Watford yang Lebih Defensif Bersama Quique Sanchez Flores

Cerita

by redaksi

Watford yang Lebih Defensif Bersama Quique Sanchez Flores

Watford menjadi klub pertama yang memecat pelatihnya di Liga Primer Inggris 2019/20 ini. Hasil satu imbang dan empat kekalahan lah yang membuat Javi Gracia didepak, terlebih Watford menempati posisi juru kunci. Padahal musim lalu Gracia berhasil mengantarkan Watford ke babak final Piala FA (dikalahkan Manchester City).

Ternyata satu jam setelah pemecatan Gracia, Watford langsung mengumumkan pelatih baru: Quique Sanchez Flores. Flores bukan sosok asing bagi The Hornets. Musim 2015/16 eks pelatih Valencia dan Atletico Madrid ini pernah menangani Watford. Hanya satu musim karena setelah Watford dipastikan finis di papan tengah (peringkat 13) ia memutuskan mundur.

Lalu kenapa Watford menunjuk kembali Flores? Kenapa pula pelatih berusia 54 tahun itu mau kembali ke Watford?

Dalam sebuah wawancara bersama The Coaches Voices, sebelum Flores kembali ke Watford, pelatih yang pernah menangani Getafe ini memang mengatakan bahwa Watford adalah tim yang paling berkesan untuknya. Ucapannya itu ditegaskannya dalam wawancara lainnya, seperti yang dikutip Top Skor.

"Aku sudah menjadi pelatih selama 16 tahun dan waktu yang aku habiskan di Watford sungguh menyenangkan. Itu pengalaman yang luar biasa. Sejak pergi tiga tahun lalu, aku selalu menunggu momen untuk bisa kembali ke Inggris. Aku merasa Watford adalah rumahku.

"Tidak dalam waktu secepat ini. Kembali ke Watford bukan rencana, tetapi sesuatu yang akan dengan senang hati aku sambut. Aku memiliki orang-orang baik di sekitarku dan ikatan kuat dengan klub dan penggemar di sini."

Tampaknya penunjukan kembali Flores sendiri tak lepas dari gaya kepelatihannya yang lebih defensif karena dalam empat laga Watford kebobolan 8 gol dan hanya mencetak dua gol saja. Kala menangani Watford di musim 2015/16, Watford kebobolan 50 gol. Jumlah tersebut sama dengan torehan Liverpool dan hanya ada tujuh tim yang punya catatan pertahanan lebih baik.

Indikasi juga terlihat di mana pada musim 2015/16 Flores lebih mengandalkan Ikechi Anya dibanding Jose Holebas di pos bek kiri. Padahal Holebas merupakan bek kiri yang rajin membantu serangan. Musim lalu ia mencetak tiga gol dan enam asis. Sedangkan selama dilatih Flores, jangankan mencetak gol atau asis, ia hanya bermain 11 kali padahal setelah hengkang bek asal Yunani itu selalu bermain hampir di setiap pertandingan Liga Primer Watford.

"Aku melakukan perbincangan besar dengan pelatih [Flores]," kata Holebas pada April mengenai masa-masanya dilatih Flores. "Aku bilang aku tidak bermain umpan panjang. Kami berlatih, aku melakukan apa yang harus aku lakukan. Tapi pada akhirnya dia tetap tidak menghormatiku karena tetap tidak melibatkanku dengan tim."

Setelah melatih Watford, Flores sempat melatih Espanyol dan Shanghai Shenhua. Di kedua kesebelasan tersebut catatan gol timnya tak lebih banyak dari kebobolan. Di Espanyol, misalnya, dalam dua musim, Espanyol mencetak 84 gol dan kebobolan 98 gol. Meski begitu, dari 79 laga yang dipimpinnya, hanya 27 laga yang berakhir kekalahan; menang dan imbang sama-sama 26 kali.

Flores juga sedikit membeberkan rencananya terkait perbaikan terhadap gaya bermainnya yang khas dengan menguatkan pertahanan. Apalagi ia baru saja mendapatkan inspirasi ketika menyaksikan pertandingan NBA yang dimainkan oleh sang juara, Toronto Raptors.

"Aku menonton seri NBA tahun ini ketika Toronto Raptors bermain melawan Golden State Warriors. Ketika pertandingan selesai, jurnalis menghampiri pelatih Raptors, yang menang, dan mereka berkata, `Apa kunci kemenangannya?` Lantas dia menjawab, `Ambisi dan pertahanan`," kata Flores pada Evening Standard.

"Aku rasa itu sangat menarik. Pertahanan sangat-sangat penting untuk setiap gaya permainan. Jika pun kamu ingin bermain seperti Manchester City, tapi kamu tak punya pertahanan yang baik, itu tetap saja sulit. Sangat mungkin aku telah berubah secara personal, tapi sebagai seorang pelatih aku tak berubah banyak. Aku masih suka tim yang bermain rapat, bek yang bagus, menentukan kapan harus menekan dan kapan merebut penguasaan bola, untuk bermain cepat, untuk menuju kotak penalti, bukan bermain dengan banyak operan tanpa makna, karena aku ingin bermain direct."

Pada 2015/16, Watford memang bermain direct menggunakan pola dasar 4-4-2. Flores mengandalkan Odion Ighalo dan Troy Deeney di lini depan. Ighalo mencetak 16 gol sementara Deeney mencetak 13 gol. Sebanyak tujuh gol Ighalo berasal dari asis Deeney.

Ighalo kini tak lagi bermain untuk Watford. Lagipula hanya ada enam pemain tersisa dari skuatnya terdahulu, yakni Holebas, Deeney, Huerelho Gomes, Craig Cathcart, Sebastian Prodl, dan Etienne Capoue. Tapi menurut Flores hal itu bukan masalah besar.

"Aku senang bahwa tim ini terus tumbuh. Secara keseluruhan, penggemar, pemain, staf, untuk tetap berada di Liga Primer. Itu dasar untuk segalanya. Skuatnya baik-baik saja. Aku baru belajar sedikit tentang pemain, kemampuan mereka, keterampilan mereka, mentalitas mereka. Semua hal ini menarik bagi staf pelatih," kata Flores.

Ujian pertama Flores sendiri adalah dengan menghadapi Arsenal. The Gunners meraih dua kemenangan, satu imbang, dan satu kalah. Selain itu, Flores juga hanya mampu sekali menang dari tujuh pertemuan menghadapi tim yang dilatih manajer Arsenal, Unai Emery. Tapi hal itu tak menutup ambisinya untuk meraih kemenangan pada laga perdananya nanti.

"Aku selalu ingin menang. Itu selalu sama, apapun rekornya, melawan siapapun manajernya," ujar Flores.

Pertandingan Watford vs Arsenal sendiri berlangsung di Vicarage Road pada Minggu (15/09) pukul 22.30 WIB. Laga ini bisa disaksikan secara langsung di TVRI atau disaksikan secara streaming melalui Mola TV Web dan Apps.

Komentar