Apakah Bonek akan Memilih Jalan Sunyi?

Cerita

by Redaksi 17

Redaksi 17

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Apakah Bonek akan Memilih Jalan Sunyi?

Sepakbola tanpa suporter hambar. Suporter tanpa sepakbola hampa.

Bonek iku level e sufi, ra ono bal balan yo ra popo (Bonek itu levelnya sufi, tak ada sepakbola ya tak apa-apa),” ujar Mohammad Ilham, wartawan JawaPos, saat kami berbincang di sebuah hotel di Jakarta Selatan.

"Sebagai wartawan, saya pernah menulis atau mengedit berita yang berisi kritik ataupun pujian nyaris kepada semua tim di Indonesia. Semua senang dipuji, tapi hanya Bonek yang benar-benar menerima dan belajar dari kritik. Itulah level yang tinggi. Klubnya dikritik tidak marah, tapi ikut mendorong agar timnya memperbaiki diri. Banyak yang terjadi di fans lainnya, manajemen timnya yang dikritik, eh, fansnya yang marah. Itu yang membedakan level setiap suporter," tambahnya.

Obrolan soal Bonek ini muncul ketika kami membahas soal investigasi JawaPos terkait mafia bola.

Persebaya disangka terlibat pengaturan skor saat berhadapan dengan Kalteng Putra. Pada pertandingan itu Persebaya kalah 0-1 oleh Kalteng Putra pada laga terakhir babak 16 besar Liga 2 musim lalu di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, pada 12 Oktober 2017.

Sebenarnya isu “terlibat”-nya Persebaya Surabaya dengan pengaturan skor (match-fixing) sempat terucap oleh Mr. X pada Mata Najwa “PSSI Bisa Apa, Jilid 2”. Saat itu saya melihat respons Andie Peci melalui cuitannya soal turun divisi (degradasi) bukan masalah. Katanya Bonek sudah teruji puasa nonton bola bertahun-tahun. Penegakan hukum tak boleh pandang bulu, termasuk kepada kesebelasan yang kita cintai, ujar Cak Andi di cuitan lainnya.

Apakah respons Cak Andi juga diamini sebagian besar fans Persebaya? Hanya rekan-rekan Bonek yang bisa menjawabnya. Jika iya, alangkah luar biasanya Bonek. Mereka tak sekadar “suporter joget”, yang memilih tetap berjoget dan selalu terus berharap kesebelasan idolanya menang, bagaimana pun caranya.

Baca juga: Surat untuk Persebaya

Menilik fanatisme, Bonek memang tak bisa dianggap remeh. Perlahan mereka memupus stigma negatif terhadap ulah para oknum. Meski sampai sekarang tetap saja ada yang “nakal”, tapi ada lebih banyak catatan positif daripada catatan negatif.

Soal penjualan jersi misalnya. Persebaya berhasil menjual 21 ribu jersi mereka, lebih tinggi dari Persib yang 15 ribu.

Lalu soal jumlah penonton, Persebaya Surabaya mencatatkan rekor sebagai kesebelasan dengan jumlah penonton terbanyak di Liga 1. Dalam 17 laga kandang Persebaya, ada 485.328 penonton yang hadir. Jumlah itu mampu mengungguli raihan laga kandang kesebelasan kampiun Liga 1 2018, Persija Jakarta. Menurut Bola, Macan Kemayoran mengumpulkan 374.996 penonton dalam 17 laga kandang.

Bonek Walk-Out Saat Bertemu Presidennya

Deraan cobaan menghantam manajemen Persebaya akhir pekan kemarin. Setelah “dihajar” JawaPos lewat pemberitaannya, siang hari saat acara Meet the President, perwakilan suporter Persebaya dari empat tribune Gelora Bung Tomo melakukan walk-out pada acara tersebut.

Acara itu sebenarnya adalah acara untuk dengar keluh kesah kedua belah pihak. Namun ternyata empat perwakilan tribune merasa manajemen tidak mengakomodir pertanyaan-pertanyaan suporter. Dari acara-acara terdahulu juga memang acara ini dikritik terlalu one-man show untuk sang presiden.

Akhirnya Bonek memilih keluar.

Seyogyanya suporter dan kesebelasan harus saling bersinergi. Karena sepakbola tanpa suporter hambar. Suporter tanpa sepakbola hampa. Namun mungkin itu tak berlaku di Surabaya. Empat tahun mereka menjalani hidup tanpa teriakan dukungan dari tribune.

“Coba saya tanya, suporter mana yang nggak punya klub tapi tetap latihan chant dan koreo?” tanya Cak Ilham beberapa waktu lalu.

Kembali ke soal isu match-fixing yang berkembang yang memunculkan nama Persebaya, cuitan di media sosial setelah isu "Anak Papa", muncul isu bantuan lolos ke Liga 1 itu berharga 800 juta rupiah. Semua harus diungkapkan tuntas oleh Satgas Anti-Mafia Bola dan PSSI, sehingga tak lagi hanya jadi obrolan tanpa bukti yang selalu dilempar dan memancing perseteruan di media sosial.

Sejauh ini, kasus mafia bola semakin menunjukkan kalau tak ada anak emas, semua kesebelasan (terutama Liga 1) adalah korban mafia bola. Maka dari itu kita harus menghilangkan stigma "dibantu mafia" agar bisa memberantas ini, karena yang juara atau menang pun korban. Suporter tak perlu menutup diri kepada kemungkinan terburuk (tim yang didukungnya dihukum degradasi, misalnya).

Kemudian kalau benar ada bukti Persebaya terlibat pengaturan pertandingan, apakah degradasinya Persebaya membuat Bonek merasa di-dzolimi? Dalam hati kecil saya menjawab tidak. Bonek tampaknya akan dengan wani menghadapi sanksi tidak menonton Persebaya di Liga 1 lagi. Mereka sudah siap memilih jalan sunyi. Jalan yang tak banyak orang berani melewati.

Komentar