauan insiden.

Komentar