Sutradara Baru Pentas Teater Impian

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Sutradara Baru Pentas Teater Impian

Oleh: Aditiya Heri Permana*

Theatre of Dream atau Teater Impian, merupakan sajian teater legendaris yang mampu menghibur para penikmatnya. Setidaknya sampai pertengahan tahun 2013, pentas yang ditampilkan oleh si sutradara panggung tersebut masih menjadi pentas yang paling diminati di Inggris, bahkan di seantero Eropa.

Selama lebih dari dua dekade, sutradara di balik kesuksesan pentas Teater Impian adalah “Pria Tua Pengunyah Permen Karet” asal Skotlandia. Tahun 2013 merupakan tahun terakhir Pak Tua menjadi sutradara, Pak Tua memilih untuk pensiun dan memercayakan panggung teater kepada seorang pemuda yang juga berasal dari Skotlandia, yang dijuluki “The Chosen One” oleh Pak Tua.

Sebenarnya, Pak Tua tidak hanya mewariskan panggung untuk Si Pemuda. Asisten Sutradara Pak Tua juga sudah diberi mandat untuk mendampingi Si Pemuda dalam memberi arahan kepada aktor-aktor yang mentas di Teater Impian. Tetapi dengan angkuhnya, Si Pemuda lebih percaya kepada asisten pribadinya, yang sudah bekerja sama selama bertahun-tahun saat mereka mengelola teater dari daerah Merseyside Biru.

Setelah ditinggal oleh Pak Tua beserta asistennya, aktor-aktor teater impian malah seolah kebingungan. Entah mereka belum paham dengan skenario yang diinginkan oleh Sutradara Muda, atau memang skenarionya bermasalah, tak layak untuk ditampilkan di panggung semegah Theatre of Dream.

Pelan tapi pasti, pentas yang ditampilkan di Teater Impian tidak lagi menarik seperti tahun-tahun sebelumnya. Bahkan sajian Teater Impian mulai menjadi bahan olok-olok di kalangan penikmat teater seantero dunia. Mereka mulai melirik sajian-sajian lain yang lebih menarik, seperti teater dari Merseyside Merah. Bahkan sajian teater yang ditampilkan oleh tetangga sekota malah menjadi yang terbaik di seantero Inggris pada 2014. Akhirnya, kesabaran produser Teater Impian pun mulai habis. Sang sutradara muda melepas jabatannya di pentas Teater Impian.

Setelah si pemuda pergi, ekspektasi terhadap pentas Teater Impian kembali melambung tinggi. Apalagi jabatan sutradara saat itu dipegang oleh seorang meneer berpengalaman asal Belanda.

Namun ekspektasi tak sesuai dengan realita. Selama dua tahun menjadi sutradara, sang meneer hanya sanggup mempersembahkan satu gelar saja. Itu pun tidak terlalu bergengsi. Bahkan, tak sedikit pengamat teater berpendapat bahwa pentas yang disuguhkan oleh sang meneer terlampau membosankan. Masa kerja sang meneer pun berakhir di musim panas 2016.

Selanjutnya, jabatan sutradara Teater Impian diberikan kepada Si Orang Spesial asal Portugal. Tak heran orang ini disebut spesial karena teater garapannya sudah sering meraih prestasi, baik di tingkat domestik maupun tingkat Eropa. Bahkan, Pak Tua asal Skotlandia pun pernah ia permalukan di atas panggungnya sendiri.

Popularitas Si Orang Spesial ini memang tinggi. Tak sedikit aktor-aktor tenar dari seluruh penjuru Eropa ingin mentas di Theatre of Dream hanya karena ingin bekerja sama dengan Si Orang Spesial ini. Popularitas Si Spesial memang dimanfaatkan betul oleh pihak produser, berbekal kucuran dana yang besar. Aktor-aktor tenar dengan bayaran mahal sukses dirayu untuk menjadi bagian dari Teater Impian.

Di tahun pertama, grup teater garapan Si Spesial berhasil meraih tiga penghargaan, dua di level domestik, dan satu lagi di level kontinental. Meskipun ketiga gelar tersebut bukan merupakan gelar yang paling prestisius, tetapi Si Orang spesial setidaknya telah mengembalikan pamor Teater Impian menjadi sedikit lebih baik.

Tahun kedua pun dimulai, harapannya Teater Impian mampu menyuguhkan sajian yang menghibur serta meraih gelar paling prestisius, setidaknya di level domestik. Akhirnya prestasi di musim panas 2018, Teater Impian sukses meraih gelar “juara kedua” dalam kompetisi paling prestisius di Inggris Raya. Akan tetapi, penikmat teater dan produser tetap belum puas, apalagi yang menjadi juaranya adalah teater garapan tetangga.

Memasuki tahun ketiga, Si Orang Spesial tak lagi spesial. Teater Impian yang dulu sangat disegani saat masih disutradarai oleh Pak Tua, kini bagaikan sebuah pentas teater medioker. Plot cerita yang disajikan oleh Si Spesial terlalu mudah ditebak para penikmat teater. Saking membosankannya tak jarang para penikmat teater malah larut dalam mimpi ketika menyaksikan para aktor Teater Impian mentas di panggung.

Tak hanya penikmat teater, produser pun mulai geram dengan kinerja Si Sutradara Spesial. Pihak produser menganggap aktor-aktor Teater Impian saat ini cukup kompeten untuk menampilkan sajian yang menghibur penonton. Tapi Si Spesial tetap teguh dengan pendiriannya, dengan menampilkan plot cerita klasik, yang mudah ditebak. Bahkan beberapa aktor sudah ogah-ogahan kala harus mentas dengan plot yang tak mereka sukai.

Puncaknya, di musim dingin 2018, pihak produser pun memutus kontrak kerja Si Orang Spesial. Sudah tiga sutradara mencoba peruntungannya di panggung Teater Impian, dan ketiganya dicap gagal dalam menampilkan sajian teater yang menarik. Lantas, siapakah orang yang mau mengambil risiko dengan menjadi sutradara keempat sepeninggal Pak Tua?

Hanya beberapa hari setelah Si Spesial dipecat, Produser Teater Impian berani memberi jabatan “Sutradara Sementara” pada seorang pria Norwegia. Orang ini sudah tak asing lagi di kalangan penikmat Teater, karena ia pernah menjadi aktor tenar di panggung Teater Impian kala masih disutradarai oleh Pak Tua. Produser juga mengambil keputusan tepat, dengan merekrut kembali Asisten Pak Tua untuk mendampingi Pria Norwegia.

Tak sedikit yang mencibir keputusan pihak produser, mengingat pengalaman Pria Norwegia sebagai sutradara masih sangat minim. Tapi banyak juga yang mendukung keputusan produser, mengingat kesuksesan Pria Norwegia sebagai aktor juga sudah melegenda di Panggung Teater Impian, ditambah dengan kembalinya Asisten Pak Tua.

Saat tulisan ini ditulis, sudah sekitar sebulan Pria Norwegia menjabat sebagai sutradara sementara, banyak orang berpendapat bahwa jabatan “Sutradara Sementara” tak lagi cocok untuk si Norwegia, karena ia lebih layak untuk mendapatkan jabatan sutradara tetap.

Tak bisa dimungkiri, aktor-aktor Teater Impian sukses diarahkan untuk memberi yang terbaik saat mentas di atas panggung. Penikmat sajian Theatre of Dream sukses dibuat larut dalam euforia. Bahkan orang-orang yang sudah memutuskan untuk berhenti menjadi penikmat lakon Teater Impian kini berbondong-bondong kembali menyaksikan pentas teater garapan Pria Norwegia.

Entah faktor apa yang membuat aktor-aktor Teater Impian mampu menampilkan penampilan terbaiknya. Entah karena mereka tersihir dengan kisah Si Norwegia saat tampil dalam pentas berlatarkan kota Barcelona tahun 1999, atau mungkin karena bantuan Si Asisten yang paham betul bagaimana dulu Pak Tua memberi arahan. Entah apa alasannya, yang jelas, lakon yang disajikan Theatre of Dream kini kembali menarik dan layak untuk disaksikan semua kalangan.

Sedikit spoiler bagi Anda yang tertarik untuk kembali menyaksikan pentas Teater Impian: Akan ada skema serangan balik cepat yang berujung gol, kemungkinan lebih dari satu gol. tapi jangan salah sangka, sutradara dari pentas yang menghibur ini bukan lagi Pak Tua Skotlandia, tapi baby face assassin asal Norwegia, yang kemudian diketahui bernama Ole Gunnar Solskjaer.


*Penulis merupakan mahasiswa IPB sekaligus penikmat setia lakon Theatre of Dream. Bisa dihubungi melalui akun Twitter di @mang_adit_hp

**Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis melalui kolom Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.

Komentar