Menanti Ketegasan Komdis PSSI Pasca Laga Arema vs Persebaya

Berita

by redaksi

Menanti Ketegasan Komdis PSSI Pasca Laga Arema vs Persebaya

Pertandingan sepakbola tak hanya aksi-aksi di atas lapangan selama 90 menit, apalagi di Indonesia. Setelah terjadinya tragedi di laga Persib Bandung melawan Persija Jakarta di Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Bandung, pada Minggu (24/09), insiden juga terjadi di laga panas lainnya antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, pada Sabtu (06/10).

Pada pertandingan yang dimenangi Arema dengan skor 1-0 tersebut, setidaknya terjadi tiga insiden yang "untungnya" tak memakan korban jiwa.

Pertama, sejak kesebelasan Persebaya datang ke stadion sampai pertandingan selesai, masih terdengar nyanyian bernada rasis, kata kotor, dan "dibunuh saja" dari para Aremania yang ditujukan kepada para pemain Persebaya.

Padahal sebelumnya seluruh manajer kesebelasan Liga 1 sudah melakukan ikrar damai, karena nyanyian sederhana seperti itu sejujurnya bisa menanamkan bibit permusuhan yang mencapai aksi kriminal secara perlahan-lahan, terutama kepada anak-anak yang masih belum mengerti apa-apa.

Kedua, bukan hanya tekanan melalui nyanyian, Aremania juga menerobos masuk ke lapangan—langsung dari tribun—pada jeda turun minum untuk mengintimidasi para pemain Bajul Ijo. Tak tanggung-tanggung, salah satu Aremania yang menerobos masuk ke lapangan adalah dirigen mereka, Yuli Sumpil.

Yuli Sumpil terlihat merobek-robek kertas di depan para pemain Persebaya. Dengan didampingi temannya, mereka juga terlihat adu mulut dengan kiper Persebaya, Alfonsius Kelvan, yang sedang melakukan pemanasan. Pemain Persebaya lain dan Panpel Arema kemudian memisahkan mereka. Aremania juga bahkan terlihat mengencingi gawang Persebaya.

Sementara kejadian ketiga terjadi saat pertandingan selesai. Seorang Aremania masuk ke dalam lapangan dan merobek-robek bendera Persebaya, yang dilanjutkan beberapa Aremania lainnya masuk ke lapangan membuat para pemain Persebaya buru-buru masuk ruang ganti, serta pelemparan botol juga terjadi dari tribun VVIP.

"Iya saya sudah lelah mengingatkan dia (Yuli Sumpil)," kata Wakil Ketua Umum PSSICEO Arema FC, Iwan Budianto, dikutip dari BolaSport. "Masih ada saja hal-hal seperti itu."

Sekjen PSSI, Ratu Tisha Destria, kebetulan juga menonton pertandingan panas itu. Namun ia malah berkomentar, dikutip dari Jawa Pos: "Saya sebenarnya tak bisa komentari suporter, karena tak dalam porsinya. Seperti halnya polisi pasang lampu merah, tapi pas paginya tak ada polisi, lampu merah itu diterobos, itu lah kondisi budaya kita. Ini ada apa, kenapa ekspresikan diri dengan hal yang sudah dilarang?"

Untuk satu hal, analogi itu terdengar tepat, sama seperti analogi memakai helm atau rumput stadion yang rusak. Namun dalam kapasitasnya sebagai Sekjen PSSI, Tisha sebenarnya bisa merujuk kode disiplin PSSI, terutama pada bagian ketiga (Perilaku yang menghina dan diskriminatif) pasal 59 (Perilaku yang menghina dan penerapan prinsip fair play).

Respons Pihak Arema

Sadar telah berbuat kesalahan, pihak Arema FC langsung menyatakan siap menerima hukuman dari Komisi Disiplin PSSI.

"Kami membuka mata dan sadar sesadar-sadarnya adanya fakta pelanggaran berat yakni masuknya penonton ke lapangan. Panpel Arema sangat menerima bakal berbuah sanksi berat mungkin laga tanpa penonton. Semoga sanksi yang akan diterima menjadi momentum efek jera dan kebaikan untuk semua," bunyi pernyataan resmi Arema FC.

"Panpel Arema sangat maksimal mempersiapkam setiap pertandingan. Namun tentunya masih banyak kekurangan. Tidak ada kata putus asa untuk introspeksi dan berbenah. Proses dan proses. Kita siap dengan segala kemungkinannya. Hormati regulasi tegakkan disiplin, hentikan perdebatan, tatap laga berikutnya dengan perubahan."

Iwan Budianto juga ikut berkomentar. "Aremania dikenal punya jiwa ksatria. Bahwa apa yang telah dilakukan dan tegas melanggar regulasi. Maka akan ada konsekuensinya. Bisa laga tanpa penonton bisa sampai laga usiran, dan sebagai ksatria harus berbesar hati utk menerima hukuman apapun itu," katanya.

"Klub akan memanggil para perwakilan Aremania mengajak bicara. Bahwa kerugian ini tidak hanya klub yang menanggung. Tapi juga Aremania sendiri," katanya lagi.

Bukan hanya sebagai CEO Arema FC, Iwan juga berkomentar melalui kapasitasnya sebagai Wakil Ketua Umum PSSI.

"Saya sudah memohon kepada badan yudisial PSSI yaitu Komdis agar segera menyidangkan kasus ini, berikan hukuman yang setimpal atas pelanggaran disiplin yang telah dibuat oleh Arema. Jangan ragu dalam mengambil keputusan tegas sesuai kode disiplin. Demikian dan saya pastikan Arema tidak akan melakukan banding atas apapun hukuman yang akan diberikan nanti," kata CEO Arema FCWakil Ketua Umum PSSI itu.

Respons PSSI

Secara cepat, PSSI langsung merespons isu ini dengan "niat" memberikan sanksi (artinya sanksi belum diberikan secara resmi setidaknya per 7 Oktober 2018 pukul 18.30 WIB).

"Pada laga ini, PSSI menurunkan tim pemantau yang melihat langsung terjadinya beberapa pelanggaran. Hasil laporan tim ini melengkapi laporan pengawas pertandingan dan akan menjadi refrensi sidang Komite Disiplin dalam menjatuhkan sanksinya. PSSI berkomitmen untuk menjaga dan mengawal penegakan hukum sepak bola," kata Pemilik Persija JakartaWakil Ketua Umum PSSI, Joko Driyono, dikutip dari rilis PSSI.

"Pasca penghentian sementara kompetisi, PSSI telah meminta operator liga dan klub untuk lebih memerhatikan prosedur penyelenggaraan pertandingan. Kami juga telah mengingatkan, untuk menjaga para suporter agar tidak bertindak dan membawa spanduk yang sifatnya rasis dan provokatif," lanjutnya.

PSSI memang sempat memberhentikan Liga 1 sejak insiden yang menimpa Haringga Sirla di GBLA. Namun sejauh ini memang belum ada hasil nyata pasca jeda Liga 1 tersebut.

Padahal tadinya diharapkan laga Arema melawan Persebaya ini menjadi momen kebangkitan dengan pertandingan yang berjalan damai, karena kebetulan kedua kesebelasan juga rival abadi, sama seperti Persija dengan Persib.

Teks: Dex Glenniza, Arista Budiyono

Foto: Liga-Indonesia

Komentar