Simpang Siur Lisensi Kepelatihan Simon McMenemy

Berita

by redaksi

Simpang Siur Lisensi Kepelatihan Simon McMenemy

Simon McMenemy ditunjuk menjadi pelatih Tim Nasional Indonesia setelah Bima Sakti Tukiman gagal membawa Indonesia berprestasi pada ajang Piala AFF 2018 lalu. Ternyata penunjukan pelatih asal Skotlandia itu mendapatkan sorotan dari pelatih asal Inggris, Peter Butler. Peter yang di Liga 1 2018 melatih Persipura Jayapura dan kemudian PSMS Medan ini mempertanyakan keputusan PSSI menunjuk Simon.

Dalam laporan beberapa sumber, Peter mengatakan jika McMenemy tidak layak melatih Indonesia karena lisensinya dianggap kurang tepat untuk melatih timnas senior. Selain itu, McMenemy juga dianggap gagal saat menangani Timnas Filipina.

"Dia tak ada lisensi pro, itu gila. Dia mengarang prestasi dan kualifikasinya. Tak ada pengalaman pegang tim nasional, itu pun tiga bulan saja pegang tim Filipina. Tiga bulan saja sebelum mereka pecat dia karena tak ada lisensi," tutur Peter seperti yang ditulis Bola Sports yang mengutip dari Tribun Medan.

"Saya hanya berpikir tidak adil ketika para pelatih melalui hal dan tahapan panjang untuk dapatkan lisensi, namun orang tertentu hanya melalui koneksi bisa melangkahi proses itu. Tidak ada urusan dengan itu (kemungkinan Peter menginginkan pos pelatih timnas). PSSI sudah menyatakan semua pelatih asing harus mengantongi lisensi pro. Mungkin peraturan di PSSI berbeda. Tapi saya ragukan itu," sambungnya.

Di satu sisi apa yang dikatakan Peter benar, di sisi lain salah. Simon memang dipecat Filipina karena lisensinya tidak memenuhi kualifikasi, di mana ketika itu baru memegang lisensi UEFA B. Tapi Simon di Filipina tidak hanya tiga bulan seperti yang dikatakan Peter, melainkan empat bulan setengah.

Walau begitu, PSSI sendiri tidak mempermasalahkan lisensi yang dimiliki McMenemy. Mereka mengetahui kalau McMenemy hanya memiliki lisensi A AFC (pernyataan Gatot Widakdo, media relation PSSI, yang mengatakan Simon memiliki A UEFA pada Kompas keliru). Menurut PSSI, lisensi itu sudah cukup buat melatih Timnas Indonesia.

"[Simon punya] lisensi A AFC. Simon sudah dua musim di Bhayangkara dengan lisensi A. Intinya untuk timnas tidak ada masalah," ujar Wakil Ketua Umum PSSI, Joko Driyono, saat kami hubungi. "Simon on progress (modular) UEFA Pro."

Peter Butler, ketika kami hubungi, mengonfirmasi pernyataannya soal Simon. "Seperti yang saya bilang, McMenemy tidak punya lisensi UEFA Pro yang diterbitkan federasi sepakbola Inggris (FA). Dia hanya punya lisensi AFC B atau A. Satu-satunya pelatih berlisensi UEFA dari Inggris cuma saya. Minggu lalu saya dengar dia sudah punya UEFA Pro, sekarang AFC A? Hmm..."

Soal lisensi dan pengalaman melatih Simon McMenemy ini ada beberapa keanehan di mata Peter Butler.

Pertama, nama Simon McMenemy tidak dikenal di Inggris. Kedua, tidak ada satupun orang federasi sepakbola Inggris yang mengenal Simon McMenemy. Dalam laman biografi simonmcmenemy.com, di sana tertulis bahwa Simon McMenemy punya sejumlah pengalaman melatih di Inggris, termasuk saat bekerja sama dengan pemain-pemain top seperti Lucas Leiva, Alexandre Pato, Gennaro Gattuso, Cesc Fabregas, Theo Walcott, Robbie Keane, sampai Ronaldinho.

"Siapa yang memberikannya lisensi UEFA? Tidak ada yang mengenalnya di Inggris. Dia tidak pernah bermain atau melatih secara profesional di sana," tutur Peter.

Ketiga, ketidakmungkinan naik level kepelatihan dengan lintas federasi seperti yang dikatakan Joko Driyono pada kami. Peter tahu betul bagaimana proses mendapatkan lisensi UEFA Pro karena dia sudah memilikinya sejak 2011 dan kali ini menurutnya prosesnya pun tidak jauh berbeda.

"Dia tidak bisa lompat ke UEFA Pro setelah memiliki Lisensi AFC. Dia harusnya mengikuti modul AFC. FA Inggris tidak akan menerimanya, dia harus mengonversikannya ke UEFA A dulu. Ini tidak benar. Saya melalui itu semua dan menjalani sistem ini. Tidak mungkin mengerjakan modular dari AFC A ke UEFA Pro," kata pelatih yang pernah menukangi Persiba Balikpapan tersebut.

"Dia harus mengikuti syarat AFC atau dia mengulang kursus kepelatihan Lisensi A dia dan dalam pengajuannya itu tidak mudah. Butuh dua tahun. Saya punya mantan pemain yang sudah bermain lebih dari 500 pertandingan, dan dia masih dalam daftar tunggu Lisensi UEFA Pro. Saya juga punya teman yang harus menunggu satu tahun untuk mengikuti kursus Lisensi Pro."

Ketika dikonfirmasi kembali pada Joko Driyono terkait status on progress UEFA Pro, pria yang akrab disapa Jokdri tersebut mengoreksinya.

"Saya cek ulang. Apakah Simon ambil AFC Pro atau UEFA Pro? Yang pasti equality-nya confirm. Jika ada tambahan syarat, misalnya RECC, mungkin sudah diajukan," jawab Jokdri.

RECC adalah Recognition of Experience and Current Competence. Ini adalah sistem untuk mendapatkan rekognisi untuk melatih atau menjadi instruktur bagi individu-individu yang punya pengetahuan dan pengalaman praktik dan/atau punya kualifikasi melatih di luar yuridiksi AFC sehingga bisa memiliki kesamaaan dengan syarat yang harus dipenuhi oleh sertifikasi AFC.

Dalam skop regulasi RECC sendiri tertuang bahwa "setiap individu boleh mengajukan untuk mendapatkan Rekognisi jika mereka yakin bahwa pengetahuan sepakbola, pengalaman praktik, dan/atau kualifikasinya mereka saat ini yang didapat dari Konfederasi atau Asosiasi Sepakbola lain setara atau melampaui batas minimal kebutuhan untuk Sertifikasi AFC tertentu". Kemungkinan, inilah yang bisa membuat Simon lintas federasi dari A AFC untuk mendapatkan UEFA Pro, atau dari UEFA B ke AFC A.

Di sisi lain, Peter sendiri menjelaskan pada kami tentang maksud dari pernyataan yang ia buat di media sebelumnya. Dirinya sempat mempertanyakan soal syarat pelatih asing di Indonesia yang wajib memiliki lisensi Pro, sementara tak banyak pelatih berlisensi UEFA Pro di Indonesia.

"Aturan di PSSI untuk pelatih asing yang melatih di Indonesia (di Liga 1) harus memegang lisensi Pro, sementara pelatih lokal harus punya lisensi A. Apakah McMenemy sudah menjadi Warga Negara Indonesia? Apakah kamu tahu perbedaan antara pelatih asing dan lokal? Tapi mungkin ada perubahan di elite kepelatihan federasi sepakbola dalam beberapa tahun terakhir tentang ini. Saya yakin kalau kamu bertanya pada federasi kamu akan mendapatkan informasi yang kamu butuhkan."

Joko Driyono sendiri mengatakan bahwa tidak ada perubahan soal aturan lisensi pelatih asing di Indonesia, khususnya yang melatih di Liga 1. Per Liga 1 2017, para pelatih asing boleh melatih di Liga 1 selama mereka punya lisensi yang setara dengan A AFC sebagaimana batas minimal pelatih lokal dalam melatih kesebelasan Liga 1.

Lebih jauh, Peter sebenarnya hanya ingin mengatakan kalau Timnas Indonesia butuh pelatih yang lebih berpengalaman dari Simon. Meskipun begitu, Peter tetap berharap Simon bisa sukses di Timnas Indonesia.

"Yang saya katakan adalah siapapun pelatih Timnas Indonesia, saya harap dia bisa memberikan kesuksesan untuk Timnas Indonesia. Saya pernah melatih Timnas Botswana selama 3,5 tahun dan saya membawa mereka ke peringkat 87 FIFA dengan skuat muda, tidak seperti Timnas Indonesia yang berada di peringkat 159 sekarang ini."

"Sebagai pelatih yang melatih para pemain Indonesia, saya harap Timnas Indonesia juga bisa seperti itu. Tapi mereka butuh pelatih dengan pengalaman yang sesuai. Penunjukan McMenemy, dia belum punya pengalaman itu. Tapi tetap saya berharap timnas dan Simon bisa sukses di setiap ajang dan Simon benar-benar bisa mendapatkan Lisensi Pro-nya," ujar pelatih yang gagal menyelamatkan PSMS Medan dari degradasi tersebut.

Soal kewajiban pelatih di Indonesia memiliki lisensi Pro, PSSI baru merencanakan hal itu terlaksana pada 2020, di mana pelatih asing pun wajib punya lisensi setara. Pelatih Indonesia belum ada satupun yang memiliki lisensi tersebut. Sementara untuk pelatih asing, hanya Dejan Antonic dan Peter Butler yang memiliki UEFA Pro. Pelatih Amerika Latin seperti Alfredo Vera, Mario Gomez, Gomes de Oliviera, adalah pelatih berlisensi A, tapi negara mereka diakui FIFA sebagai negara sepakbola sehingga lisensi A mereka setara Pro.

Pada April 2018 lalu, ada 18 pelatih Indonesia yang sebelumnya sudah mengikuti kursus AFC Pro. Beberapa di antaranya adalah Djajang Nurjaman, Rahmad Darmawan, Iwan Setiawan, Tony Ho, Wolfgang Pikal, Joko Susilo, Indra Sjafrie, Widodo Cahyono Putro, Nil Maizar, dan Emral Abus. Berhasil atau tidaknya mereka mendapatkan lisensi AFC Pro akan ditentukan pada pertengahan 2019 mendatang karena kursus kepelatihan ini berlangsung hampir satu tahun lamanya.

"Cukup bagus buat orang seperti Tony Ho, yang merupakan asisten saya di Persipura, yang sedang mendapatkan Lisensi A dan Pro-nya. Tony gemar mempelajari permainan dan saya sangat mendukung para pelatih Indonesia berjuang mendapatkan lisensi, itu bagus buat permainan di Indonesia. Saya yakin Indonesia punya potensial dan saya harap permainan di sini bisa terus berkembang sehingga bisa menjadi lebih kuat," tutupnya.

Jadi apakah Simon McMenemy berbohong soal lisensi yang dimilikinya? Yang bersangkutan belum memberi komentar. Tapi berdasarkan dokumen yang diperlihatkan Joko Driyono pada kami, Simon benar-benar memiliki Lisensi AFC A, sehingga ia memang bisa melatih Timnas Indonesia. Akan tetapi soal pengalamannya melatih dan soal lisensi UEFA atau UEFA Pro yang akan dimilikinya, ini masih simpang siur sampai yang bersangkutan bersedia buka suara.

Foto: Simon McMenemy

[ar]

Komentar