Panggung Pertama Pep Guardiola

Backpass

by redaksi

Panggung Pertama Pep Guardiola

Bagi anak-anak “zaman sekarang”, mungkin mereka hanya tahu Josep “Pep” Guardiola sebagai pelatih hebat dengan segudang prestasi. Namun dahulu Guardiola juga adalah seorang pesepakbola hebat yang berposisi sebagai gelandang bertahan.

Semua hal tentang kehebatan Guardiola dimulai pada 16 Desember 1990. Tanggal tersebut adalah tanggal debut Guardiola sebagai pemain sepakbola bersama FC Barcelona.

Saat berkarier sebagai pemain, jika kita melihat dari sudut pandang posisi yang dia tempati, raihan golnya sudah jelas kalah jauh dari nama-nama besar penyerang Barcelona di zamannya. Namun bersama Barcelona, dia menjelma menjadi pemain hebat dengan segudang ilmu dan pengalaman.

Pep Sebagai Pemain Muda

Guardiola mulai memasuki dunia sepakbola sejak bergabung dengan akademi muda Barcelona pada 1984 di usianya yang masih 13 tahun. Penulis kawakan asal Inggris yang lama menetap di Spanyol, Phil Ball, menceritakan awal mula penemuan seorang remaja penuh bakat dalam bukunya yang berjudul Morbo.

Pada minggu pertamanya di Barcelona, Langkah kaki Johan Cruyff beranjak menuju sebuah stadion kecil yang berada di ujung jalan Camp Nou. Di sana terdapat sebuah tempat yang biasa digunakan oleh kesebelasan muda Barcelona berlatih.

Di tengah teriknya sinar matahari yang menyinari Kota Katalunya siang itu, Carles Rexach sedang memimpin anak asuh mudanya dalam sebuah sesi latihan. Tepat sebelum babak pertama berakhir, Cruyff yang sedari tadi mengamati para calon penggawa Barcelona akhirnya memutuskan untuk berjalan mendekati Rexach.

Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, Cruyff langsung melemparkan pertanyaan: “Siapa pemain muda yang bermain di sisi kanan lini tengah?”

“Guardiola. Anak baik,” jawab Rexach.

Cruyff mengabaikan jawaban tersebut dan mengatakan kepada Rexach untuk memindahkannya ke posisi tengah di babak kedua. Cruyff ingin melihat bagaimana Guardiola bermain sebagai pivot.

Posisi pivot merupakan posisi yang sangat sulit pada saat itu, apalagi mengingat usia Guardiola yang baru menginjak 13 tahun. Butuh adaptasi cepat untuk bermain dengan baik di posisi tersebut. Pada saat itu pula, belum banyak kesebelasan Spanyol yang berani menempatkan pemainnya sebagai pivot.

Namun dugaan Cruyff saat itu tepat. Guardiola langsung menyesuaikan dirinya. Babak kedua usai. Pria paruh baya tersebut kembali mendekati Rexach. “Mulai sekarang aku mau lihat anak itu bermain sebagai pivot,” tegas Cruyff.

Kabar kehebatan yang dimiliki Guardiola sudah terdengar ke seantero Camp Nou. “Ketika kami membutuhkan seorang pemain dengan karakteristik yang mempuni, aku memberi tahu Cruyff ada seorang pemain yang memiliki banyak kemampuan bernama Guardiola,” ujar mantan salah satu staf seperti dilansir Mediabasesport.

Dengan instruksi singkat, Cruyff mengatakan: “Pergi dan awasi dia.”

“Aku pergi mencarinya di Barça B, tetapi dia tidak ada di sana, tidak juga di Barça C. Ternyata dia bermain untuk kesebelasan usia di bawah 17 tahun,” kata staf barcelona tersebut.

Baca juga: Apakah Pep Bisa Sukses Jika Menangani Kesebelasan Kecil?

Butuh waktu enam tahun bagi Guardiola agar bisa menembus ketatnya persaingan di tim utama Barcelona. Pada tanggal 16 Desember 1990 itu lah ia mendapatkan kesempatan. Pep tidak akan lupa hari itu.

Cederanya Amor Membuat Pep Menjalani Debut

Hari itu, Minggu, tepatnya empat hari setelah Barcelona dicukur habis 1-4 oleh Real Madrid di ajang Supercopa de España, Guardiola memulai debutnya.

Di saat masyarakat Polandia sedang berkabung memperingati Gabriel Narutowicz (mantan presidennya) yang terbunuh pada 1922 atau AC Milan sedang merayakan hari jadinya yang ke-91, Guardiola justru tidak sabar untuk membuktikan kualitas dirinya yang sesungguhnya di depan puluhan ribu pasang mata pendukung Barcelona yang datang memadati Camp Nou.

Barça sedang dilanda krisis gelandang. Guillermo Amor yang biasa menjadi andalan lini tengah absen saat menjamu Cádiz CF. Sadar akan adanya kesempatan, Guardiola main habis-habisan. Dia tampil impresif di lini tengah dan melindungi pertahanan Barcelona dari berbagai macam serangan Cádiz.

Laporan pertandingan pada saat itu juga menyebutkan bahwa sebenarnya Barcelona tidak bermain seperti biasanya. Mereka malah menoyoroti bagaimana seorang pemuda berusia 19 tahun jatuh bangun untuk memotong alur serangan Cádiz ketika serangan mereka baru sampai di lapangan tengah.

“Dia bermain bersih dan dapat menguasai pertandingan dengan baik,” kata sebuah laporan di Sport.

Namun Guardiola harus rela menerima kartu kuning setelah insiden dengan Bernardo di menit ke-33. Setelah pertandingan tersebut, Guardiola menambah tiga catatan pertandingan yang dia mainkan.

Johan Cryuff langsung berkomentar sesaat setelah pertandingan: “Meskipun dia lemah secara fisik, Guardiola memiliki memiliki visi yang baik dan teknik fantastis.”

Menjadi Bagian Penting Barcelona dan Spanyol

Tahun 1992 nampaknya menjadi musim yang paling moncer bagi Guardiola. Pep mendapatkan medali emas Olimpiade Barcelona ditambah penunjukan dirinya sebagai kapten Timnas Spanyol. Di tahun yang sama, dirinya mendapatkan Penghargaan Bravo, sebuah penghargaan untuk pemain muda terbaik Eropa yang diberikan majalah sepakbola Italia, Guerin Sportivo.

Tahun demi tahun berlalu, Pep Guardiola semakin memantapkan dirinya sebagai pemain utama Barça, mulai dari kepelatihan Johan Cruyff sampai era Louis van Gaal. Selain itu di setiap tahunnya jumlah penampilan Guardiola terus bertambah banyak. Puncaknya adalah musim 1996/97 di mana dirinya mencatatkan 38 pertandingan dalam satu musim.

Setahun berikutnya, Guardiola mengalami cedera otot betis cukup serius. Oleh sebab itu dirinya kehilangan banyak pertandingan di musim 1997/98 (enam pertandingan saja yang dicatatkan). Di akhir musim, Pep memilih untuk memperpanjang kontrak dengan Barcelona selama tiga tahun daripada pindah ke Italia.

Baca juga: Guardiola, Doping, dan Kerasnya Sepakbola Italia

Guardiola berupaya untuk cepat sembuh dari cedera yang menghalanginya tampil secara reguler. Dia melakukan operasi pada 8 Juni 1998 yang membuatnya tidak dapat membela Timnas Spanyol pada Piala Dunia 1998.

Dia juga menjadi bagian dream team di bawah kepelatihan Johan Cruyff. Bersama nama-nama besar, seperti pesepakbola handal dari Basque seperti Andoni Zubizarreta. José Mari Bakero, Txiki Begiristain, dan Ion Andoni Goikoetxea. Para pemain asing top pada zamannya juga berada bersama Guardiola, seperti Michael Laudrup, Ronald Koeman, Romario, dan Hristo Stoichkov. Tidak lupa pemain asli asal Katalunya sendiri diantaranya Albert Ferrer, Sergi Barjuán, dan Miguel Angel Nadal.

Total Guardiola sudah menghabiskan masa baktinya sebagai pemain bersama Barça selama 10 tahun dan meraih 16 trofi, sebelum akhirnya berpindah-pindah kesebelasan, dari Brescia (Italia) sampai ke Dorados de Sinaloa (Meksiko). Di Barcelona, Guardiola mencatatkan 263 penampilan dengan torehan enam gol.

Guardiola Di Mata Orang-Orang Terdekatnya

Sebagai pelatih, Johan Cruyff melihat bagaimana Pep memiliki kemampuan dan bisa diarahkan ke dalam skema total football ala sepakbola Belanda. Karenanya Cruyff memanggil Koeman dan memberinya tugas khusus yang berbuah manis.

“Ronald, kamu harus menjaga bocah ini (Guardiola). Bimbing dia, bantu dia terus berkembang. Pastikan dia belajar gaya bermain sepakbola Belanda,” kata Cruyff, yang juga menugaskan Koeman menjadi teman sekamar Pep.

Koeman pun mengenang masa-masa di mana dia menjadi “mentor” Guardiola. “Tidak ada pemain yang lebih ingin tahu tentang sepakbola satu dua sentuhan daripada Pep, dia mempunyai rasa lapar yang tidak terpuaskan dan keingintahuan besar terhadap permainan ini,” ujarnya dilansir Daily Mail.

Tidak salah jika dirinya dianggap sebagai salah satu gelandang terbaik di generasinya oleh Cruyff. Menurut Cruyff, Guardiola adalah pemain yang sangat kreatif, pekerja keras, dan elegan dengan antisipasi yang baik, kesadaran taktis, dan kemampuan untuk membaca permainan.

Karena bentuk tubuhnya yang ramping dia bisa berfungsi sebagai playmaker dari posisi lebih dalam, di mana dia unggul kemampuan teknis dan permainan umpan yang cerdas, efisien, dan tepat.

“Pep mungkin adalah salah satu gelandang terbaik yang tugasnya memecah serangan dan hanya memenangi bola. Dia akan menjaga keseimbangan di lini tengah tim mana pun,” ujar legenda Rumania, Gheorghe Hagi, kepada FourFourTwo.

Guardiola memang mengakui bahwa Cruyff punya pengaruh terbesar dalam karier sepakbolanya. “Aku melewati enam tahun bersama Cruyff dan belajar sangat banyak dari seseorang yang hebat,” ujar Guardiola dilansir dari situs resmi FIFA.

(kim/dex)

Komentar