Menanti Kejutan Al Ain di Piala Dunia Antarklub

Cerita

by redaksi

Menanti Kejutan Al Ain di Piala Dunia Antarklub

Sejak awal terbentuknya Piala Dunia Antarklub pada 2000, panitia penyelenggara selalu mengundang para juara “Liga Champions” dari masing-masing benua. Mulai dari juara Liga Champions Eropa sampai Liga Champions Oseania.

Total ada enam juara benua (atau konfederasi) ditambah kesebelasan tuan rumah yang menjadi juara di negaranya sendiri. Pada Piala Dunia Antarklub 2018 ini, Al Ain adalah kesebelasan tersebut.

Bukan hanya menjadi kesebelasan penggembira, Al Ain yang diperkuat oleh Marcus Berg (Swedia), sejauh ini berhasil menembus semifinal Piala Dunia Antarklub 2018. Pada babak play-off, mereka mengalahkan Team Wellington dengan skor 3-3 (adu penalti menang 4-3). Sementara di perempat final mereka mengalahkan Espérance de Tunis dengan skor 3-0.

Berikutnya mereka akan menghadapi River Plate di semifinal pada Selasa (18/12) malam WIB.

Didukung Kerajaan

Al Ain sukses menjadi perwakilan Uni Emirat Arab (sebagai tuan rumah) di Piala Dunia Antarklub 2018 setelah mereka menjadi pemuncak klasemen Arabian Gulf League di akhir musim lalu. Selain menjadi juara, Marcus Berg juga didaulat sebagai top skor liga dengan 25 gol.

Ada keuntungan lain yang mereka dapatkan selain gelar juara, mereka bisa lolos langsung ke babak grup Liga Champions Asia. Di Piala Dunia Antarklub, mereka memulainya dari babak play-off.

Perlu diketahui, Al Ain resmi mengunci predikat juara setelah berhasil mengumpulkan total 53 poin dari 22 penampilan; berbeda tujuh angka dari Al Wahda yang berada di posisi kedua.

Namun hal itu berbeda ketika musim 2016/17 di mana Al Ain terseok-seok. Mereka tercecer di urutan keempat. Tertinggal 13 angka dari Al Jazira yang menjuarai liga, yang juga lolos ke Piala Dunia Antarklub tahun lalu.

Salah satu hal menarik, catatan kebobolan Al Ain (37 dibobol) hanya lebih baik dari Al Wahda (40 gol) jika dibandingkan dengan kesebelasan enam besar lainnya. Hal buruk yang dicatatkan lini pertahanan Al Ain justru berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan barisan penyerangan mereka. Mereka menjadi yang terbaik kedua di liga dengan torehan 58 gol (Al Jazira 72 gol).

Al Ain adalah kesebelasan yang masih berusia “muda” jika dibandingkan kesebelasan-kesebelasan Asia lainnya. Mereka baru terbentuk di tahun 1968. Namun meski umur yang relatif pendek, raksasa Uni Emirat Arab tersebut sudah mendapatkan banyak pencapaian tinggi, baik di dalam maupun luar negeri.

Terletak di kota Al Ain yang indah, kesebelasan ini menjadi yang paling sukses dalam sejarah liga domestik UEA. Mereka meraih total 32 trofi di semua kompetisi, 13 gelar liga, enam Piala Presiden, tiga Piala Federasi, satu Piala Teluk Arab, lima Piala Super, dan yang paling penting adalah juara Liga Champions Asia 2003.

Sebenarnya di tahun 2005 dan 2016 Al Ain bisa saja menambah torehan gelar Liga Champions Asia. Sayangnya dewi fortuna belum berpihak kepada mereka. Dua kali masuk final dan dua kali pula mereka kalah.

Bagi sepakbola UEA, dukungan kerajaan merupakan peranan penting dalam sebuah perkembangan kesebelasan, tidak terkecuali ketika menyangkut Al Ain.

Sejak awal berdiri, kesebelasan ini telah menerima “perawatan” yang konsisten dari kerajaan. Di antara tokoh kerajaan yang paling terkenal adalah Sheikh Khalifa Bin Zayed Al Nahyan, penguasa dan mantan Presiden UAE, yang juga merupakan presiden honorarium kesebelasan.

Orang kerajaan pertama yang datang adalah Sheikh Sultan Bin Zayed Al Nahyan, Wakil Perdana Menteri, yang memimpin jajaran kesebelasan pada 1970-an. Kala itu pula Al Ain merebut gelar liga pertamanya di musim 1976/77.

Kemudian datang Letnan Jenderal Sheikh Mohammed Bin Zayed Al Nahyan, kepala staf Angkatan Bersenjata UEA di tahun 1979, yang duduk sebagai presiden kesebelasan setelah pemerintahan pendahulunya berakhir.

Ditunggu River Plate, Bermimpi ke Final

Para pemain Al Ain sudah mengetahui kualitas pelatih mereka, Zoran Mamic. Taktik Mamic tentunya akan berperan penting untuk kelanjutan petualangan mereka di Piala Dunia Antarklub.

Sehari sebelum pertandingan melawan Team Welington, Ahmad Barman sudah yakin bahwa kesebelasannya akan menghadapi salah satu di antara Real Madrid atau River Plate.

“Kami berpartisipasi dalam turnamen ini sebagai hasil dari kerja keras musim lalu,” ujarnya dilansir melalui Khaleejtimes. “Dan sekarang kami semua bertekad untuk menunjukkan kemampuan kami. Al Ain sudah biasa di kompetisi internasional, kami akan berusaha keras untuk mewakili UEA dengan penuh kehormatan dan kebanggaan.”

Betul saja, di pertandingan keesokan harinya, Al Ain sukses meraih kemenangan melalui drama adu tendangan penalti. Al Ain sebenarnya nyaris saja tersingkir andaikan Marcus Berg tidak mencetak gol.

“Saya berharap untuk melakukan yang terbaik dan mengubah semua peluang menjadi gol. Kami akan berjuang untuk meraih gelar,” kata Berg.

Skuat Al Ain musim ini nampaknya memang dapat dikatakan layak untuk bersaing di kancah Internasional. Ditambah lagi, semangat yang membara tertanam dalam diri para pemain. Di skuat Al Ain ada nama-nama seperti Berg, Tongo Doumbia, Bandar Al-Ahbabi, dan Tsukasa Shiotani. Di barisan belakang, Ismail Ahmed dan Mohanad Salem juga menjadi andalan Al Ain di liga.

Tentunya Marcus Berg akan memimpin serangan, dan memang sudah seharusnya demikian. Pemain asal Swedia ini telah mencetak 10 gol dalam 11 pertandingan musim ini. Berg dikenal tangguh di depan gawang. Dia didukung oleh Hussein El-Shahat dan Ciao yang cepat dan lebih berteknik.

Peran Doumbia untuk menjaga kedalaman lini tengah Al Ain juga sangat bisa diandalkan. Menurut TransferMarkt, Doumbia sudah tercatat sebanyak 105 kali bermain sebagai gelandang bertahan. Serta pengalamannya yang malang melintang di sepakbola Eropa bisa menjadi faktor penting bagi para pemain Al Ain.

Untuk Shiotani sendiri, pertandingan melawan River Plate nanti akan menjadi yang kedua sepanjang kariernya sebagai pemain sepakbola. Pada 2015, mantan pemain Sanfrecce Hiroshima ini bermain melawan juara Argentina tersebut di kompetisi yang sama. Sayangnya dia gagal membawa timnya menang.

“Kami memahami apa yang harus kami lakukan di kompetisi ini. Semuanya akan menjadi semakin sulit. Namun kesebelasan memiliki semangat dan tekad untuk mencapai sesuatu yang diinginkan,” ujarnya dilansir dari situs resmi kesebelasan.

Para pemain Al Ain juga selalu bisa bermain efektif dan memanfaatkan kesempatan sekecil apapun. Saat berhadapan dengan Welington, mereka berhasil comeback dari ketinggalan tiga gol. Sedangkan melawan ES Tunis, mereka berhasil mencetak tiga gol dan sukses menjaga gawang mereka dari kebobolan, walaupun hanya mengumpulkan 38% penguasaan bola.

Mereka akan bertemu River Plate pada Selasa (18/12) besok. Namun apakah mereka bisa bertemu Real Madrid atau Kashima Antlers di partai final nanti? Semuanya memang masih bisa terjadi.

Sejauh ini baru Raja Casablanca (2013) dan Kahima (2016) yang mampu melenggang ke pertandingan final dengan status kesebelasan tuan rumah, meski pada akhirnya mereka kalah.

(kim/dex)

Komentar