Respons Buruk Sevilla dalam Menghadapi Kedisiplinan Valencia

Analisis

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Respons Buruk Sevilla dalam Menghadapi Kedisiplinan Valencia

Valencia berhasil mempertahankan rekor 16 pertandingan tanpa kekalahan setelah menang 1-0 atas tuan rumah Sevilla pada Minggu (31/03). Gol penalti Daniel Parejo di akhir babak pertama juga menguatkan posisi Valencia untuk lolos ke Liga Champions UEFA musim depan. Sementara untuk Sevilla, mereka mengalami kekalahan ketiga (dari total enam pertandingan) sepanjang Bulan Maret.

Kedua kesebelasan sama-sama memainkan formasi dasar 4-4-2. Pelatih Sevilla, Joaquín Caparrós, memberikan debut La Liga musim ini bagi penjaga gawangnya, Javier Díaz. Dia menurunkan Díaz karena Tomás Vaclik mengalami cedera minor, sedangkan Juan Soriano terkena larangan bermain.

Marcelino García Toral juga menurunkan formasi andalannya untuk Valencia. Dengan sama-sama memainkan formasi 4-4-2 seharusnya lapangan akan terkaver dengan baik oleh kedua kesebelasan. Namun Sevilla bermain lebih menyempit ketika bertahan. Selain itu, Jesús Navas dan Maximilian Wöber, kedua full-back Sevilla, lebih sering naik sehingga back four mereka bisa dieksploitasi oleh Valencia yang bermain melebar.

Gambar 1 - Formasi Sevilla dan Valencia - Sumber: Wyscout

Valencia Hanya Menekan Ketika Bola Masih di Pertahanan Sevilla

Meski bermain tandang, Valencia bermain lebih menekan sejak Sevilla melakukan build-up dari belakang. Posisi Navas dan Wöber yang terlalu ke depan (seperti yang terlihat dari grafis passing network di bawah ini) beberapa kali membuat Sevilla kehilangan arah ketika bola masih di area pertahanan mereka sendiri.

Gambar 2 - Jaringan operan Sevilla - Sumber: Wyscout

Kedua penyerang Valencia, Rodrigo Moreno dan Kevin Gameiro, langsung menekan kedua bek tengah Sevilla. Daniel Carriço dan Gabriel Mercado (selanjutnya diganti oleh Sergi Gómez pada menit ke-26 karena Mercado mengalami cedera) terpaksa mengoper bola terus-menerus kepada kedua full-back mereka yang sudah dijaga dan ditekan pula oleh dua winger Valencia.

Valencia sengaja menekan habis Sevilla hanya di wilayah pertahanan Sevilla karena ingin membuat Sevilla mengirimkan bola panjang ke depan. Dua penyerang Sevilla, Munir El Haddadi (tinggi badan 175 cm) dan Wissam Ben Yedder (170 cm), tidak memiliki tinggi badan menjulang dibandingkan Ezequiel Garay (189 cm) dan Gabriel Paulista (187 cm) untuk bisa memenangi duel bola udara.

Gambar 3 - Tekanan Valencia di wilayah pertahanan Sevilla

Tekanan Valencia ini sempat membuat Sevilla hampir kebobolan di menit ke-34. Seperti yang terlihat pada gambar kedua di atas, Carriço tak punya banyak pilihan untuk mengoper. Dia kemudian memberikan bola kepada Maxime Gonalons yang selanjutnya kehilangan bola karena ditekan oleh lawannya.

Namun meski ditekan, sebenarnya Sevilla lebih banyak menguasai bola, yaitu 60%. Mereka baru mulai menguasai bola pada babak kedua, ketika Valencia sudah unggul. Secara keseluruhan Sevilla berhasil membuat 16 tembakan (enam on target) dengan 11 di antaranya mereka catatkan pada babak kedua.

Ganti-Ganti Sisi Penyerangan Melalui Parejo dan Kondogbia

Tidak seperti Sevilla yang memanfaatkan flank sejak bola masih di pertahanan mereka sendiri, Valencia baru mengalirkan bola ke sayap setelah bola sampai ke kaki gelandang tengah mereka.

Gambar 4 - Jaringan operan Valencia - Sumber: Wyscout

Parejo dan Geoffrey Kondogbia berperan menjadi metronome operan Valencia. Parejo (menerima 35 operan, mengirimkan 46 operan) dan Kondogbia (menerima 38 operan operan, mengirimkan 36 operan) menjadi dua pemain Valencia yang paling banyak terlibat dalam permainan.

Bukan hanya mengoper kepada sesama (18 kombinasi operan), Parejo dan Kondogbia juga sering mengirimkan operan melebar ke wilayah flank. Valencia tak segan mengganti-ganti sisi penyerangan melalui kedua gelandang tengah mereka ini.

Proses terjadinya penalti Valencia lahir ketika mereka berusaha mengganti sisi penyerangan dari tengah ke sayap kanan, ke tengah lagi, dan kemudian ke sayap kiri. Pada gambar di bawah ini, bisa dilihat juga bagaimana Sevilla bertahan terlalu menyempit sehingga membuat full-back Valencia mendapatkan banyak ruang di flank.

Gambar 5 - Ilustrasi switch sides Valencia pada proses serangan yang menghasilkan penalti di akhir babak pertama

Pada gambar di atas, back four Sevilla terlalu rapat. Navas pun tak menjaga full-back lawan. Pergerakan José Luis Gayà yang tak termonitor, membuat Éver Banega melakukan pelanggaran karena terlambat melakukan track-back.

Sevilla Hanya Bisa Merespons Melalui Umpan Silang Tak Jelas

Tidak seperti Valencia yang terorganisir, Sevilla menyerang dengan sporadis. Statistik memang menunjukkan jika Sevilla menguasai bola sebanyak 60%. Mereka juga berhasil mencatatkan 16 tembakan (enam tepat sasaran). Namun serangan mereka sangat terprediksi.

Kredit perlu diberikan kepada cara Valencia bertahan. Mereka sangat disiplin. Pada saat Valencia kehilangan bola di wilayah pertahanan lawan misalnya, meski membuat Sevilla bisa melakukan serangan balik cepat, tapi Valencia masih bisa membuat setidaknya delapan pemain mereka bisa langsung mundur membantu pertahanan.

Hal ini yang membuat Sevilla tidak pernah benar-benar membahayakan gawang Valencia meski berhasil membuat 17 tembakan dan beberapa kali mendapatkan situasi serangan balik cepat.

Salah satu kebuntuan Sevilla pada pertandingan itu ditunjukkan dari statistik crossing mereka. Wyscout merekap Sevilla melakukan 36 umpan silang, tapi hanya enam yang tepat sasaran. Navas (5/14 crossing) dan Quincy Promes (3/10) menjadi pemain yang paling sering mengirimkan umpan silang.

Gambar 6 - Grafis umpan silang Sevilla - Sumber: Wyscout

Kesebelasan asuhan Caparrós terlalu sering melepaskan umpan silang yang tak jelas arah dan tujuannya. Cara ini tidak ampuh menghadapi Valencia yang baru kebobolan 23 kali (paling sedikit kedua di La Liga).

Kedisiplinan pertahanan Valencia membuat kedua bek tengah mereka, Garay dan Gabriel, sampai-sampai menjadi pemain yang paling sering melakukan clearance.

Garay berhasil membuat 11 clearance (enam menggunakan kepala). Gabriel membuat tujuh clearance (dua menggunakan kepala). Dari 40 sapuan yang dilakukan Valencia, hanya empat yang terjadi di luar kotak penalti mereka sendiri.

Bagi Sevilla sendiri, masuknya Franco Vázquez sempat membuat permainan mereka sedikit lebih baik. Namun itu tak cukup membuat Sevilla bisa menyamakan kedudukan, memang karena secara sistem taktik, penyerangan mereka terlalu sporadis.

***

Sekarang Valencia sudah tak terkalahkan dalam 16 pertandingan. Mereka menang sembilan kali dan mencatatkan nirbobol sembilan kali juga, dengan hanya kebobolan 10 kali. Pertahanan kuat mereka membuat serangan sporadis Sevilla bisa dimentahkan terus-menerus.

Sevilla bermain membosankan dan terprediksi. Seharusnya mereka bisa lebih baik dalam menghadapi kebuntuan daripada hanya mengandalkan umpan-umpan silang yang tak jelas. Kekalahan dari Valencia di Ramón Sánchez Pizjuán bukan hanya membuat Sevilla sulit lolos ke Liga Champions, melainkan juga menyoroti betapa mereka membutuhkan penyegaran juru taktik dari pinggir lapangan.


Simak opini dan komentar redaksi Panditfootball terkait jadwal Liga 1 yang belum juga rilis di Kamar Ganti Pandit lewat video di bawah ini:



Komentar