Man City Terancam Hukuman Larangan Tampil di Liga Champions

Berita

by redaksi

Man City Terancam Hukuman Larangan Tampil di Liga Champions

Manchester City tengah berbahagia karena berhasil menyegel gelar juara Liga Primer Inggris 2018/19. Namun euforia mereka bisa terganggu lantaran pada pekan ini UEFA akan segera mengumumkan hasil penyelidikan terkait dugaan penyiasatan dokumen keuangan yang dilakukan City untuk menghindari pelanggaran Financial Fair Play.

Pihak penyidik telah berkonsultasi dengan pihak-pihak terkait untuk menelusuri kasus ini dalam beberapa bulan terakhir. Dugaan ini sendiri mencuat sejak media asal Jerman, Der Spiegel, mengungkapnya pada November tahun 2018 lalu. Dua minggu lalu di Nyon, Swiss, pihak penyidik telah melakukan rapat final, setelah mendengarkan pembelaan dari pihak Man City, untuk menyimpulkan hasil penyelidikan.

Menurut pemimpin penyelidik kasus ini, Yves Leterme, dinukil dari The New York Times, status Man City pada kasus ini akan diumumkan secepatnya pada pekan ini. Masih menurut The New York Times, jika Man City terbukti bersalah, mereka akan mendapatkan hukuman larangan tampil di Liga Champions untuk satu musim. Meski begitu masih belum jelas hukuman tersebut akan berlaku pada musim depan atau musim 2020/21, karena babak kualifikasi Liga Champions musim depan sudah akan bergulir pada Juni mendatang.

Pihak Man City sendiri menampik segala tuduhan yang dialamatkan kepada mereka terkait kasus ini. Mereka mengatakan pihaknya berada di jalur yang benar dan setiap sen yang tercatat dalam dokumen keuangan City semuanya melalui sistem yang legal. Sebaliknya, City menyatakan bahwa tuduhan yang muncul telah merusak reputasi Manchester City sebagai kesebelasan.

"Tuduhan penyiasatan dokumen ini sangat keliru. Klub telah merilis laporan keuangan secara lengkap dengan catatan yang legal sesuai regulasi," bunyi pernyataan resmi City ketika kasus ini mencuat.

"Kami tidak akan memberikan komentar apapun tentang dokumen yang di-hack atau dicuri dari klub, anggota klub dan orang-orang terkait. Ini merupakan upaya yang jelas untuk merusak reputasi klub karena terorganisasi," seperti yang diberitakan Sky Sports.


Simak tips beraktivitas fisik selama bulan Ramadan dari Rochi Putiray:


Beberapa sumber menyebutkan bahwa Man City bisa melakukan penyiasatan dokumen tersebut, sehingga bisa mengeluarkan banyak uang untuk membeli dan menggaji pemain dan pelatih dengan mahal, karena mendapatkan bantuan dari FIFA. FIFA sendiri ketika dikonfirmasi mengenai hal ini menyangkal lebih menyayangkan hal seperti ini menjadi konsumsi khalayak alih-alih mendapatkan penyelidikan yang lebih mendalam.

"Jurnalis yang menemukan bukti tindakan kriminal atau hal yang melanggar etik seharusnya tidak boleh menyebar hal ini. Mereka sebaiknya mengirimnya terlebih dahulu ke FIFA, sehingga kita bisa menginvestigasi lebih lanjut," bunyi pernyataan resmi FIFA.

"Pada 2015, FIFA mendapatkan masalah korupsi terbesar sepanjang sejarah dunia olahraga. Lalu dalam dua tahun terakhir FIFA yang baru telah bekerja untuk membangun kembali institusi ini, potongan demi potongan, sehingga sekarang memiliki finansial yang solid, modern dan memiliki badan pemerintahan sepakbola dunia yang sesuai etik."

Perlu diketahui, kasus yang menimpa Man City ini merupakan serangkaian bagian dari skandal sepakbola yang diungkap Football Leaks dalam beberapa tahun terakhir. Football Leaks sendiri pertama kali muncul ke permukaan lewat media Der Spiegel dengan membahas praktik ilegal yang membangkrutkan FC Twente.

Baca juga: Football Leaks Beberkan Sisi Gelap Sepakbola

Football Leaks ini memiliki 70 juta dokumen yang mendukung tuduhan-tuduhan mereka. Dokumen-dokumen tersebut didapat dari seorang peretas bernama Rui Pinto (pemilik nama samaran "John") walau dirinya menolak disebut peretas. Meski begitu, per Januari tahun ini, Rui Pinto telah ditangkap dan ditahan pihak kepolisian. Dia dianggap telah melakukan tindakan ilegal yakni peretasan untuk mencuri data-data tersebut.

Per Maret, lewat pengadilan di Hungaria, Rui Pinto diekstradisi ke Portugal untuk menanti putusan pengadilan. Jika terbukti bersalah ia bisa mendapatkan hukuman 10 tahun penjara. Meski begitu dukungan padanya terus mengalir dari berbagai pihak, termasuk perlindungan hukum, karena menganggap pria berusia 31 tahun itu sebagai whistleblower, bukan kriminal.

[ar]

Komentar