Jagoan Man City Ketika Mereka Masih Cupu

Backpass

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Jagoan Man City Ketika Mereka Masih Cupu

Saat ini Manchester City, bisa dibilang, adalah kesebelasan hebat. Namun perjalanan mereka menjadi kesebelasan hebat cenderung tak berlangsung lama, alias instan. Sejak gelontoran uang masuk ke rekening kesebelasan, takdir City berubah. Memangnya sebusuk apa Man City sebelum raja minyak datang?

Sebelumnya Man City hanya mampu juara Inggris dua kali (1937 dan 1968). Mereka juga sempat terjun bebas ke Second Division (level ketiga kompetisi Inggris) sampai 1999, ketika sang rival—Manchester United—meraih trigelar. Namun sejak 2002 mereka selalu bermain di Liga Primer dan rutin di papan atas. Semuanya dipertegas ketika Sheikh Mansour dan Abu Dhabi United Group (ADUG) membeli Man City pada September 2008.

Untuk setiap Sergio Agüero, David Silva, Kevin De Bruyne, Vincent Kompany, Yaya Touré, atau Carlos Tevez yang pernah menghiasi "Man City yang hebat", ada sosok pemain yang dianggap jagoan di saat "Man City masih cupu": Paul Dickov. Ia berhasil mencetak 41 gol dari 150 pertandingan lebih bersama The Citizens.

Dickov lahir di Livingston (Skotlandia) pada 1 November 1972. Ia adalah seorang penyerang binaan Arsenal, namun pernah bermain dua kali di Man City: 1996-2002 dan 2006-2008; dua periode yang menjadi kunci Man City dalam masa-masa "kecupuan" menuju "kemapanan".

Nama belakangnya yang kocak—kadang dipelesetkan menjadi "dick off"—ia dapatkan dari kakeknya yang merupakan keturunan Bulgaria. Pelesetan namanya itu juga yang banyak membantunya menjadi salah satu pemain ikonik.

13 Tahun Sebelum Agüero, Man City Sudah Punya Gol Injury Time Tak Terlupakan

Ada nyanyian terkenal untuk saat-saat sebelum Man City menjadi kesebelasan besar, yang juga menyinggung para fans The Citizens yang dianggap karbitan atau glory hunter: "Where were you when you were sh*t?"

Dickov adalah pemain yang banyak berkontribusi saat City masih sh*tty, salah satu yang paling monumental adalah golnya di menit ke-94 pada final Second Division Playoff 1999 melawan Gillingham di Wembley. Bahkan jika kalian membuka YouTube dan mengetik nama "Paul Dickov", gol itu ada di urutan teratas.

"Selebrasi dan gol itu... aku tak dapat mengingat banyak pada saat itu, sampai kemudian aku menontonnya kembali setelah itu," kata Dickov dalam wawancaranya bersama Betsafe.

"[Kami] ketinggalan 2-0 setelah 89 setengah menit, dan kemudian Kevin Horlock mencetak gol, dan ada lima menit injury time, dan [cukup] bagiku untuk mencetak gol dengan 18 detik tersisa. Setiap emosi tumpah pada pertandingan itu."

"Itu adalah `Man City` dan kami berada di final playoff Divisi Dua (sekarang League One), dan kesebelasan itu seharusnya tak pernah ada di sana, untuk ukuran kesebelasan, dukungan yang kami dapatkan, dan yang lainnya."

"Ketinggalan 2-0 pada 89 menit. Aku ingat ketika itu terjadi, aku berlutut dan berpikir `kami mengacaukannya`."

Namun gol Horlock mengubah segalanya dalam sekejap.

"Orang-orang berkata kepadaku, `Ketika Kevin [Horlock] mencetak gol, apakah menurutmu itu sekadar gol hiburan?` Aku tidak [berpikir seperti itu] dan aku tahu anak-anak juga tidak [berpikir seperti itu] karena kami comeback begitu sering tahun itu. Kami merasa bahwa kami akan terus dan mendapatkan gol penyama kedudukan, tanpa benar-benar tahu berapa lama yang tersisa," kata Dickov.

Paragraf di atas adalah penjelasan Dickov mengenai Manchester City di Second Division pada 1999, meski terdengar seperti Manchester United di Premier League, FA Cup, atau Champions League pada tahun yang sama ketika mereka meraih treble.

"Salah satu impianku sebagai anak muda adalah mencetak gol di depan semua penggemar City. Aku merasa merinding memikirkannya! Itu sesuatu yang sangat istimewa dan aku adalah anak yang sangat beruntung untuk bisa melakukan itu."

Setelah gol itu, kedudukan menjadi 2-2. Pertandingan dilanjutkan ke perpanjangan waktu dan kemudian babak adu penalti. Pada adu penalti, Dickov gagal mencetak gol, namun Man City unggul 3-1 dan berhak promosi ke First Division (sekarang Championship).

Setahun setelah gol ikonik itu, Dickov dan Manchester City berhasil meraih promosi ke Premier League. Mereka berada di peringkat kedua klasemen akhir First Division di bawah Charlton Athletic. Mereka meraih promosi setelah menang 4-1 di kandang Blackburn Rovers pada pertandingan terakhir. Dickov juga mencetak gol pada pertandingan itu.

Sebelum pertandingan melawan Blackburn pada 7 Mei 2000 tersebut, Man City memang mendapatkan dukungan dari hampir seluruh Inggris, termasuk dari Man United.

"Fergie (Sir Alex Ferguson) meneleponku semalam untuk mengucapkan semoga kami beruntung. Dia mengatakan dia menantikan derbi musim depan," kata Manajer Man City saat itu, Joe Royle, dikutip dari Telegraph.

"Man City Lebih Besar dari Man United"

Menjadi pemain andalan Man City pada masa-masa itu—ketika Man City masih cupu—berasa seperti hal yang terlalu besar bagi Paul Dickov. Namun membandingkan pencapaian Dickov dengan kondisi Man City sekarang tentu merupakan sesuatu yang tak ada apa-apanya. Meski demikian ia tetap berharap yang terbaik untuk Man City.

"Aku benar-benar percaya Manchester City adalah kesebelasan yang lebih besar dari Manchester United," kata Dickov kepada TalkSport.

"Jika kamu melihat apa yang telah dimenangkan Manchester United selama 20 atau 30 tahun terakhir, ada argumen untuk mengatakan mereka adalah klub yang lebih besar. Tapi aku berbicara tentang di lapangan sekarang, memenangkan hal-hal sekarang, dan memenangkan berbagai hal selama dua atau tiga musim terakhir, bukan 20 tahun lalu."

"Untuk maju ke lima atau enam tahun ke depan, aku benar-benar percaya Manchester City adalah klub yang lebih besar. Aku benar-benar percaya para pemain dan kesebelasan sekarang merasa bahwa mereka lebih besar dari Manchester United."

"Tentu saja di lapangan mereka tidak hanya mengejar Manchester United. Mereka telah sampai di tingkat yang sama sekali berbeda [dibandingkan saat aku masih berseragam Man City]."

Untuk setiap nama pesepakbola hebat yang menghiasi Man City saat ini, suporter Man City harus mengingat sosok Paul Dickov yang sudah jauh lebih dahulu menghiasi Man City di saat mereka masih di Second Division. Namanya yang kocak biasanya memudahkan kita untuk mengingatnya.

Komentar