Hakeem al-Araibi: Tolong Aku

Berita

by redaksi

Hakeem al-Araibi: Tolong Aku

Hakeem al-Araibi berencana mengisi waktu liburan kompetisi dengan berlibur bersama sang istri ke Thailand. Pemain Pascoe Vale FC ini terbang bersama sang istri ke Bangkok pada 27 November 2018. Nahas, begitu sampai di Bandar Udara Suvarnabhumi, dia malah digelandang pihak keamanan setempat dan terancam diekstradisi ke negara kelahirannya, Bahrain. Ini bisa jadi nasib buruk baginya.

Hakeem berstatus pengungsi di Australia. Kejadiannya bermula pada 2012 ketika dirinya divonis terlibat dalam perusakan kantor polisi. Ketika itu ia ditangkap kepolisian atas pengakuan saudaranya, Emad, yang lebih dulu ditangkap. Hakeem yang ketika itu berusia 19 tahun ditangkap ketika hendak menyaksikan pertandingan antara Barcelona melawan Real Madrid di sebuah kafe.

Tapi Hakeem membantah telah melakukan perusakan tersebut. Dia punya alibi bahwa pada waktu kejadian, dia sedang menjalani pertandingan, bahkan disiarkan di televisi. Ketika itu dia membela Al-Shabab yang bertanding di Stadion Al-Muharraq.

Walaupun begitu, pihak interpol Bahrain tidak memercayainya. Pernyataan saksi yang merupakan rekan setimnya, tayangan dari Bahrain Sport Channel 1, juga bukti-bukti lain tidak cukup membuatnya bebas. Interpol menilai perusakan terjadi pada pukul 8 malam, sementara pertandingan selesai 40 menit sebelum perusakan terjadi, sehingga ada waktu yang dianggap bisa membuat Hakeem terlibat.

Hakeem ditahan selama tiga bulan untuk diinterogasi. Setelah dibebaskan, dia mencari suaka ke beberapa negara. Perjalanannya dimulai dari Iran, Malaysia, Thailand, sampai akhirnya mendarat di Australia pada 2014. Di Australia dia melanjutkan kariernya sebagai pesepakbola, walau hanya semi-profesional.

Bahrain kembali mencarinya ketika Hakeem buka suara tentang negara asalnya itu. Pada media Jerman, ARD, seperti yang dinukil New Arab, dia bercerita bahwa selama ditahan, dia disiksa oleh pihak penginterogasi. "Mereka menghabiskan tiga jam untuk melukai kakiku sambil berkata `kami akan menghancurkan tulangmu, menghancurkan masa depanmu sampai kamu tidak akan pernah bisa bermain bola lagi.`"

Karena pernyataannya itu, kasus lama Hakeem kembali diangkat pihak interpol Bahrain. Dia divonis 10 tahun penjara atas tuduhan perusakan kantor polisi pada 2012. Pihak Bahrain pun meminta Australia agar bisa "memulangkan" sang pemain yang telah berstatus buronan. Tapi pihak Australia enggan melakukannya setelah pengakuan Hakeem berbeda dengan yang dituduhkan.

Merasa aman di Australia, Hakeem semakin lantang menyuarakan suaranya tentang borok pemerintahan Bahrain yang tidak pro pada muslim Syiah. Pada 2016, dia menuding Sheikh Salman bin Al-Khalifa yang merupakan anggota keluarga kerajaan Bahrain merupakan sosok di balik kejadian tersebut. Hakeem menambahkan bahwa Sheikh Salman mendiskriminasi atlet-atlet muslim Syiah juga kerap menghukum atlet-atlet yang pro demokrasi sejak 2011. Sejak saat itu seruan Bahrain pada Australia untuk mengekstradisinya semakin berdengung.

Alih-alih dipulangkan, Australia justru semakin melindungi Hakeem. Pada 2017 ia resmi mendapatkan status pengungsi sehingga keamanannya terjamin selama di Australia. Sialnya ketika dia ke Thailand, pihak Bahrain mengetahui hal tersebut dan meminta keamanan Thailand untuk langsung mengamankannya.

"Aku tidak melakukan apa-apa di Bahrain. Aku tidak melakukan apa-apa di Thailand. Aku juga tidak melakukan apapun di Australia. Kenapa mereka mengunciku seperti ini? Tolong aku, aku mohon. Di Bahrain, tidak ada hak asasi manusia dan keamanan untuk orang sepertiku," ujar Hakeem, dinukil dari The Guardian.

"Bahrain ingin memulangkanku karena mereka ingin menghukumku gara-gara aku berbicara ke media tentang bagaimana Sheikh Salman sebagai orang yang sangat jahat, yang mendiskriminasi muslim Syiah. Aku takut dipulangkan ke Bahrain karena 100% mereka akan menahanku, menyiksaku lagi, mungkin sekarang mereka akan membunuhku."

Selama ditahan, kedua tangan dan kaki Hakeem diborgol. Dia berada di situasi terburuk dalam hidupnya. Jika pulang ke Bahrain, kemungkinan kariernya akan tamat.

Pemerintah Australia bergerak cepat dengan meminta pihak Thailand memulangkan Hakeem ke Australia dibanding ke Bahrain. Thailand sempat mengatakan akan memulangkan Hakeem ke Australia pada 4 Desember atau sepekan setelah penahanannya. Tapi kemudian penahanan pemain yang pernah sekali bermain untuk Timnas Bahrain ini ditangguhkan hingga 60 hari. Thailand menunggu putusan pengadilan apakah Hakeem akan dipulangkan ke Bahrain atau Australia. Bahrain diberi waktu hingga Jumat (8/2) untuk melengkapi dokumen-dokumen yang akan diserahkan pada pengadilan.

Sementara itu, dukungan untuk membebaskan Hakeem dan memulangkannya ke Australia terus bergaung di Negeri Kangguru tersebut. Asosiasi Pesepakbola Profesional Australia (PFA) meminta agar Hakeem mendapatkan amnesti dan segera dibebaskan.

Sejumlah suporter pun tak tinggal diam. Spanduk-spanduk bertuliskan "Save Hakeem" terpampang jelas sebagai dukungan untuk pemain yang berposisi sebagai bek tengah tersebut.

foto: The Nation

[ar]

Komentar