Sang CEO, Ed Woodward

Cerita

by Evans Simon

Evans Simon

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Sang CEO, Ed Woodward

Jika Anda bertanya kepada Jose Mourinho dua tahun lalu, mungkin Ia tidak percaya akan menjadi salah satu pandit untuk program Sky Sports. Setidaknya, ketika itu, Ia masih menjadi manajer juara; Manchester United mengangkat trofi Liga Europa.

Setelah mengawinkan Liga Europa dengan Piala Liga Inggris pada musim perdananya, Mourinho membawa Man United menjadi runner-up Premier League 2017/18-diklaim sebagai pencapaian terbaik dalam karier kepelatihanya.

Semua hal itu ternyata tak cukup membuat The Special One bertahan lama di kursi panas Old Trafford. Kendati baru memperbaharui kontrak pada awal 2018, Ia tetap ditendang menjelang tahun berganti dan belum pernah kembali ke pinggir lapangan.

Mourinho adalah manajer teranyar yang dipecat Man United dalam enam tahun terakhir. Terhitung sejak Sir Alex Ferguson pensiun, sudah empat nama berbeda membesut Man United, tetapi ada satu nama yang tak pernah berganti: Ed Woodward, sang CEO.

-----

Woodward bukan sosok baru bagi suporter Man United. Ia dianggap sebagai biang keladi atas penurunan prestasi klub dalam beberapa tahun terakhir.

Sekelompok suporter Man United diketahui mengata-ngatai Woodward di Bandara Schipol, Amsterdam pasca hasil imbang 0-0 vs AZ Alkmaar pada awal Oktober 2019. Sebuah pesawat yang membawa tulisan "Ed-still failing: #WoodwardOut" ("Ed-terus gagal: #WoodwardKeluar") juga melewati langit Old Trafford sebelum laga lanjutan pekan ke-9 Premier League melawan Liverpool.

Ini bukan pertama kali nama Woodward menghiasi angkasa. Sebelumnya, dalam pertandingan melawan Burnley pada 8 September 2018, tulisan "Ed Woodward A Specialist in Failure" (Ed Woodward seorang spesialis gagal) melintasi Stadion Turf Moor.

Nama pria berusia 47 tahun tersebut memang tak asing, namun lain soal dengan kepribadiannya. Ia tidak memiliki kedekatan dengan suporter Man United, sebagaimana, misalnya, yang ditunjukkan oleh pendahulunya, David Gill.

Gill tidak selalu satu visi dengan para suporter. Namun, Ia cukup berani bersuara dan tampil di depan publik ketika menghadapi isu terkait klub.

Karakter berbeda dimiliki Woodward. Ia jarang tampil di media. Menurut salah satu temannya, kepada The Athletic, Ia adalah sosok yang cukup mementingkan privasi.

Ada banyak cerita terkait karakter Woodward. Beberapa menyebutnya "sangat cerdas dan rupawan", serta sering menghubungi pemain yang cedera parah untuk menanyakan keadaan dan mendoakan cepat sembuh. Seorang sumber anonim bahkan mengklaim "semua yang mengenal Woodward tidak ada yang membencinya".

Tentu, selalu ada dua sisi dari sebuah kisah. Yang lain, bercerita bahwa Woodward adalah sosok arogan. Ia tak sungkan mengatakan "Apakah Anda tak tahu siapa saya?" kepada lawan bicara dalam sebuah negosiasi. Salah seorang mantan pemain bersaksi hanya dikirim surat formal, alih-alih pesan personal, ketika kontraknya habis.

Pertanyaan besarnya: bagaimana Woodward bisa mendapatkan jabatan penting di Man United?

-----

Woodward lahir di Chelmsford, Essex. Ia pernah satu sekolah dengan manajer Chelsea, Frank Lampard, dan mantan manajer Millwall, Neil Harris, di Brentwood. Adiknya bahkan pernah bermain bersama Lampard untuk tim sekolah.

Pria lulusan fakultas fisika Universitas Bristol tersebut baru meniti karier dunia bisnis ketika `magang` di PricewaterhouseCoopers (PWC). Kemudian, Ia bergabung dengan tim merger dan akusisi internasional JP Morgan.

Berkat jabatan tersebut, Woodward bertemu dengan keluarga Glazer dan dipercaya mengurus akusisi Man United senilai 790 juta Paun pada 2005. The Athletic melaporkan bahwa, awalnya, rencana Glazer hampir kandas karena banyak bank yang menolak pengajuan pinjaman. Namun, adalah JP Morgan dan Woodward yang terus mendorong rencana ini dan sukses mengeksekusinya.

Woodward pun dipercaya menjadi staf keluarga Glazer. Ia resmi menangani operasional iklan Man United pada 2007. Di tangannya, pemasukan Man United meroket tajam dari 48,7 juta Paun pada 2005 menjadi 117,6 juta Paun pada 2012. Mereka bahkan mencetak rekor pemasukan sebesar 627 juta Paun pada 2019.

Woodward memang irit bicara kepada media sejak tiba di klub, tetapi selalu memiliki jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh pemegang saham setiap tiga bulan sekali. Salah satu pernyataannya yang paling mengganggu bagi suporter Man United adalah: "performa permainan tidak berdampak penting dengan yang kami lakukan di sisi komersial".

Keberhasilan Woodward menambah pundi-pundi uang klub memang tidak berbanding lurus dengan prestasi. Hal ini yang membuatnya dianggap inkompeten dan peduli mengurus Man United sebagai sebuah klub sepakbola. Namun, sebenarnya, Ia cukup aktif terlibat terkait urusan `dalam lapangan` sejak menjadi CEO pada 2013.

-----

"Semua berpikir bahwa Rooney pasti pindah ke Chelsea," ujar seorang sumber kepada The Athletic.

Penawaran sebesar 25 juta Paun telah resmi dilayangkan The Blues. Sang penyerang beserta agennya, Paul Stretford, bertemu Woodward agar diizinkan hengkang. Woodward, dengan tegas, menolak.

Kepergian Rooney ke klub rival, apalagi pasca pensiunnya Ferguson, adalah tanda pelemahan yang tidak bisa diterima. Akhirnya, Woodward mampu meyakinkan Rooney menandatangani kontrak baru. Kita sama-sama tahu bahwa kemudian Rooney berhasil memecahkan rekor Sir Boobby Charlton sebagai top skorer sepanjang masa klub.

Woodward juga kerap terlibat dalam transfer pemain. Ia sukses mendatangkan nama-nama besar: Juan Mata, Bastian Schweinsteiger, Angel Di Maria, Radamel Falcao, Paul Pogba, Zlatan Ibrahimovic, hingga Harry Maguire.

Untuk urusan transfer, Woodward memiliki dua sosok kepercayaan: Matt Judge (kepala keuangan) dan Richard Arnold (direktur). Mereka bertiga sama-sama merupakan lulusan Universitas Bristol. Hubungan ketiganya semakin erat ketika bekerja di PWC dan JP Morgan.

Permasalahannya, Woodward dan `kru`-nya tersebut diyakini hanya tertarik terlibat dalam kebijakan transfer demi mendapatkan popularitas.

"Ketika berbicara tentang sepakbola, mengenal pemain dan mengamankan transfer, ini bukanlah keahliannya," ucap seorang perantara (agen). "Woodward atau Judge bisa mencapai kesepakatan dengan Chevrolet tanpa banyak orang membicarakannya. Tetapi, ketika Anda mendatangkan seorang pemain besar, Anda akan mendapatkan pujian. Hal itulah yang mereka cari."

Melihat prestasi Man United yang tak kunjung membaik meski pemain-pemain bintang datang silih-berganti, rasanya argumen di atas cukup bisa diterima. Woodward memang lebih mengandalkan kekuatan finansial untuk menggaet pemain-mengeluarkan total 968 juta Paun sejak 2013.

Mereka juga tak sungkan membayar gaji ekstra tinggi. Contoh kasus terbaik: Alexis Sanchez, yang gajinya bisa mencapai 560.000 Paun per pekan. Jumlah tersebut lebih banyak 185.000 Paun dibanding David De Gea yang gajinya tertinggi kedua-sebelum memperpanjang kontrak belum lama ini.

Jurang gaji yang terlampau besar diyakini memengaruhi keharmonisan ruang ganti. Kepergian Ander Herrera ke Paris Saint-Germain pada bursa transfer musim panas kemarin disebut-sebut karena manajemen klub tak bersedia memenuhi permintaan gajinya. Angka yang menjadi tolak ukur? Milik Sanchez.

Hingga Sanchez dipinjamkan ke Inter Milan pun, Man United masih harus menanggung gajinya sebesar 300.000 Paun. Denting piano "Glory Glory Man United" tak pernah terdengar semenjijikan ini.

Komentar