Transisi Bertahan ke Menyerang Arema Imbangi Ketangguhan Persebaya

Analisis

by redaksi

Transisi Bertahan ke Menyerang Arema Imbangi Ketangguhan Persebaya

Partai final Piala Presiden 2019 leg pertama antara Persebaya Surabaya melawan Arema FC berakhir imbang 2-2. Dua kali Persebaya unggul lebih dulu, dua kali juga Arema mampu menyamakan kedudukan. Hasil dari laga yang berlangsung pada Selasa (9/4) ini pun cukup menguntungkan Arema yang akan menjadi tuan rumah pada leg kedua (12/4).

Persebaya tidak mengubah susunan 11 pemain pertama seperti pada laga leg kedua semifinal melawan Madura United. Bermain dengan pola dasar 4-2-1-3, trio lini tengah diisi oleh Muhammad Hidayat (namun digantikan Fandi Eko pada menit ke-12 karena cedera), Misbakus Solikin, dan Damian Lizio. Tiga di lini depan pun tetap diisi Manuchekhr Dzhalilov, Irfan Jaya, dan Amido Balde.

Pun begitu dengan Arema yang juga tidak mengubah susunan pemain utama. Turun dengan pola dasar 4-3-3, Hanif Sjahbandi menemani Hendro Siswanto dan Makan Konate di lini tengah. Dendi Santoso, Ricky Kayame, dan Dedik Setiawan kembali diandalkan sejak menit pertama seperti kala menghadapi Kalteng Putra.

Kedua kesebelasan sama-sama bermain hati-hati pada leg pertama ini. Mereka cenderung menunggu serangan lawan masuk ke lini tengah sebelum melakukan pressing. Dalam transisi menyerang ke bertahan pun keduanya lebih mengutamakan pola dasar utama ketimbang agresif menekan lawan.

Perbedaan terlihat pada pola serangan kedua kesebelasan. Persebaya yang bermain sebagai tuan rumah berusaha memainkan umpan-umpan pendek dan menguasai jalannya pertandingan. Kedua sayap yang diisi oleh Irfan Jaya dan Dzhalilov menjadi target operan menuju sepertiga akhir. Keduanya mendapatkan sokongan dari kedua full-back, yakni Novan Sasongko dan Mokhamad Syaifuddin, yang membantu lini serang.

Persebaya mengandalkan umpan silang sebagai upaya mereka menciptakan peluang. Namun ketangguhan Hamka Hamzah dan Artur Cunha di jantung pertahanan Arema membuat Balde tak berkutik dan cukup sering kalah duel udara. Bahkan dalam dua babak, umpan-umpan silang Persebaya kurang begitu maksimal dan tak mampu menciptakan peluang berbahaya.

Walaupun begitu, skema penyerangan dari sayap yang dilakukan Persebaya akhirnya berbuah gol pertama. Namun bukan dari umpan silang yang menjadi skema utama. Irfan Jaya mencetak gol setelah mendapatkan umpan diagonal dari Otavio Dutra dari lini tengah. Dari kiri pertahanan Arema, Irfan mengecoh Ahmad Alfarizie sebelum melepaskan tendangan melengkung ke tiang jauh yang tak mampu dijangkau kiper Arema, Kartika Ajie.

Situasi ini jarang terjadi baik di babak pertama maupun babak kedua. Pada gol kedua yang diciptakan Persebaya, gol justru berawal dari serangan yang berasal dari tengah. Lizio jadi kreator utama serangan ini karena mampu memanfaatkan ruang di belakang lini tengah Arema melalui aksi individunya. Serangan pada menit ke-71 inilah yang berujung pelanggaran di kotak penalti Arema untuk Persebaya. Lizio mengeksekusi penalti dengan baik meski bola tendangannya mampu dibaca Kartika Ajie.

Arema sementara itu banyak menciptakan peluang melalui transisi dari bertahan ke menyerang. Ketika Persebaya melakukan build-up dari penjaga gawang pada pemain belakang, tiga pemain depan melakukan pressing sementara tiga gelandang menjaga area middle third, melakukan penjagaan antar pemain. Pertarungan lini tengah pada 4-2-1-3 Persebaya vs 4-3-3 Arema memudahkan skuat asuhan Milomir Seslija melakukan penjagaan pemain di lini tengah dan melakukan transisi.

Gol Hendro Siswanto yang menjadi gol penyama kedudukan berawal dari keberhasilan lini tengah Arema dalam situasi transisi bertahan ke menyerang ini. Bek tengah Persebaya, Otavio Dutra, mendapatkan tekanan minor dari Ricky Kayame saat hendak memulai serangan. Walau begitu, Kayame menutup jalur operan ke sisi kanan Persebaya. Dedik, sementara itu, berada beberapa meter di depan Otavio juga bertujuan menutup jalur operan. Pun dengan Dendi yang menutup jalur operan pada Novan yang berada di kiri.

Otavio akhirnya mengoper bola pada Fandi Eko yang berada di tengah. Tapi kontrol bola Fandi Eko tidak sempurna di mana hal tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh Hendro Siswanto untuk merebut bola. Dengan situasi Persebaya yang sedang dalam fase menyerang, kedua bek sayap menjauhi bek tengah, Hendro memiliki ruang yang cukup untuk men-dribbling bola hingga ke kotak penalti Arema. Ketidakmampuan Fandi Eko merebut kembali bola pun membuat Hendro bisa semakin dekat ke gawang Persebaya. Dalam momen yang tepat, gelandang berusia 29 tahun ini mampu melepaskan tendangan keras sebelum Otavio datang menghadang.

Selain gol Hendro, Arema punya sejumlah peluang emas yang nyaris membuat mereka mencetak gol lebih banyak melalu skema di atas. Salah satunya melalui Dedik Setiawan pada babak kedua. Setelah berhasil mencuri bola dari pemain Persebaya, dia mampu melakukan solo run dari depan kotak penalti Arema sampai ke kotak penalti Persebaya. Namun tendangannya melenceng dari gawang. Situasi tersebut hampir serupa dengan gol Hendro.

Walau begitu Arema mampu mencuri gol penyama kedudukan untuk kedua kalinya melalui tendangan bebas. Makan Konate mengirimkan bola ke tiang jauh, yang gagal diantisipasi dengan baik oleh kiper Persebaya, Miswar Saptura. Terlalu maju, Miswar gagal menggapai bola tendangan Konate yang mengarah ke gawang.

***

Secara permainan, kedua kesebelasan memang tampil berimbang dan menunjukkan bahwa mereka layak berlaga di final. Namun Persebaya gagal menang karena terlalu terpaku dengan skema utama mereka. Apalagi setelah memasukkan Fandi Eko pada menit ke-12, pergantian pemain baru dilakukan pada menit ke-87. Pergantian pemain pun berupa pergantian pemain sesama posisi (Irfan Jaya diganti Oktafianus Fernando).

Untuk Arema, kans mereka menang pada laga ini sebetulnya cukup besar. Mereka mampu menciptakan 11 tembakan dengan 6 tembakan di antaranya mengarah ke gawang (Persebaya 9 tembakan, hanya 2 yang mengarah ke gawang). Ketika lini tengah mulai berhasil ditembus oleh Lizio, keputusan Milo memasukkan Jayus Hariono menggantikan Hanif Sjahbandi yang sudah mengoleksi satu kartu kuning pun terbilang efektif karena Persebaya mulai kesulitan menciptakan peluang pada 15 menit terakhir pertandingan.

Foto: persebaya.id

[ar]


Simak opini, komentar, dan sketsa adegan Rochy Putiray tentang jual-beli lisensi klub yang kerap terjadi di Liga Indonesia:



Komentar