Pengakuan yang Menghapus Trauma

Cerita

by Redaksi 15

Redaksi 15

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Pengakuan yang Menghapus Trauma

Dipanggil ke tim nasional senior saat masih berusia 17 tahun. Sempat diisukan menjadi incaran Arsenal, kini menjadi pemain terbaik Liga 1 2018. Perjalanan karier Rohit Chand memang tergolong absurd.

Lahir di Kota Surkhet pada 1992, Rohit selalu menyukai sepakbola. Si Kulit Bundar di Nepal punya kondisi yang sama dengan Indonesia. Sepakbola adalah olahraga paling populer di sana, tapi dalam urusan prestasi, kriket juaranya. Hingga musim 2018/19, belum pernah ada pesepakbola Nepal yang terdaftar sebagai pemain di Liga Premier. Rohit bisa membuat sejarah tujuh tahun lalu. Tapi hal itu tidak pernah terealisasi.

"Saya selalu bermimpi untuk main di Eropa. Andai saja saya diberikan kesempatan mengikuti tes masuk. Tapi masa lalu biarlah berlalu," kata Rohit. Tidak diberi kesempatan untuk memperlihatkan kemampuannya di tanah Eropa, Rohit meniti karir bersama klub lokal, Macchindra. Ia kemudian merantau ke India untuk membela HAL SC sebelum akhirnya mendarat di Indonesia.

Rohit pertama mencoba peruntungan di tanah air bersama Arema FC. Dirinya sempat mengikuti tes dengan tim Singo Edan, sayangnya Rohit bukanlah pemain yang dibutuhkan mereka. "Rohit sebenarnya pemain bagus. Tapi dia tidak pas dengan kebutuhan Arema. Dirinya mungkin akan bergabung dengan tim lain," kata Media Officer Arema FC, Sudarmaji.

Kegagalan di Malang akhirnya mengarahkan dirinya ke luar Pulau Jawa, PSPS Pekanbaru memberi Rohit kesempatan untuk mencoba sepakbola di Indonesia. Kathmandu Post melaporkan bahwa gaji Rohit setiap bulan di PSPS pada 2012 mencapai US$ 3,500. Itu belum termasuk bonus sebesar US$ 100 setiap pertandingan. Entah berapa rupiah yang didapat Rohit saat itu, tapi jika dikonversi dengan nilai tukar saat ini, angka tersebut mencapai 50 juta Rupiah. Uang bulanan yang cukup besar untuk seorang 20 tahun.

Bersama PSPS Pekanbaru inilah Rohit mulai berkarier sebagai gelandang. Sebelumnya dia menempati pos bek kiri. PSPS butuh Rohit untuk bermain sejajar dengan Slamet Riyadi dan M.Ilham. Gaji tinggi tidak membuat Rohit bertahan lama di Pekanbaru. Beberapa bulan bergabung, Rohit hengkang ke Persija Jakarta dan meninggalkan PSPS yang ada di papan bawah klasemen Liga Super Indonesia.

Kondisi Rohit di Persija tergolong sulit. Liga masih goyah pasca dualisme. Keuangan Persija juga belum stabil sehingga gaji Rohit harus ditahan. Dia sempat ingin kembali ke Nepal dan menjadi pemain termahal di liga negaranya. Bayaran 150 ribu rupee per bulan atau dua kali lipat dari gaji yang diterima gelandang Three Stars Club, Jagajeet Shrestha, sudah sempat disepakati dengan Machhindra pada 2013. Namun, pihak klub gagal untuk mencapai kesepakatan dengan Persija.

Pada 2015 saat liga diberhentikan, Rohit akhirnya memutuskan untuk pergi dari Ibu kota Indonesia dan melanjutkan karier di Malaysia. Gaji belum sampai ke tangannya. Hingga 2016, setahun setelah meninggalkan Persija, uang itu tidak kunjung datang. "Sulit untuk berkomunikasi, karena saya ada di Malaysia. Sudah dua bulan pesan singkat saya juga tidak dibalas," aku Rohit.

Setelah membela T-Team asuhan Rahmad Darmawan di Malaysia dan pulang sebentar ke Nepal, Rohit akhirnya kembali ke Persija. Dukungan dari suporter setia Persija, Jakmania, membuat Rohit senang membela kembali Macan Kemayoran. "Mereka selalu bersama saya dan rajin memberikan dukungan lewat Instagram," kata Rohit saat masih bermain di Malaysia. Rohit sempat disebut trauma bermain di liga sepakbola Indonesia, tapi Persija merupakan pengecualian.

"Saya sangat senang dengan kerja sama yang dibangun bersama Persija. Saya sudah tahu harus seperti apa mengenakan kostum tim ini. Sekarang ada pemain-pemain muda potensial dan juga sosok senior seperti Bambang, Ismed Sofyan, serta Maman Abdurrahman. Saya sangat senang."

Kembali ke Persija, Rohit membantu tim asuhan Stefano Teco Cugurra mendapatkan tiket AFC Cup setelah duduk di peringkat empat klasemen akhir. Kontrak setahun yang ditandatangani Rohit hangus dan manajemen Persija enggan untuk mempertahankan dirinya. Status Rohit sebagai pemain tim nasional Nepal dianggap akan memecah fokus. Apalagi Indonesia juga akan menjalani berbagai kompetisi seperti Asian Games dan Piala AFF di tengah kompetisi.

Namun, usaha Persija mencari pengganti sepadan gagal terpenuhi. Rohit bersedia untuk kembali dan sejarah tercipta. Persija Jakarta berhasil menyudahi puasa gelar 17 tahun mereka. Rohit Chand menjadi pemain terbaik Liga 1 mengalahkan David Da Silva dan Willem Jan Pluim. Sejarah yang tidak mungkin terjadi apabila melihat respons pasrah Rohit kepada CNN setelah dilepas Persija.

"Persija punya alasan untuk melepas saya. Saya tidak apa-apa, tidak tahu akan membela kesebelasan apa musim depan karena belum ada tawaran yang saya terima." Rohit kemudian membuktikan dirinya di AFC Cup sebagai pemain dengan jumlah tackle terbanyak (23) dalam fase grup. Langkah Persija memang terhenti di semi-final zona Asia Tenggara, tapi setidaknya Rohit merasakan atmosfer kompetisi yang sudah ia perjuangkan bersama-sama pada musim sebelumnya.

Dibantu Riko Simanjuntak, permainan Rohit di lini tengah Persija menjadi lebih cair. Posisi gelandang masih menjadi pos utamanya saat di lapangan. Namun, kini ia bisa main lebih leluasa. Bahkan kembali ke posisi aslinya sebagai bek kiri saat Rezaldi Hehanusa menjalankan tugas negara bersama Indonesia.

Hingga pekan ke-33, Rohit mengoper bola sebanyak 850 kali dan 650 di antaranya mendarat di kaki pemain Persija. Total, Rohit Chand berkontribusi dalam lima gol Persija di Liga 1 2018. Kerja keras dan daya ledak yang ia miliki membuat dirinya menjadi salah satu pemain favorit Jakmania. Apalagi jika mengingat Rohit tergolong sosok yang setia dengan tim tersebut. Bersedia untuk kembali meski sempat dibuang.

Rohit mungkin tidak mau memiliki kewarganegaraan Indonesia seperti Beto, Esteban Vizcarra, Victor Igbonefo, dan lain-lain. Namun, `trauma` yang katanya ia alami selama bermain di Indonesia kini bisa dikatakan sudah sembuh.

"Saya bermain untuk tim nasional Nepal, tapi saya ingin bertahan lama di Indonesia. Persija, Arema, Persib, itu adalah kesebelasan dengan dukungan yang sangat besar. Hal-hal seperti itulah yang membuat saya ingin ada di Indonesia. Tapi kita lihat saja apa yang terjadi di masa depan," kata Rohit.

Baru berusia 26 tahun, masa depan Rohit masih panjang. Dirinya mungkin tidak berasal dari Brasil, Argentina, Spanyol, Jerman, Inggris, ataupun `negara-negara sepakbola` yang dikenal dunia. Namun, di Indonesia, Rohit Chand adalah seorang pemain marquee jauh sebelum istilah itu dikenal Liga 1. Predikat pemain terbaik 2018 hanyalah pengakuan resmi dari hal itu.

Baca juga: Pressing Persija Lebih Super dari Marko Simic

Komentar