Cuci Tangan di Sepakbola

Backpass

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Cuci Tangan di Sepakbola

Sepakbola adalah olahraga yang kotor. Di mana dan kapan pun pertandingan dimainkan, sepakbola akan membuat pakaian, bola, dan seluruh bagian tubuh pelakunya bernoda. Kebersihan berkaitan erat dengan kesehatan. Jika seseorang kotor atau tidak bisa menjaga kebersihannya, ia rentan terkena penyakit. Hal paling sederhana untuk menjaga kesehatan adalah dengan mencuci tangan.

Kebanyakan orang biasa mencuci tangan hanya dengan air, tanpa sabun. Padahal itu tetap membuat kuman, virus, dan bakteri menempel.

Hari ini, 15 Oktober, diperingati sebagai Global Handwashing Day atau Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia.

Ini adalah sebuah kampanye global yang dicanangkan oleh PBB, bekerjasama dengan organisasi-organisasi lainnya baik pihak pemerintah maupun swasta. Penunjukkan tanggal Global Handwashing Day diumumkan pada Pertemuan Tahunan Air Sedunia (Annual World Water Week) yang berlangsung pada 17-23 Agustus 2008 di Stockholm seiring dengan penunjukkan tahun 2008 sebagai Tahun Internasional Sanitasi oleh Rapat Umum PBB.

Pentingnya Mencuci Tangan

Pada dasarnya tangan adalah anggota tubuh yang paling sering digunakan; mulai dari memegang sesuatu, menulis, dan makan. Tidak terkecuali di sepakbola, ketika berjabat tangan, mengambil bola (meski sepakbola kebanyakan menggunakan kaki, tangan tetap terlibat), bersentuhan dengan lapangan, dan masih banyak lagi.

Jika seseorang malas mencuci tangan, kuman, virus, atau bakteri yang menempel bisa masuk ke dalam tubuh, terutama lewat mulut ketika ia makan. Berbagai penyakit bisa dihindari karena kebiasaan sepele ini, mulai dari diare, radang tenggorokan, cacingan, infeksi saluran pernapasan, dan flu.

Dalam pertandingan American football di level universitas pada 1998, salah satu anggota tim Duke University menulari tim lawannya, Florida State, setelah ia menderita keracunan makanan.

"Satu-satunya kontak antara kedua tim adalah di lapangan," kata Dr Christine Moe, asisten profesor epidemiologi di University of North Carolina di Chapel Hill, dikutip dari ABC News. "Virus itu disalurkan oleh orang-orang yang saling menyentuh tangan, seragam, dan bahkan football yang terkontaminasi."

Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk senantiasa mencuci tangan ketika sebelum dan sesudah makan, sebelum dan sesudah mengolah bahan makanan, setelah buang air kecil dan besar, setelah memegang benda pada fasilitas umum, setelah memegang binatang, setelah berkendara (terutama motor atau sepeda), dan setelah berolahraga, termasuk sepakbola atau futsal.

Langkah-langkah mencuci tangan yang baik dan benar. Sumber: United Purpose.

Menurut laporan dari Global Handwashing Partnership, mencuci tangan dengan sabun adalah cara yang paling efektif dan murah untuk mencegah penyakit.

Perilaku sederhana ini dapat menyelamatkan nyawa, mengurangi kemungkinan diare hingga hampir setengahnya, dan kemungkinan infeksi pernapasan akut hampir seperempatnya. Mencuci tangan dengan sabun tidak hanya berdampak pada kesehatan dan gizi, tetapi juga pendidikan, ekonomi, dan kesetaraan.

Federasi Sepakbola Australia (FFA) dan Departemen Kesehatan Australia bahkan memiliki program mencuci tangan untuk gerakan sport for development mereka. Mereka mendekati kebiasaan ini melalui sepakbola yang dimainkan oleh anak-anak kecil, sehingga mereka terbiasa melakukannya dari kecil.

Bagi negara maju seperti Australia atau bahkan negara dengan sumber air secara umum melimpah seperti Indonesia, mencuci tangan sepertinya mudah untuk direalisasikan. Bagaimana dengan negara-negara Afrika yang akses ke sumber airnya sulit?

Ghana pernah memiliki program Football for Water dengan pengenalan cara mencuci tangan yang baik dan mencuci tangan berbiaya rendah dengan sumber air seadanya. Sama seperti Australia, mereka juga melakukannya untuk anak-anak dan memakai sepakbola sebagai medium pembentuk kebiasaan ini.

Program-program di atas menunjukkan jika sepakbola bisa dipakai sebagai kanvas dalam pemberian pesan. Mencuci tangan adalah hal sangat sederhana yang bisa berpengaruh pada kesehatan dunia. Sayangnya kebiasaan ini—karena saking sederhananya—mudah terlupakan.

Cuci Tangan di Atas Lapangan Sepakbola

Pada suatu kesempatan, Antonio Conte juga pernah kedapatan mencuci tangan setelah ia menyalami semua ofisial West Ham United. Saat itu Conte menjabat sebagai Manajer Chelsea. Banyak yang meledek Conte karena hal ini.

Namun salah satu manajer yang paling jorok yang dianggap harus sering mencuci tangannya adalah Joachim Loew. Jika kalian membuka YouTube dengan kata kunci "Joachim Low", maka yang akan muncul di bagian atas adalah beberapa kelakuan jorok Manajer Tim Nasional Jerman itu.

Salah satu tingkah laku terjoroknya tentu ia tunjukkan ketika ia menggaruk selangkangannya, kemudian beberapa saat kemudian mengendus tangannya (ada pada 02:26 di video di bawah ini). Bayangkan jika ia tak mencuci tangannya kemudian ia makan atau berjabat tangan dengan orang lain...

Komentar