Lika-liku Karier Fakhri Husaini di Sepakbola Indonesia

Cerita

by Redaksi 10

Redaksi 10

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Lika-liku Karier Fakhri Husaini di Sepakbola Indonesia

Timnas U19 asuhan Fakhri Husaini lolos ke putaran final Piala Asia yang dihelat di Uzbekistan, Oktober 2020 mendatang. Kepastian tersebut didapat usai Amiruddin Bagus Kahfi dan kolega bermain imbang 1-1 melawan Korea Utara di pertandingan pemungkas babak kualifikasi, Minggu (10/11).

Dengan hasil ini, Indonesia menjadi juara Grup K dengan koleksi 7 poin. Garuda Asia menorehkan dua kemenangan dan sekali imbang. Sementara itu, Korea Utara yang berada di peringkat kedua dengan torehan 5 poin gagal melaju lantaran kalah bersaing dengan Laos, Vietnam dan Yaman yang lolos via runner-up terbaik.

Sejauh ini, 14 tim telah memiliki tiket ke Piala Asia U19 2020. Tersisa dua tiket yang akan diperebutkan penghuni Grup A. Untuk diketahui, lima tim yang berada di Grup A belum memainkan satu pertandingan pun.

Highlights pertandingan Indonesia U19 di babak kualifikasi Piala Asia U19

Apabila melihat kondisi tersebut, zona ASEAN masih memiliki harapan untuk menambah satu wakil. Pasalnya, Kamboja masih berpeluang merebut satu tiket lewat jalur runner-up terbaik.

Menilik keberhasilan Timnas U19 melaju ke putaran final Piala Asia 2020 tak bisa dipisahkan dari sosok Fakhri Husaini. Lahir di Lhokseumawe, Aceh pada 27 Juli 1965, Fakhri menjejaki karier profesional sebagai pesepakbola di Bina Taruna (Jakarta) pada 1984. Lima tahun berselang, ia meninggalkan klub tersebut dan memilih Lampung Putra sebagai tim barunya.

Seyogyanya pemain profesional, perpindahan dari satu klub ke klub lainnya tak terelakkan. Pun begitu pula dengan Fakhri. Hanya bertahan satu musim di Lampung Putra, Fakhri kembali pindah dan bergabung dengan Petrokimia Putra.

Ia bertahan di Petrokimia selama satu setengah tahun. Pada akhirnya, Fakhri pun memilih Pupuk Kaltim (PKT). Kelak, bersama PKT inilah kariernya mulai dikenal. Beralasan, karena di klub tersebut ia berkiprah selama 9 musim.

Sebagai pemain, prestasi terbaiknya yakni mengantarkan PKT menjadi finalis Liga Indonesia musim 1999/2000. Masih dalam format dua wilayah, PKT yang saat itu dilatih Sungkowo Sudiarto berada di Wilayah Timur dan bercokol di peringkat 3 di bawah PSM dan Arema Malang. Hasil itu pun membuat PKT lolos ke babak 8 besar yang kembali dibagi dalam dua grup.

Di babak semifinal, PKT sukses mengalahkan Persikota Tangerang lewat adu penalti setelah bermain 0-0 dalam waktu normal dan perpanjangan. Di partai puncak, Fakhri mencetak satu gol. Namun, PKT gagal juara usai dikalahkan PSM dengan skor 3-2.

Karier sebagai Pelatih

Setelah gantung sepatu, Fakhri Husaini menerima pinangan PKT Bontang sebagai asisten pelatih pada 2000-2003. Jabatan serupa juga diemban di Timnas U23 asuhan Peter White pada 2004-2005.

Sementara sebagai kepala pelatih, Fakhri mengawali kariernya saat menukangi Tim PON Kalimantan Timur pada 2008. Di ajang ini, Tim PON Kaltim diunggulkan untuk meraih medali emas lantaran bertindak sebagai tuan rumah.

Namun, alih-alih juara, skuad yang dipimpin Fakhri Husaini hanya mendapatkan medali perunggu. Di babak semifinal, PON Kaltim dikalahkan Jawa Timur—yang akhirnya juara— dengan skor 2-0.

Kendati hanya meraih perunggu, Fakhri Husaini akhirnya dipanggil untuk menjadi kepala pelatih PKT yang saat itu berubah nama menjadi Bontang FC di musim 2008/2009. Ia membawa tim berjuluk Laskar Bukit Tursina itu bercokol di peringkat 13. Satu musim berselang, peruntungan Fakhri membaik. Bontang FC diantarnya ke posisi 11.

Kegagalan pun menerpa Fakhri di musim ketiganya melatih Bontang FC. Ia tak kuasa mempertahankan Bontang FC berada di level teratas kompetisi sepakbola Indonesia karena berada di urutan paling buncit dan terdegradasi bersama Persijap dan Deltras Sidoarjo.

Menanjak saat Melatih Timnas Usia Muda

Jatuh bangun Fakhri Husaini semakin membuatnya terasah. Seiring pengalaman, karier Fakhri Husaini sebagai pelatih mulai menanjak tatkala menukangi timnas usia muda. Pada medio 2014-2015, Fakhri ditunjuk menukangi timnas U17 dan timnas U19.

Pada 2017, ia berhasil membawa Timnas U16 lolos dari fase Kualifikasi Piala Asia U16 yang kala itu berada satu grup dengan Thailand, Timor Leste, Laos dan Kepulauan Mariana Utara. Di ajang tersebut, Rendy Juliansyah dan kawan-kawan terhenti di babak perempat final usai dikalahkan Australia 2-3.

Highlights pertandingan Piala Asia U16 tahun 2017

Tak hanya itu, keberanian Fakhri dalam memoles timnas usia muda pun patut diacungi jempol. Bukan semata-mata sukses mengantarkan lolos ke putaran final Piala Asia U16 dan U19, atau sejumlah prestasi lainnya. Melainkan mengubah posisi pemain yang bukan berada di posisi biasanya.

Dua bersaudara Bagus Kahfi dan Bagas Kaffa misalnya, penggawa yang juga menjadi andalan Fakhri sejak U16 ini berhasil dipoles dan akhirnya mendapatkan posisi terbaiknya dalam bermain. Padahal sebelumnya, Bagas Kaffa yang merupakan seorang striker kini menjadi seorang bek sayap kanan. Ikut berlatih beberapa bulan di Inggris bersama tim Garuda Select membuat permainan Bagus dan Bagas semakin matang.

Cerita perjalanan Bagus, Bagas, dkk bersama tim Garuda Select di Inggris

Namun, kontrak Fakhri yang telah habis usai kualifikasi membuat sejumlah pemain kecewa. Salah satunya datang dari Bagus Kahfi.

“Saya ingin coach Fakhri. Alasannya coach Fakhri sudah lama menangani tim ini dan saya juga sudah lama kenal coach Fakhri. Coach Fakhri pun cocok untuk melatih tim ini,” kata Bagus.

Di lain pihak, Fakhri Husaini seolah pasrah. Kontraknya telah usai setelah Timnas U19 memastikan lolos ke putaran final. Hingga artikel ini diunggah, PSSI belum memutuskan perpanjangan kontrak baru.

“Sudah selesai tugas saya sebagai pelatih timnas U19 dengan berakhirnya kualifikasi ini. Jadi, saya berpesan ke pemain, siapa pun pelatihnya nanti di Piala Asia atau Piala Dunia, mereka harus tampil jauh lebih hebat dari yang mereka pelihatkan sekarang ini,” kata Fakhri Husaini seperti dikutip laman resmi PSSI.

“Yang paling penting, saya sudah memberikan kontribusi yang maksimal. Sudah memberikan dua kali kemenangan dan satu kali hasil imbang untuk lolos ke babak berikutnya,” tambahnya.

Komentar