Pemain yang Lebih Sering Cruyff Turn daripada Johan Cruyff

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Pemain yang Lebih Sering Cruyff Turn daripada Johan Cruyff

Oleh: Andreas Situmorang*

Adam David Lallana. Lahir di kota St Albans pada 10 Mei 1988, dirinya menjadi salah satu bakat terbaik pesepakbola Inggris. Lallana memulai karier sepakbolanya bersama AFC Bournemouth. Pada usia 12 tahun, bakatnya tercium oleh scout Southampton. Lallana dipinang dengan nilai kompensasi 8 ribu paun, tidak murah tentunya bagi bocah seusianya.

Lallana mencatatkan debutnya bersama The Saints pada usia 18 tahun ketika menghadapi Yeovil Town dalam lanjutan Piala Liga Inggris. Dua tahun berselang, dia sudah menyegel tempat di starting eleven Southampton. Sayang rasanya pada tahun yang sama Southampton harus terdegradasi ke League One, divisi ketiga sepakbola Inggris. Namun ternyata hal tersebut menjadi awal dari kisah indah karier Lallana.

Musim berikutnya, Lallana membawa Southampton menjuarai Football League Trophy, atau sekelas Piala FA-nya kesebelasan divisi League One dan League Two. Sang gelandang kreatif mencetak sebiji gol dalam kemenangan 4-1 atas Carlisle United. Semusim kemudian, Southampton dibawa finis di peringkat kedua dan berhak meraih tiket promosi ke Divisi Championship. Namanya masuk ke dalam PFA Team of the Year League One. Penghargaan ini tentu sudah cukup untuk menggambarkan vitalnya peran sang gelandang kreatif.

Bersama Rickie Lambert dan Kelvin Davis, Lallana membuat sejarah dengan predikat back-to-back promotions, ketika membawa The Saints finis sebagai runner-up Divisi Championsip dan berhak atas tiket promosi ke Premier League. Lagi, namanya masuk ke dalam PFA Team of the Year. Lallana menjadi favorit di kalangan para penggemar. Sebuah chants dibuatkan untuknya. Liriknya bahkan cukup menarik, kurang lebih ada kata-kata “Adam Lallana makes Messi look s*ite”.

Cukup menarik bukan?

Musim 2012/13 menjadi musim pertama Lallana di Premier League. Dia didapuk sebagai kapten tim. Tampil baik kurang lebih sebulan Premier league berjalan, Lallana mendapatkan panggilan tim nasional pertamanya, walaupun pada akhirnya baru berhasil membuat debut setahun kemudian mengingat banyaknya gelandang kreatif Inggris di posisi yang sama.

Musim berikutnya, Lallana semakin gila dalam mengolah si kulit bundar. Fans Southampton tentu ingat dengan aksi solo run melewati lima pemain Hull City untuk kemudian mencetak gol dan membawa Southampton menang 4-1 dalam lanjutan Premier League.

Selanjutnya tentu saja, Lallana kembali terpilih masuk ke dalam PFA Team of the Year, disandingkan bersama superstar macam Eden Hazard, Yaya Toure, dan sang legenda Liverpool, Steven Gerrard. Namanya masuk dalam skuat Piala Dunia 2014 Timnas Inggris. Satu penampilan dibuatnya seiring performa Inggris yang jauh dari kata memuaskan. Mereka finis di dasar klasemen Grup D dengan satu poin.

Tak lama selepas Piala Dunia berakhir, Liverpool—runner-up Premier League kala itu—datang menawar sang gelandang kreatif. Tangisan fans The Saints mengiringi kepindahannya. Bagaimana tidak? Sebelumnya Lallana didaulat sebagai Southampton Players’ Player of the Year dan Fans` Player of the Year. Penghargaan yang menunjukkan betapa dicintainya Lallana oleh para fans dan rekan setimnya sendiri.

Pindah ke Liverpool

Awal kariernya bersama Liverpool tidak berjalan mulus. Lallana absen sebulan lamanya dan baru membuat debut di Bulan September ketika menghadapi Aston Villa. Perlahan tapi pasti, namanya mulai mengisi daftar starting eleven Liverpool.

Puncak kariernya terjadi berkat tangan dingin Jürgen Klopp, yaitu sejak akhir 2015. Tentu para fans ingat betul ketika Lallana mencetak gol penentu dalam kemenangan dramatis 5-4 di kandang Norwich City dalam lanjutan Premier League. Lallana berlari menuju Klopp yang hanyut dalam luapan emosi kebahagiaan. Bahkan kacamata Klopp menjadi korban dalam proses perayaan gol tersebut.

Lallana membawa The Reds ke final Piala Liga Inggris saat itu, menghadapi Manchester City. Namun sayang, namanya termasuk dalam eksekutor gagal penalti The Reds bersama Lucas Leiva dan Philippe Coutinho. Di akhir musim, kegagalan kembali menghampiri Lallana. Golnya memang berhasil membawa Liverpool lolos ke final Europa League, namun sayang Liverpool gagal setelah kalah 1-3 menghadapi Sevilla.

Tak ada kata menyerah baginya. Musim berikutnya, Lallana menjadi aktor penting di balik keberhasilan Liverpol dengan mengunci empat besar Premier League, dan berhak untuk kembali bermain di Champions League setelah The Reds absen dua tahun lamanya. Di musim yang sama pula dirinya terpilih sebagai Pemain Terbaik Inggris 2016. Dia mengalahkan Jamie Vardy yang sukses bersama Leicester City dan Wayne Rooney sang legenda Manchester United.

Namun penghargaan itu tampaknya menjadi karier tertinggi sang gelandang kreatif, setidaknya sampai sejauh ini. Musim 2017/18 menjadi musim yang mengerikan bagi Lallana. Waktunya banyak dihabiskan di ruang perawatan. Total Lallana hanya mencatatkan 15 penampilan.

Lallana kesulitan meraih level kebugaran yang layak bagi strategi gegenpressing Klopp, yang memusatkan pada daya tahan dan kecepatan. Dia sempat membuat harapan kepada para fans ketika tampil di awal tahun menghadapi Burnley dalam lanjutan Premier League. Tampil 85 menit, performanya diapresiasi dengan nilai 10 oleh para fans dan The Reds menang 2-1 kala itu.

Setelahnya, Lallana kembali terpinggirkan karena alasan yang sama. Dia kemudian menjadi pemain pengganti ketika Mohamed Salah mengalami cedera kontroversial dalam partai puncak Champions League 2018. Namun sayang semuanya terlihat biasa saja, tidak ada yang menarik dari penampilan sang pemain. Cedera tampaknya benar-benar merenggut kreativitas Adam Lallana.

Identik dengan Cruyff Turn

Musim ini tak ada ubahnya bagi Lallana. Kedatangan Naby Keita dan Xherdan Shaqiri memperkecil peluang sang gelandang kreatif. Semuanya berubah ketika pertandingan Premier League awal Februari lalu. Lallana dipercaya tampil dalam starter menghadapi West Ham United. Tampil 70 menit, penampilannya memang tidak berhasil membawa The Reds meraih 3 poin, namun ada yang spesial di hari itu. Ya, Lallana menampilkan kembali aksi terbaiknya, yaitu The Cruyff Turn.

The Cruyff Turn sendiri adalah trik melewati lawan dengan pengubahan posisi badan dan pemindahan kaki yang cepat. Aksi ini dipelopori oleh Johan Cruyff, legenda sepakbola Belanda pada Piala Dunia 1974 lalu. Adam Lallana terkenal akan aksinya ini. Itulah yang membuat dirinya spesial. Penikmat sejati sepakbola Liverpool pasti tahu persis soal kehebatan Lallana ini.

Hanya saja aksinya kadang berujung pada hilangnya momentum serangan The Reds karena sang pemain memilih untuk mempertunjukkan skill olah bolanya. Jamie Carragher menjadi salah satu yang mengkritik gaya bermain sang gelandang kreatif. Dalam forum diskusi, seorang fans bahkan bercanda bahwa Lallana melakukan The Cruyff Turn lebih banyak dibandingkan yang dilakukan Johan Cruyff sendiri.

Lallana sendiri tak tinggal diam. Dalam postingan Instagram terbarunya, dirinya berkata tidak terlalu memedulikan komentar orang-orang. Dia sendiri hanya ingin fokus terhadap performa tim dan dirinya sendiri. Sebagian besar fans tetap berada di belakangnya. Perannya tentu akan jadi krusial dalam pekan-pekan terakhir Premier League. Lallana tentu akan ada di sana ketika membongkar pertahanan rapat lawan dan menghadirkan gelar Premier League pertama The Reds. Saya sendiri memprediksi itu akan terjadi.

Begitulah sepenggal kisah Adam Lallana, pemain terbaik Inggris yang sempat terlupakan dan kini mendaki kembali jalan kesuksesannya. Penulis sendiri lebih memilih Lallana sebagai favorit semenjak Liverpool ditinggal sang kapten, Steven Gerrard, bukan nama besar Mohamed Salah ataupun sang mantan, Philippe Coutinho. Tak salah juga kalau kita menyebut Adam Lallana sebagai Johan Cruyff-nya sepakbola Inggris.


*Penulis adalah seorang pendukung Liverpool sejak bangku Sekolah Dasar. Berasal dari Pematangsiantar, Sumatera Utara. Saat ini berkuliah di Universitas Brawijaya Malang Jurusan Teknik Elektro. Bisa dihubungi lewat akun Instagram @andreasitumorang_

**Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis melalui kolom Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.

Komentar