Pantaskah Modric Meraih Ballon d`Or 2018?

Cerita

by redaksi

Pantaskah Modric Meraih Ballon d`Or 2018?

Malam penganugerahaan Ballon d’Or 2018 sudah dilaksanakan pada Selasa (04/12) dini hari WIB di Grand Palais, Paris, Perancis. Luka Modric berhasil keluar menjadi pemenang untuk mendapatkan gelar pemain terbaik versi majalah Football France tersebut.

Pemain asal Kroasia berusia 33 tahun itu sukses meraih 753 perolehan suara. Dua pesaing terdekatnya, Cristiano Ronaldo dan Antoine Griezmann masing-masing hanya mengumpulkan 478 suara dan 414 suara.

“Ballon d`Or lebih dari sekedar mimpi bagi saya dan itu benar-benar suatu kehormatan dan istimewa untuk memegang piala ini,” ujar Modric sesaat menerima penghargaan dari David Ginola.

Dua nama yang sering menjadi langganan peraih Ballon d’Or adalah Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, penghargaan Ballon d`Or memang selalu berakhir di tangan keduanya. Konsistensi performa dan rentetan prestasi yang disumbangkan kepada kesebelasan (dan tim nasional) menjadi alasan mengapa trofi tersebut selalu mereka raih. Namun akhir-akhir ini dominasi keduanya bisa diruntuhkan oleh Luca Modric.

Baca juga: Apakah Ronaldo dan Messi Sudah Habis?

Untuk pertama kalinya sejak 2006 tidak ada nama Lionel Messi di daftar tiga besar nominasi. Messi berada di daftar posisi kelima. Bintang muda Paris Saint-Germain, Kylian Mbappe, berada di posisi keempat. Modric sendiri menempati posisi kelima dalam pemungutan suara Ballon d`Or tahun lalu.

“2018 adalah tahun impian bagi saya,” kata Modric. “Sepanjang karier saya, saya menyadari sebuah kerja keras, ketekunan, dan keyakinan. Ketika Anda merasakan masa-masa sulit, itulah awal menuju kesuksesan,” kata Modric seperti dilansir ESPN.

Pada September lalu, Modric terpilih sebagai pesepakbola laki-laki terbaik FIFA 2018. Saat itu dirinya berhasil mengalahkan rekan satu kesebelasannya, Cristiano Ronaldo, dan penyerang andalan Liverpool, Mohammad Salah.

Berbagai pihak menilai penunjukkan Modric sebagai pemain terbaik versi FIFA diakibatkan penampilan gemilangnya bersama Kroasia di Piala Dunia 2018 lalu. Dia berhasil mengantarkan Kroasia ke final walaupun pada akhirnya harus rela menjadi yang kedua setelah dikalahkan Perancis. Pada gelaran tersebut Modric juga menyabet gelar sebagai pemain terbaik turnamen.

Di gelaran empat tahunan tersebut, Luka Modric menjadi pemain yang paling banyak memberikan umpan (484), paling banyak menyentuh bola (624), dan paling banyak merebut kembali bola (56). Dia juga menjadi satu-satunya pemain Kroasia yang melakukan lebih dari 100 umpan dalam satu laga di Piala Dunia (102 kali saat melawan Rusia).

Selain di timnas, performa gelandang 33 tahun tersebut sangat membantu Real Madrid untuk menjadi juara Liga Champions 2018. Atas capaiannya itu, Modric pun juga berhasil mendapatkan gelar Pemain Terbaik UEFA. Uniknya dia mengalahkan dua kandidat yang sama.

Presiden Real Madrid, Florentino Perez, berharap Modric bukan menjadi pemain Real Madrid terakhir yang memenangi Ballon d’Or. “Real Madrid memiliki hubungan yang sangat penting dengan trofi bergengsi ini,” kata Perez dilansir FourFourTwo.

“Ini adalah hubungan yang indah antara Ballon d`Or dengan Real Madrid dan saya yakin ini akan berlanjut.”

Ada hal menarik lain yang juga ramai jadi perbicangan pada Ballon d`Or 2018. Di saat penghargaan tersebut berlangsung di Paris, Neymar yang merupakan penggawa Paris Saint-Germain yang juga masuk ke nominasi, tidak terlihat hadir dan malah bermain gim Call of Duty di Twitch.

Sejak Piala Dunia 2018, Penampilan Modric Sebenarnya Biasa Saja

Setelah dinobatkan menjadi Pemain Terbaik UEFA 2018, Modric tidak menampilkan permainan terbaiknya seperti masa-masa dia memborong berbagai bentuk penghargaan. Musim ini, dirinya memang masih menjadi andalan para pelatih Real Madrid, mulai dari Julen Lopetegui sampai Santiago Solari.

Namun dari 19 laga yang telah dijalani Modric bersama Real Madrid, dia hanya berhasil mencatatkan tiga asis. Bahkan torehan kartu kuning (4) yang diterima oleh Modric lebih banyak dibanding dengan asis yang dia buat.

Dia juga ikut merasakan saat Real Madrid mengalami masa sulit. Selama satu bulan (terhitung dari 26 September sampai 28 Oktober) kesebelasan ibukota Spanyol tersebut gagal menang dalam lima pertandingan beruntun di La Liga. Mulai dari kekalahan 0-3 melawan Sevilla sampai ketika dicukur 1-5 oleh Barcelona.

Saat Real Madrid menelan kekalahan 0-3 melawan SD Eibar November lalu pun, Modric tidak dapat berbuat banyak. Ketika itu, dirinya sudah ditarik keluar dan digantikan oleh Isco pada menit ke-63.

Modric yang diharapkan bisa mengatur tempo permainan dengan baik, justru bermain di bawah ekspektasi banyak pihak. Dia sering terlihat salah memberikan umpan, dan beberapa kali kerap kehilangan bola dengan sangat mudah.

Saat membela timnas pun Modric mencatatkan penampilan minor. Di pertandingan UEFA Nations League A terakhir melawan Inggris, Kroasia kalah 1-2 dan harus rela terdegradasi ke UEFA Nations League B. Kroasia terdegradasi akibat menjadi juru kunci Grup 4 dengan koleksi empat poin.

View this post on Instagram

Gelar individu di 2018 boleh melimpah tapi setelahnya kesebelasan Modric justru jadi terpuruk.

A post shared by PanditFootball.com (@panditfootball) on

Jika dibandingkan dengan Ronaldo yang berada di posisi dua, bisa dikatakan dia lebih berprestasi. Sepanjang tahun 2018 (terhitung juga di Real Madrid), Ronaldo tampil ganas. Dari total 37 pertandingannya di semua kompetisi, Ronaldo berhasil mengemas 37 gol.

Catatan tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan edisi 2016 dan 2017, di mana pada saat itu Ronaldo keluar sebagai peraih trofi Ballon d’Or. Pada 2016, Ronaldo berhasil mencetak satu gol setiap 97 menit. Pada 2017 dia mencetak satu gol setiap 104 menit.

Jika memang Ballon d’Or yang diraih Modric dinilai dari kesuksesannya di Piala Dunia 2018, seharusnya sudah dari dulu nama-nama seperti Wesley Sneijder, Andres Iniesta, Iker Cassilas, dan Xavi Hernandez menjadi pemenangnya. Bukan Lionel Messi.

Saat itu, Xavi dan Iniesta misalnya, berhasil mengantarkan Barcelona menjadi jawara La Liga dan Spanyol juara Piala Dunia 2010, sedangkan Sneijder berhasil memberikan trigelar kepada Internazionale Milan dan membawa Belanda ke Final Piala Dunia 2010.

“Mungkin beberapa tahun lalu ada beberapa pemain yang bisa memenangi Ballon d`Or seperti Xavi, Andres Iniesta, atau Sneijder. Akhirnya sekarang kita bisa melihat itu kepada orang lain. Penghargaan ini untuk semua pemain yang mungkin pantas menang dan tidak,” kata Modric dikutip dari The Independent.

Selain gelar pesepakbola terbaik untuk laki-laki, France Football juga kali ini, untuk pertama kalinya, memberikan Ballon d’Or kepada pesepakbola perempuan (Ballon d`Or Féminin) dan pesepakbola U21 (Kopa Trophy).

Ballon d`Or Féminin 2018 dimenangi oleh Ada Hegerberg dari Olympique Lyonnais dengan perolehan suara yang tipis dari runner-up-nya, yaitu Pernille Harder (VfL Wolfsburg). Sementara Kopa Trophy—tidak mengagetkan—dimenangi oleh Kylian Mbappé dengan suara telak.

(kim/dex)

Komentar