#PanditHighlights Kekejaman Magath Tak Mampu Selamatkan Fulham

Berita

by redaksi

#PanditHighlights Kekejaman Magath Tak Mampu Selamatkan Fulham

Di Bundesliga, Felix Magath dikenal sebagai raja. Tapi, pelatih yang terkenal keras dalam mendidik timnya ini ternyata tak mampu menyelamatkan Fulham dari jurang degradasi.

Prestasi Felix Magath selama berkarir di Bundesliga memang cukup diperhitungkan. Tiga musim bersama Bayern Muenchen, pelatih berkaca mata ini meraih Double Winner (Bundesliga dan DFB Pokal) pada dua musim pertamanya.

Wolfsburg yang menjuarai Bundesliga pada musim 2008-2009 juga adalah hasil tangan dinginnya. Sementara itu, Stuttgart pernah dibawanya merengkuh gelar juara piala Intertoto pada tahun 2002.

Deretan prestasi itu yang kemudian membuat Magath dipilih sebagai juru selamat Fulham yang megap-megap berjuang pada zona degradasi.

Sebelum kedatangan Magath, pada musim ini Fulham sendiri sempat dilatih oleh dua pelatih. Yang pertama adalah Martin Jol. Namun pelatih asal Belanda ini hanya mampu meraih 7 poin dari 10 pertandingan awal. Akhirnya ia pun digantikan oleh mantan asisten pelatih Alex Ferguson, Rene Maulensteen.

Lebih dari separuh pertandingan Fulham musim ini berada di bawah komando Rene. Namun performa Fulham tetap masih jauh dari harapan sang pemilik klub, Shahid Khan, yang merupakan bilyuner Pakistan-Amerika.

Awalnya supporter Fulham menilai pemecatan Rene ini menggelikan. Meski kekalahan demi kekalahan dialami Fulham, Rene sebenarnya membuat sebuah revolusi yang baik untuk klub London tersebut. Rene juga mempromosikan sedikitnya 8 pemain Fulham U-21 ke skuat utama.

Tapi, melihat poin yang diraih Rene setelah 17 pertandingan, fans akhirnya memaklumi pemecatan ini.

Suksesor Rene, Felix Magath merupakan pelatih asal Jerman pertama yang menukangi klub Liga Inggris. Sang bos, Shahid Khan menilai caranya memimpin tim sangat ideal bagi Fulham. Magath pun se-iya sekata dengan sang pemilik klub. Menurutnya, Fulham memiliki skuat muda yang bertalenta dan lapar akan kemenangan.

Magath dikenal sebagai pelatih yang diktator. Banyak orang yang tidak menyukai sifatnya yang keterlaluan dan keras kepala. Magath memang tipe pelatih yang ingin mengontrol seluruh aspek di tubuh tim yang ditanganinya. Ia pun dikenal dengan sebutan “Saddam & Qualix”  yang merujuk pada Saddam Hussein (tokoh kontroversial Irak) dan Qualix yang berarti penyiksaan dalam bahasa Jerman.

“Ia akan memaksa seorang pemain profesional kelelahan seperti lemon yang diperas hingga tetes terakhir. Mungkin akan berhasil untuk jangka pendek. Tapi masa depan pemain menjadi taruhannya. Saya tidak akan memperlakukan pemain saya seperti itu,” ujar Uli Hoeness, bosnya di Bayern.

Metode latihan pelatih berusia 64 tahun ini memang dikenal keras dan disiplin. Saat menangani Stuttgart, ia pernah menyuruh pemain-pemainnya berlari menyusuri hutan lebat. Pada akhir tujuan, Magath lalu mengosongkan semua botol minum yang ada. Menurutnya, metode ini mengajarkan kehausan akan kemenangan, meskipun pada kenyataannya Stuttgart harus terdegradasi pada akhir musim.

Hal yang tak jauh berbeda ia terapkan pada skuat Fulham musim ini. Kapten Fulham, Brade Hangeland, pun tak menutupi hal itu. Tapi sang kapten menganggap metode pelatihan seperti ini baik untuk tim. “Magath melatih kami lebih keras. Bahkan waktu istirahat kami sedikit. Selama ini bagus buat tim, kenapa tidak?” ujar Hangeland.

Pelatihan keras yang diberikan Magath ini sering menjadi bahan perdebatan publik. Tapi Magath menjawabnya dengan tenang, “Haruskah saya mengganti metode latihan yang telah membawa saya memenangi tiga gelar Bundesliga? Sampai saat ini, saya masih seorang pelatih sukses Jerman. Lagipula tidak ada seorang pun yang mati dalam latihan saya.”

Soal kedisiplinan, ia tidak akan segan mendenda pemain yang melanggar berbagai peraturannya yang tergolong cukup unik. Ia menerapkan mulai dari larangan melakukan backpass yang tidak perlu, hingga menolak keberadaan head phone dalam perjalanan bis menuju pertandingan.


Dari 11 sisa pertandingan Fulham, tiga kemenangan dan dua kali seri diraih Magath bersama Fulham. Sayangnya hasil itu belum cukup menyelamatkan Hangeland dan kawan-kawan dari jurang degradasi.

Meski demikian, Magath sendiri masih dipercaya untuk menangani tim yang berkostum putih-hitam ini untuk mengarungi divisi Championship dengan target kembali promosi ke EPL. Keputusan yang bisa jadi membuat sebagian pemain Fulham menelan ludah.

(ad)

Komentar