Italia adalah Cinta Sejati Chelsea

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Italia adalah Cinta Sejati Chelsea

Oleh: Hendra*

Tidak seperti Manchester City dan Liverpool yang memang sangat diunggulkan sejak awal musim, Chelsea sempat diragukan akan bersaing pada musim 2018/19 ini. Maklum, internal Chelsea sedang bergejolak dengan konflik antara Antonio Conte dan petinggi Chelsea. Kedatangan Maurizio Sarri sebagai pengganti Conte pun tidak terlalu disambut antusias pengamat sepakbola karena CV-nya yang tidak bergelimang prestasi.

Prestasi terbaik Sarri di level tertinggi sepakbola “hanya” nyaris membawa Napoli menjuarai Serie A musim lalu. Meraih 91 poin—tertinggi dalam sejarah Napoli—tidak cukup bagi Sarri dan Napoli untuk menjuarai Serie A karena kalah bersaing dari sang juara, Juventus.

Namun, penampilan impresif Napoli musim lalu membuat Roman Abramovich tak ragu untuk membawanya ke tanah Inggris untuk membesut si London Biru. Tak lupa, Chelsea pun mengontrak anak kesayangan Sarri di Napoli yang sebelumnya santer disebut bergabung dengan Manchester City, Jorginho, ke Stamford Bridge.

Meski sempat diragukan, namun Sarri yang kondang di Italia dengan gaya Sarri-ball, sejauh ini sukses membuat Chelsea tampil impresif. Selain terus menempel ketat di papan atas, Chelsea yang sebelum ini dikenal sebagai tim defensif, bahkan disebut pelopor strategi parkir bus, mendadak berubah menjadi tim yang bermain menyerang, cepat, dan memainkan umpan satu-dua dari kaki ke kaki. Conte yang sempat membawa Chelsea juara Liga Primer saja gaya permainannya tak begitu membekas. Berbeda dengan gaya main yang dilabeli Sarrismo, yang sukses menghipnotis penonton untuk selalu menantikan permainan indah dan aksi-aksi ajaib dari kaki pemain Chelsea.

Di lain sisi, Chelsea cukup beruntung mendapatkan Jorginho, otak serangan Napoli dalam beberapa tahun terakhir dan masternya Sarri-ball. Peran besar mantan pemain Hellas Verona dalam Sarrismo sukses membuat Chelsea menjadi satu-satunya tim yang belum terkalahkan di semua kompetisi musim ini. kehadirannya membuat Chelsea yang musim lalu hanya mengandalkan kreativitas Fabregas dalam mengalirkan bola memiliki kreator serangan yang lebih berbahaya.

Terlepas dari itu, kedatangan Sarri dan Jorginho membuka cerita lama kerterikatan Chelsea dan Italia. Ya, sejak pertengahan 1990-an Chelsea memang tak lepas dari Italia, entah itu pemain ataupun pelatih. Sempat berbau Portugal pada pertengahan 2000-an di era Jose Mourinho, namun Chelsea belakangan kembali berwajah Italia.

Musim ini saja, selain Sarri dan Jorginho, Chelsea juga diperkuat kembali legenda klub, Gianfranco Zola sebagai asisten pelatih. Itu masih belum ditambah pemain Italia seperti Davide Zappacosta dan Emerson Palmieri yang sudah menghuni skuat London Biru sejak musim lalu.

Hubungan antara Chelsea dan Italia adalah hubungan yang saling membutuhkan. Kedua-duanya saling melengkapi. Chelsea membutuhkan punggawa dari Italia untuk menyempurnakan skuatnya sehingga mampu bersaing dalam kompetisi apapun. Sementara itu Chelsea menjadi tempat yang tepat bagi pemain maupun pelatih dari negeri Calcio untuk membuktikan diri di luar tanah leluhur. Hubungan keduanya seperti hubungan cinta sepasang kekasih yang saling membutuhkan. Bahkan bisa dikatakan Chelsea dan Italia adalah cinta sejati.

Layaknya dalam percintaan, Italia sebagai kekasih tak pernah mengecewakan Chelsea. Italia selalu memberikan persembahan terbaik bagi Chelsea. Chelsea pun membalas dengan mengorbitkan nama-nama Italiano ke puncak karier dan popularitas. Hal ini dapat kita lihat dari fakta hampir semua pemain Italia yang pernah merumput di Chelsea memberikan kontribusi besar bagi The Blues. Dimulai dari Gianluca Vialli yang direkrut awal musim 1996/1997 hingga yang terbaru Jorginho sukses mencuri hati fans lewat permainan apiknya.

Bahkan di antaranya meninggalkan kesan yang mendalam bagi publik Stamford Bridge. Vialli, Roberto Di Matteo, Carlo Cudicini, dan Gianfranco Zola adalah contoh-contoh nama pemain Italia yang melegenda di Chelsea. Zola bahkan pernah dinobatkan oleh pendukung Chelsea sebagai pemain terbaik Chelsea sepanjang masa tahun 2003.

Tidak hanya pemain, posisi pelatih Chelsea pun dihiasi oleh peracik strategi mumpuni negeri pizza. Dimulai oleh (lagi-lagi) Vialli yang menjabat dari tahun 1998 sampai dengan 2000, nama-nama mentereng macam Claudio Ranieri, Carlo Ancelotti, Roberto Di Matteo, Antonio Conte, hingga sekarang Maurizio Sarri mengisi daftar nama-nama pelatih yang pernah membesut tim London Biru.

Kontribusi yang diberikan pun tak main-main. Di antara Italiano yang pernah membesut Chelsea sebelum Sarri, hanya Ranieri yang tidak memberikan trofi. Vialli sukses meraih Piala FA, piala Liga Inggris, Charity Shield, Piala Winners hingga Piala Super Eropa. Carlo Ancelotti sukses mempersembahkan double winners (Liga Inggris dan Piala FA) pada musim debutnya, 2009/2010.

Di Matteo lebih fantastis lagi. Datang sebagai caretaker menggantikan Andre Villas-Boas yang dipecat, Di Matteo mengantar Chelsea ke podium juara Liga Champions 2012, prestasi yang sampai kini belum terulang lagi. Conte pun tak ketinggalan menyumbang trofi Liga Inggris dan Piala FA selama dua musim kepelatihannya (2016-2018).

Di lain sisi, meskipun tidak memberikan trofi, namun Ranieri tetap dihormati para fans The Blues. The thinkerman dianggap sebagai peletak pondasi awal kesuksesan klub. Memang Mourinho berjasa membawa Chelsea kembali juara liga Inggris tahun 2005 setelah menunggu lima tahun lamanya, namun tidak ada yang menyangsikan kalau The Special One diwarisi skuat potensial dan mumpumi peninggalan Ranieri. Apalagi semusim sebelumnya Chelsea berhasil menjadi runner up di bawah skuat invincible Arsenal.

Jangan lupakan pula, Ranieri-lah yang “menemukan” Frank Lampard, top skorer sepanjang masa pasukan Roman Emperors. Lampard yang saat ini sudah pensiun dan menukangi klub Championship Division, Derby County, dibajak dari sang tetangga, West Ham.

Menilik fakta di atas, tentu saja ini menjadi angin segar bagi Sarri dan penggawa The Blues berkebangsaan Italia untuk membuktikan diri dan mengikuti jejak pendahulu mereka yang sudah menggoreskan sejarah bagi Chelsea. Meskipun musim masih panjang, namun jika mampu mempertahankan permainan seperti sekarang bukan mustahil Chelsea kembali menjuarai Liga Inggris musim ini.

Chelsea dan Italia adalah simbiosis mutualisme. Pemain berbakat dan pelatih bermutu Italia selalu mendapat tempat dan membantu Chelsea untuk selalu berpacu dalam perburuan gelar setiap musim. Layaknya sepasang kekasih, Italia selalu punya bahu untuk bersandar bagi Chelsea yang berkeluh kesal dan menawarkan kualitas yang dibutuhkan Chelsea. Italia memang cinta sejati Chelsea.


*Penulis merupakan mahasiswa S2 PPKn Universitas Negeri Padang. Bisa dihubungi lewat akun Twitter di @hendrafm7

**Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis melalui kolom Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.

Komentar