Menanti Kembali Hadirnya Penyerang Subur Milan

Cerita

by redaksi

Menanti Kembali Hadirnya Penyerang Subur Milan

Di awal musim 2018/19, AC Milan kedatangan seorang penyerang berkebangsaan Argentina. Gonzalo Higuain, yang didatangkan dengan status pinjaman dari Juventus, memiliki rekan jejak yang mentereng dalam urusan mencetak gol. Sejak memulai kariernya di River Plate pada 2005, penyerang bertubuh gempal ini telah mencetak 288 gol dari 555 pertandingan. Itu statistik di level klub saja.

Higuain menginjakkan kakinya di Milan pada 2 Agustus 2018. Sejak saat itu dia sudah mencetak 6 gol dalam 8 pertandingan. Pengalamannya sebagai pemain yang pernah malang melintang di klub-klub ternama Eropa terbukti nyata. Begitu nyata sampai pemain belakang andalan Milan, Alessio Romagnoli, merasa aman ketika Higuain dimainkan.

"Yang hebat dari Higuain adalah ketika Anda memberinya setengah peluang, dia akan tetap mencetak gol," ujar Romagnoli kepada Milan TV. "Seorang juara akan melakukan hal tersebut dan Higuain adalah juaranya. Dia akan membantu kami."

Datangnya Higuain ke San Siro bukan hanya untuk mengisi kekosongan lini depan selama Andre Silva dipinjamkan ke Sevilla. Tugasnya di Milan bukan hanya mencetak gol. Dikutip dari Football Italia, penyerang berusia 30 tahun itu juga diplot sebagai mentor Patrick Cutrone. Penyerang muda berusia 20 tahun itu pun tak sungkan belajar dari seniornya.

"Saya tidak pernah menganggap diri saya seorang guru, tetapi jika Cutrone melihat saya sebagai contoh, itu membuat saya bangga," ujar Higuain.

Para Peneror Berseragam Milan

Para penggemar AC Milan tampaknya sudah lama tidak melihat klub kesayangan mereka diperkuat penyerang dengan naluri mencetak gol tajam. Dalam rilisan skuat Milan musim 2018/19, hanya ada dua pemain yang dapat memainkan peran penyerang murni: Gonzalo Higuain dan Patrick Cutrone.

Yang mengaku Milanisti sejati mungkin harus dipertanyakan keaslian dukungannya jika tidak mengenal George Weah. Sejak didatangkan dari Paris Saint-Germain pada 1995, Weah langsung menjadi andalan di lini depan Rossoneri. Di musim pertamanya berseragam Milan, Weah langsung ikut mempersembahkan gelar juara Serie A.

Selama lima tahun membela Rossoneri dari tahun 1995 hingga 2000, Weah bermain sebanyak 147 kali dan mengemas 58 gol. Hal tersebut merupakan prestasi tersendiri, karena di Milan ia harus bersaing dengan penyerang hebat lainnya macam Roberto Baggio, Zvonimir Boban, dan Oliver Bierhoff.

Selepas Weah, Milan punya Andriy Shevchenko. Dengan nilai transfer 23,91 juta euro, Sheva didatangkan dari Dynamo Kyiv pada 1999. Shevchenko langsung menunjukkan insting tajamnya dalam mencetak gol di musim pertamanya berseragam Milan. Tak tanggung-tanggung, pemain berkebangsaan Ukraina itu mencetak 24 gol semusim. Dengannya dia menjadi pencetak gol terbanyak Serie A 1999/2000.

Di musim-musim selanjutnya, Sheva terus menunjukan performa yang makin menjanjikan. Hingga saat ini ia merupakan pencetak gol terbanyak ketiga dalam sejarah kompetisi klub Eropa dengan 60 gol— hanya kalah dari Gerd Muller dan Filippo Inzaghi. Sheva juga menjadi pencetak gol terbanyak di derby Della Madonnina dengan torehan 14 gol. Tak mengherankan karena Shevchenko cakap mencetak gol baik dengan kepala maupun kaki.

"Ia adalah seorang juara di dalam dan di luar lapangan, seorang teladan profesional yang membuat saya terkesan dengan begitu mudahnya ia menecetak gol dari setiap posisi,” puji Andrea Belotti, penyerang Tim Nasional Italia.

Berbicara tentang penyerang tajam Milan, jangan lupakan Filippo Inzaghi. Walau kritik terus menghajarnya secara bertubi-tubi, Inzaghi selalu senang dengan apa yang dia lakukan. Dia selalu percaya dengan kemampuan yang dimilikinya. Yang terpenting, dia juga mau belajar untuk memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Sebagai seorang penyerang, kita akan dibuat heran apa kehebatan yang dimiliki Inzaghi.

Tidak ada deretan gol indah layaknya tendangan pisang Roberto Carlos, atau tendangan penalti panenka ala Andrea Pirlo. Ia bisa terjatuh tanpa sebab kapan pun ia mau, terjebak perangkap offside tim lawan, dan kejadian-kejadian membingungkan lainnya.

Mendiang legenda Belanda, Johan Cruyff. Sampai-sampai ikut berkomentar terkait gaya bermain yang dimiliki oleh Inzaghi. "Begini, sebenarnya dia tidak bisa bermain sepakbola. Hanya saja, dia selalu berada di posisi yang tepat."

Tetapi mari lepaskan sematan negatif yang melekat pada Pippo. Dapat diakui dirinya merupakan pemain yang cerdas dan efektif. Inzaghi memang bukan seorang penyerang dengan kemampuan fisik yang luar biasa, namun, jika para pemain bertahan lawan lengah saat mengawasi pergerakannya di depan gawang ia bisa menjadi momok yang menakutkan.

Inzaghi bermain untuk Milan selama 11 tahun, memenangkan dua trofi Liga Champions dan dua gelar Serie A. Dari total 300 penampilannya bersama AC Milan, Inzaghi sukses mencetak 126 gol ke gawang lawan.

Tak Subur, Tak Apa-apa

Khusus untuk Gonzalo Higuain, tak akan ada ratusan gol atas namanya. Walau demikian, itu tak jadi soal untuk Milan dan pendukungnya. Bahkan Andriy Shevchenko mengakuinya.

"Saya tidak ingin membandingkannya dengan diri saya sendiri, tetapi saya pikir Higuain sekarang memiliki peran penting yang melampaui lapangan," ucapnya pada Sky Italia.

Peran Higuain bukan hanya pencetak gol, tetapi juga mentor untuk Patrick Cutrone. Masa pinjamannya memang akan berakhir pada 30 Juni 2019, tapi jika Higuain mampu menjadi mentor yang baik untuk Cutrone, pengaruhnya akan terasa hingga bertahun-tahun ke depan.

[maw/pik]

Komentar