Mengorbankan Hoki Es, Melepaskan Diri dari Dortmund

Backpass

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Mengorbankan Hoki Es, Melepaskan Diri dari Dortmund

Tomas Rosicky terhitung berani ketika memutuskan pindah ke Arsenal, karena Liga Inggris tidak mengenal jeda musim dingin. Libur Natal dan Tahun Baru adalah kebutuhan pemain kelahiran 4 Oktober 1980 itu. Jeda tengah musim itu adalah waktunya mengisi ulang baterai dengan pulang ke Republik Ceko untuk beristirahat dan memainkan olah raga favoritnya, hoki es.

Agenda jeda musim dingin Rosicky semasa masih menjadi pemain Borussia Dortmund adalah menggelar pertandingan hoki es melawan tim Jan Koller, rekannya di tim nasional dan Dortmund yang juga penggila olahraga populer di Republik Ceko itu.

“Dia punya tim dan aku punya tim dan kami memainkan pertandingan besar; seru sekali,” ujar Rosicky kepada Guardian. “Kami tidak bermain 100%, untuk senang-senang saja.”

Membela Arsenal berarti Rosicky tak bisa lagi melakukannya. Sebagai gantinya, dia menonton pertandingan hoki es di kala sempat. Itu pun di Inggris, bukan di Republik Ceko. “Aku harap aku bisa bertahan [tanpa bermain hoki es],” ujarnya.

Tentu Rosicky bisa. Biar bagaimana, dia bekerja di industri sepakbola. Kehilangan waktu bermain adalah risiko kerja dan dia menerimanya. Lain hal, pindah ke Arsenal berarti dirinya keluar dari situasi yang kurang menyenangkan di Dortmund.

“Dua atau tiga tahun pertama di Dortmund baik-baik saja: juara liga, final Piala UEFA, lolos ke Liga Champions. Namun kemudian masalah keuangan melanda klub,” ujar Rosicky kepada Spiegel. “Setelahnya sangat tidak menyenangkan sama sekali. Pada akhirnya tidak ada pemain cerdas strategis yang tersisa di lapangan—pemain seperti Amoroso si orang Brasil sudah pergi. Kau tidak bisa bermain di liga top dengan pemain-pemain muda saja.”

Di saat yang bersamaan Chelsea tertarik kepada Rosicky dan sang pemain meminta diizinkan pergi. Kepindahan tersebut tak pernah terjadi.

“Itu transfer yang sulit karena banyak masalah keuangan dan mereka [Dortmund] menjual hak kepemilikanku kepada pihak ketiga,” ujar Rosicky kepada Guardian. “Sangat rumit. Bahkan aku sendiri tidak bisa paham dan itu bukan situasi yang mudah. Aku tidak benar-benar tahu siapa pihak ketiga itu tapi suatu hari aku mengetahuinya. Bukan hanya aku, tapi [Cristoph] Metzelder juga dan hak kepemilikan kami dijual ke seorang Brasil bernama Ewerthon. Jika hal seperti ini terjadi kau merasa dikhianati dan hubunganku dengan klub setelahnya tidak baik.”

Situasi tersebut memengaruhi penampilan Rosicky di lapangan. “Aku rasa kau bisa melihat dalam setiap pemain apakah mereka bermain dengan hati atau tidak. Aku bukan seseorang yang pergi ke pertandingan dan berkata: ‘Tidak, pertandingan lagi.’ Aku selalu ingin memberi yang terbaik tapi hatiku tidak menginginkannya.”

Terlepas dari pengaruh situasi yang kurang menyenangkan terhadap performanya, Rosicky terus diamati Arsenal. Sedikit banyak karena Arsenal memang sudah mengamatinya sejak lama. Lain hal, ada bantuan dari pihak dalam. Jens Lehmann, penjaga gawang Arsenal yang juga pernah bermain di Dortmund, mengabari Rosicky: “Kau harus bermain sangat baik, seorang pemandu bakat akan datang untuk menontonmu.” Nyatanya Arsenal bukan satu-satunya pihak yang mengamati Rosicky.

“Aku punya peluang yang sangat terbuka untuk pindah ke Italia tapi sepakbola di sana bukan gayaku—bukan sepakbola seperti itu yang aku suka,” ujar Rosicky. “Setelahnya ada tawaran dari Atletico, yang sedang membangun tim yang sangat bagus, tapi ketika Arsenal datang tidak sulit untuk mengambil keputusan.”

Atletico bukan tempat asing untuk Rosicky. Kakaknya, Jiri Rosicky, adalah pemain tim muda Atletico dari 1996 hingga 2000. Rosicky muda sering mengunjungi kakaknya di Spanyol.

“Arsenal memang klub favoritku,” ujar Rosicky kepada Spiegel. “Ketika Aliaksandr Hleb pindah ke sana tahun lalu (2005, dari VfB Stuttgart) aku merasa sangat iri. Aku tahu aku harus membuktikan diri. Itulah alasanku pindah ke sana. Aku ingin berkembang—aku menginginkan persaingan. Aku suka gaya main mereka: cepat dan langsung. Bersama Barcelona, Arsenal memainkan sepakbola paling indah di Eropa.”

Bergabung dengan Arsenal pada Juli 2006, Rosicky terbebas dari situasi kurang menyenangkan di Dortmund. Kehilangan kesempatan bermain hoki es pun dia terima demi bekerja di tempat impiannya. Sayangnya tak semua hal berjalan mulus di Arsenal. Lebih kurang 990 hari Rosicky habiskan tanpa bermain sepakbola, karena cedera demi cedera terus menimpanya.

Komentar