Serangan Payah Tottenham

Analisis

by redaksi

Serangan Payah Tottenham

Punya deretan penyerang berkualitas tak jadi jaminan sebuah kesebelasan akan punya lini serang yang mudah untuk mencetak gol. Lihat saja Tottenham. Punya Harry Kane, Son Heung-min, Lucas Moura, Christian Eriksen, dan Erik Lamela, tapi tak mampu membobol gawang Newcastle United pada pekan ketiga Liga Primer Inggris 2019/20.

Sebaliknya, Spurs justru kalah tanpa mencetak gol. 0-1. Di kandang pula.

Tentu mengalahkan Spurs bagi Newcastle adalah sebuah kejutan. Newcastle pada dua laga perdana kalah dari Arsenal dan Norwich City. Jadi salah satu kesebelasan yang sulit menciptakan peluang juga. Manajer mereka, Steve Bruce, sampai mendapatkan kritikan dari suporter Newcastle.

Gol Joelinton sebenarnya tak membuktikan Newcastle telah membaik. Newcastle menang karena Spurs yang tampil lebih buruk. Secara spesifik, Spurs punya kebiasaan buruk di lini depan menghadapi kesebelasan yang bertahan di kedalaman dengan 10 pemainnya (kecuali kiper).

Newcastle memainkan pola dasar 5-4-1 kala tak menguasai bola. Spurs kerepotan sendiri padahal bola nyaris selalu berada di kaki mereka. Bagaimana tidak, penguasaan bola yang mereka catatkan mencapai 80 persen! Total 763 operan mereka lepaskan. Sebagai perbandingan, jumlah operan The Magpies hanya 190 kali. Hanya seperempat dari jumlah operan Tottenham.

Spurs memang mencatatkan 17 tembakan. Tapi hanya dua yang mengarah ke gawang. Dua saja! Newcastle yang mencatatkan 8 tembakan saja berhasil menorehkan tiga tembakan mengarah ke gawang. Satunya jadi gol.

Kane sebagai ujung tombak terisolasi. Total 90 menit bermain, cuma 1 tembakan dilakukannya. Seorang penyerang yang difungsikan sebagai penyelesai akhir serangan tapi hanya melakukan sekali tembakan jelas menjadi indikasi kuat ada yang tidak beres dengan pola serangan mereka. Tembakan-tembakan Spurs datang dari para gelandang menyerang seperti Son (6) dan Moura (5).

Mungkin Spurs butuh penyuplai umpan-umpan matang pada para penyerang? Tentu saja. Tugas itu diemban oleh Harry Winks. Tapi umpan-umpan Winks tak membahayakan pertahanan Newcastle. Dari 136 operan, 62 di antaranya mengarah ke dekat dan dalam kotak penalti Newcastle. Tapi hanya sekali yang jadi umpan kunci.

Jumlah operan Lamela, Moura, dan Son jika dikombinasikan "hanya" 130 operan, yang artinya masih kalah dari jumlah operan Winks. Lamela sekali mencatatkan umpan kunci, Son dua kali, Moura nol. Mungkin karena ini pula Moura, Son dan Kane jarang dimainkan bersamaan oleh Mauricio Pochettino, di mana terakhir kali ketiganya bermain bersama adalah pada boxing day 2018 silam.

Harapan lainnya datang dari Moussa Sissoko. Tapi berposisi sebagai gelandang jangkar bersama Winks, pergerakan gelandang asal Perancis itu tentu terbatas karena harus membantu pertahanan juga. Tiga operan kuncinya pun akhirnya tak mampu menyelamatkan Spurs dari kekalahan.

Eriksen adalah satu-satunya pemain yang paling dibutuhkan Spurs. Tapi gelandang Tim Nasional Denmark itu sedang berada di persimpangan antara tetap berseragam Spurs atau pindah klub. Pochettino sedang membiasakan diri untuk tak terlalu mengandalkannya sebagai antisipasi eks playmaker Ajax Amsterdam itu hengkang.

Pengaruh Eriksen terasa ketika Spurs menghadapi Aston Villa. Spurs yang mengalami kebuntuan ketinggalan 0-1, memasukkan Eriksen pada menit ke-62 untuk gantikan Winks, Spurs langsung mencetak gol penyama kedudukan 9 menit kemudian. Lebih dari itu, Spurs akhirnya menang lewat dua gol yang dicetak Kane pada menit ke-86 dan 91.

Bukti lain pengaruh besar Eriksen adalah Spurs berhasil mencatatkan 16 tembakan dalam tempo kurang dari 30 menit (durasi Eriksen bermain saat itu). Jumlah tersebut melampaui jumlah tembakan pada 64 menit pertama (tanpa Eriksen) yang totalnya 15 tembakan.

Begitu juga pada laga melawan Newcastle. Bermain sejak menit ke-62, atau lagi-lagi sekitar setengah jam bersama Eriksen, Spurs berhasil mencatatkan 11 tembakan, yang artinya tanpa Eriksen selama satu jam mereka hanya mampu menciptakan 6 tembakan. Eriksen menyumbang dua tembakan.

Tapi tentu tak selamanya pemain pengganti bisa jadi penyelamat tim. Begitu juga dengan Eriksen, sehebat apapun dia. Situasi tersebut tentu menguatkan indikasi bahwa serangan Spurs payah tanpa Eriksen.

Pada masa jayanya (walaupun tidak menghasilkan juara), Spurs tidak hanya bertumpu pada Eriksen, tapi juga pada eksplosivitas kedua bek sayap, khususnya ketika masih dihuni oleh Kyle Walker di bek kanan dan Dany Rose sebelum cedera panjang di bek kiri. Keduanya rajin membantu serangan, mengirimkan umpan-umpan silang matang pada Kane, juga Dele Alli. Sempat memiliki Kieran Trippier, namun ia juga hijrah, ke Atletico Madrid.

Di pos bek kanan saat ini dihuni oleh bek muda Kyle Walker-Pieters. Bek berusia 22 tahun itu pernah mencatatkan hattrick asis pada musim lalu. Tapi itu kesempatan langka, yang bisa dibilang hanya kebetulan. Karena saat ini pun keahliannya dalam mengirimkan umpan silang belum lagi ditunjukkannya.

Masalah serangan payah Spurs ini mungkin akan selesai jika Eriksen tak jadi pindah, menghabiskan sisa kontraknya yang tinggal satu tahun. Tanguy Ndombele dan Dele Alli yang sedang berada di ruang perawatan bisa jadi solusi, tapi keduanya bukan tipikal gelandang pencetak asis.

Pun dengan pemain pinjaman dari Real Betis, Giovani Lo Celso, yang jumlah asisnya hanya 5 kali musim lalu, sementara jumlah golnya mencapai 16 gol di segala ajang. Tapi tetap saja, kehadiran Lo Celso tetap belum menjawab pertanyaan "Siapa yang bisa memanjakan para penyerang Spurs?".

Benar Spurs musim lalu mencapai babak final Liga Champions. Tapi di Liga Primer Inggris, lebih banyak kesebelasan yang bermain seperti Newcastle ketimbang kesebelasan yang bermain terbuka seperti klub-klub besar di Liga Champions. Toh melawan Manchester City pada pekan kedua pun Spurs tercatat hanya melakukan tiga tembakan untuk mencetak dua gol penyama kedudukan, bahkan Pep Guardiola bilang cuma dua kali karena tendangan Kane sejatinya bukan tembakan ke gawang. Mereka juga nyaris kalah andai tidak diselamatkan Video Assistant Referee (VAR). Hal itu juga tak lepas dari cederanya Kane sejak awal tahun hingga jelang musim 2018/19 berakhir sehingga Pochettino tidak bisa memainkan Moura, Son dan Kane bersamaan.

Sebenarnya jika Eriksen bertahan mungkin masalah di lini serang bisa diatasi sesegera mungkin. Tapi jika dia bertahan itu artinya Spurs harus siap kehilangannya secara gratis musim panas 2020 mendatang. Kalau Eriksen jadi hengkang, Pochettino punya PR besar untuk menemukan solusi payahnya lini serang Spurs tanpa Eriksen ini.

Untuk menyaksikan Highlights dan Match Replay pertandingan Tottenham Hotspur vs Newcastle United dan pertandingan Liga Primer Inggris lainnya, silakan klik tautan ini.

Komentar