Terlahir Sebagai Ryan Wilson, Hidup Sebagai Ryan Giggs

Backpass

by Redaksi 15

Redaksi 15

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Terlahir Sebagai Ryan Wilson, Hidup Sebagai Ryan Giggs

Bermain untuk Manchester City dan tampil di Piala Dunia. Kisah Ryan Joseph Wilson akan sangat berbeda dengan apa yang sudah dituliskannya dalam 24 tahun kariernya sebagai pesepakbola profesional.

Kita tidak mengenal Wilson. Kita mengenalnya sebagai Giggs, pemilik 34 gelar juara bersama Manchester United, anggota dari angkatan terbaik akademi Si Setan Merah, Class of ’92, dan salah satu pemilik Salford City.

Giggs dikenal dengan berbagai julukan. Mulai dari ‘penerus George Best’, ‘penyihir dari Wales’, hingga ‘Beckham sebelum Beckham’. Semua julukan itu tidak ada yang benar-benar melekat ke Giggs.

Seiring perjalanan waktu, Giggs mulai memperlihatkan gaya main yang berbeda dengan Best. ‘Penyihir dari Wales’ adalah gelar warisan dari Billy Meredith, mantan pemain Manchester City dan United di era 1800-an. Predikat tersebut akan diberikan ke pemain Wales yang menghidupkan permainan di lapangan. Ian Rush, Mark Hughes, Gareth Bale, semua pernah disebut sebagai ‘penyihir dari Wales’.

Mantan bek Manchester United, Garry Pallister sempat mengatakan bahwa Giggs punya semua potensi untuk jadi seperti George Best. Termasuk di luar lapangan, tapi ia memilih untuk tidak melakukannya.

“Semua yang dulu dimiliki oleh George Best ada dalam diri Giggs,” kata Pallister ke BBC. Giggs adalah seorang mega bintang saat David Beckham masih dipinjamkan ke Preston North End.

Sorotan dan berbagai publikasi tidak pernah membuat Giggs nyaman. “Giggs adalah sosok yang tertutup. Dia sangat senang saat Beckham kembali ke Manchester United. Dengan begitu, sorotan yang mengarah ke dirinya bisa berkurang,” kata mantan kapten Manchester United, Steve Bruce.

Satu yang melekat dengan pria kelahiran Wales tersebut hanyalah nama keluarga ibunya, “Giggs”.

Tak Diacuhkan Manchester City

Pada 1983, setelah berkeliling menjual susu, Dennis Schofield beristirahat di depan Sekolah Dasar Grosvenor Road. Dia menyaksikan anak-anak sekolah bermain sepakbola, salah satu hobinya setelah keliling berdagang. Lalu seorang bocah menarik perhatiannya.

“Dia berlari seperti kijang dan meledak-ledak bagaikan dinamit ketika menguasai bola. Namanya Ryan Wilson,” kata Schofield. Schofield yang merupakan pemandu bakat Manchester City memperkenalkan dirinya kepada ibu Wilson, Lynne, sebagai perwakilan Deans Youth and Ladies FC.

Schofield kemudian berhasil meyakinkan keluarga Wilson untuk bermain di Deans FC. Dia memberitahukan temuannya ke Manchester City, tapi belum bisa berbuat apa-apa hingga Wilson berusia 14 tahun. Saat hari itu tiba, Schofield mendesak the Citizens untuk mengontrak Wilson. Tapi mereka diam.

“Saat dia ulang tahun ke-14, saya sudah mendesak Manchester City untuk datang ke rumahnya. Tapi mereka diam saja. Sementara Sir Alex Ferguson berkunjung ke sana,” aku Schofield. Aksi Ferguson itu berhasil mendaratkan gelandang Salford, Ryan Wilson, juara sekaligus pemain terbaik Piala Sekolah Granada 1988 di Old Trafford.

Giggs Sebagai Perlawanan

Akademi Manchester United mengikuti sebuah turnamen di Italia. Ryan berusia 16 tahun. Dia baru mendapatkan paspor dan terbang ke Negeri Pizza bersama rekan-rekannya. Dia memanfaatkan turnamen ini sebagai momentum untuk membuat pernyataan.

Setelah melihat menjadi korban kekerasan rasial karena memiliki darah Sierra Leone dari ayahnya, setelah melihat ibunya menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, setelah ayah sekaligus pahlawannya meninggalkan keluarga, Ryan ingin memulai hidup baru. Ryan Joseph Wilson telah mati.

Sebelum pertandingan wasit memanggil nama pemain sesuai dengan paspor mereka. “Ryan Joseph Giggs,” panggil Sang Pengadil. “Ya, itu saya,” kata Giggs.

“Ketika hal itu terjadi, saya melihat reaksi teman-teman satu tim. Semuanya terkejut. Ada yang berpikir saya dibuang oleh ayah. Tidak, perubahan nama itu lebih untuk menunjukkan sikap saya ke ayah. Selama ini saya tinggal bersama ibu. Saya sangat dekat dengan ibu dan sangat jarang melihat ayah,” aku Giggs.

“Dia adalah pahlawan pertama saya. Namun saat masih sekolah, saya sering menjadi korban kekerasan rasial. Jika Anda melihat saya, mungkin tidak akan menyangka ada darah Afrika. Tapi ayah saya, Danny Wilson adalah pemain rugby terkenal. Jadi semua orang tahu,” jelasnya.

Hubungan Ryan Giggs dengan ayahnya memang hal yang rumit. Apalagi setelah perselingkuhan delapan tahun antara Ryan dengan istri adiknya terungkap pada 2011.

“Saya bahkan tidak bisa menyebutnya dengan nama. Saya sangat kesal dengan apa yang dilakukannya. Saya hanya bisa menyebut dirinya sebagai ‘mantan pesepakbola’,” kata Danny pada Januari 2018.

Mungkin di semesta lain, Ryan Joseph Wilson bermain sepakbola untuk Manchester City, memiliki keluarga harmonis, dan tampil di Piala Dunia. Tapi di dunia ini, yang ada hanya Ryan Joseph Giggs dan dia tetap salah satu pesepakbola terbaik dari Manchester United apapun latar belakangnya.

Komentar